bc

Wedding Management (Indonesia)

book_age16+
5.6K
FOLLOW
87.1K
READ
love after marriage
fated
second chance
arrogant
goodgirl
CEO
boss
drama
like
intro-logo
Blurb

Bianca wanita cantik berusia 25 th dia mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan. Semenjak kejadian itu Bianca tak dapat melupakannya, dan sikapnya dingin kepada pria yang terlihat menyukainya termasuk Nathan seorang Chef dari Bianca Management.

Suatu ketika teman SMAnya yang bernama Davira datang ke Managemant bersama calon suaminya yang bernama Willy Pratama. Davira ingin sekali pernikahannya menggunakan WO milik Bianca yang dia lihat di instragram sangat bagus dan cantik.

Tetapi karena pertemuan pertama Bianca dengan calon suami Davira tidak menyenangkan, membuat Bianca tak suka dengan Willy yang terlihat sombong. Apalagi Willy jelas-jelas meremehkannya, sampai berkata "Tahu apa kau dengan pernikahan. Kamu Sendiri saja masih belum menikah".

Jleb

Dengan umur Bianca yang sudah 25 tahun, sudah pasti menjadi pertanyaan orang-orang kenapa sampai saat ini Bianca belum menikah. Karena ucapannya yang menyakitkan itu, Bianca tidak akan membalasnya. Bianca akan buktikan padanya. Bianca Esterina akan membuktikan pada Willy Pratama bahwa aku bisa membuat "I will make your beautiful wedding in white".

chap-preview
Free preview
1. Bianca Management
Pagi itu seorang wanita dengan menggunakan celana hitam, blazer abu-abu dengan sepatu sketcher turun dari sebuah MRT. Dia berlari keluar dari stasiun, berkali-kali dia menatap jam ditangannya. Rambutnya yang panjang bewarna kecoklatan itu pun menjadi sedikit berantakan. "Bang gedung BM ya" ucapnya yang tergesa-gesa menepuk bahu tukang ojek yang mangkal tidak jauh dari dari stasiun. "Oke, Mba" jawab tukang ojek itu lalu memberikan helm kepada wanita cantik berkacamata itu. Wanita itu pun memakai helmnya dan langsung menaiki ojek. Lagi-lagi wanita itu melihat jam tangannya. Dan wanita itu terlihat membuang nafasnya, lalu menggelengkan kepalanya. Sepertinya hari ini dia akan terlambat lagi sampai di kantornya. 10 menit kemudian sampailah motor yang di tumpangi wanita itu di depan sebuah gedung perkantoran yang beda dari yang lain. Ya, gedung dengan sepuluh lantai, di d******i oleh warna peach pastel. "Terima kasih, Pak" ucap wanita itu dengan tergesa-gesa, tidak lupa mengeluarkan uang lima puluh ribuan. "Mba, kembalinya" teriak tukang ojek itu, karena wanita itu langsung berlari. "Untuk deposite saja Pak, kalau besok-besok saya naik ojek Bapak lagi" teriak wanita itu berhenti sebentar dan kembali berlari memasuki gedung yang terkenal dengan nama BM. Saat memasuki gedung ini, memang sangat nyaman dan intagramable sekali. Sama seperti diluar gedung yang di cat bewarna pastel, di dalam juga dindingnya di cat dengan warna pastel. Untuk lantai satu di d******i oleh warna lavender yang sangat indah dan di setiap sudut terpasang bunga lavender ada berupa lukisan, stiker ataupun taman kecil yang terletak di ujung dekat toilet ada taman kecil yang dipenuhi bunga lavender. "Waiiit" teriak wanita itu berlari menuju lift yang hampir saja tertutup. "Pagi Bu" ucap lima orang yang sudah berada di dalam lift. "Pagi" ucap wanita itu dengan senyum terpaksanya dan tangannya menekan tombol 4. Ting Setelah sampai di lantai 4, wanita itu kembali lagi berlari. Sama seperti di lantai bawah, lantai 4 juga bewarna pastel, tetapi kali ini di d******i oleh warna hijau pastel dan sedikit penggabungan warna peach. Wanita itu pun langsung membuka pintu bewarna hijau pastel, lalu menghembuskan nafasnya. "Telat lagi, Bii" ucap seorang wanita yang sedang duduk manis di sofa bewarna pink yang pastinya pink pastel. "Gue lupa hari ini ada meeting" ucap wanita yang bernama Bianca Esterina. "Yang waktu itu loe bilang, teman SMA loe itu ya?" ucap Icha wanita yang sedang duduk di sofa pink itu. "Iya, dia mau married. Gue lupa bangat" ucap Bianca yang sedang merapikan rambutnya. Ceklek "Bii, ya ampun. Telat lagi. Temen loe udah nunggu di lantai 5 dari jam 7 pagi" ucap seorang wanita lagi yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu. "Iya, bawel" ucap Bianca. "Yaudah kalian tunggu gue ya. Gue mau ketemu teman gue dulu" ucap Bianca yang mengambil satu buah map bewarna hijau. Bianca pun menaiki lift kembali untuk ke lantai lima. Dia lupa sekali kalau hari ini Davira teman SMA ingin bertemu dengannya. Padahal Bianca sendiri yang memilih waktunya, tetapi dia juga yang lupa. Bianca pun mencoba menetralkan nafasnya. Bianca berdiri sebentar di depan pintu bewarna coklat muda. Dia menghembuskan nafasnya sebentar. Seperti biasa sebelum dia memulai meeting dengan klien, Bianca selalu berdoa di dalam hatinya, agar setiap job yang yang datang selalu berhasil dengan baik. Merasa sudah rileks Bianca tersenyum sebentar lalu tangannya mulai membuka handle pintu di hadapannya. Ceklek "Pagi" ucap Bianca dengan senyum ceria di wajahnya. "Pagi" ucap Davira yang berdiri dari duduknya. Bianca pun bersalaman dengan Davira, tak lupa meraka cipika-cipiki. Lalu Bianca melihat pria disamping Bianca yang kalau diperhatikan saat ini pria itu sedang dalam mode bad mood. "Pagi" ucap Bianca mengulurkan tangannya ke pria disamping Davira. "Pagi" ucap pria itu datar tanpa membalas uluran tangan Bianca. "Sabar, Bii. Tidak boleh emosi dalam menghadapi klien. Sabar dan sabar" batin Bianca menyemangati dirinya. "Silahkan duduk" ucap Bianca mencoba tetap tersenyum walau sedikit dipaksakan, karena terlanjur tidak suka melihat pria disamping Davira ini tidak sopan seperti itu. "Terima Kasih" ucap Davira dengan senyum ikhlasnya. Bianca membuka buku map yang sudah berada di atas meja, lalu dia memperlihatkannya kepada Davira dan pria yang belum Bianca kenal. Bianca pun mulai membuka pembicaraan dengan Davira yang seminggu lalu menghubunginya. "Ini ada contoh beberapa tema dari design pernikahan kami. Kami juga bisa menyesuaikan request. Yang ini dekorasi untuk indoor, yang ini outdoor" Bianca menjelaskan dari setiap gambar yang dia buka di mapnya. Davira terlihat antusias memperhatikan gambar-gambar dekorasi yang Bianca perlihatkan, sedangkan pria itu bermuka masam. Sebisa mungkin Bianca tetap tersenyum, walau sebenarnya Bianca paling tidak suka kalau ada orang yang tidak memperhatikan presentasinya. "Sebenarnya siapa sih cowok yang Davira bawa. Gue yakin bukan calon suaminya. Pasti nie orang sepupunya Davira kali. Kalau calon suaminya tidak mungkin dia mukanya ngeselin gitu" batin Bianca dengan emosi. "Bagus-bagus Bii" ucap Davira terlihat bersemangat melihat semua gambar yang ditunjukkan Bianca. "Yang ini adalah hasil make up dari MUA kami. Menggunakan adat tradisonal, ataupun modern. Dan satu bulan sebelum menjelang pernikahan, kami selalu ada perawatan wajah dan tubuh untuk kedua calon pasangan.Tempatnya di lantai dua" jelas Bianca lagi dengan percaya diri. "Wau, hasilnya bagus-bagus" ucap Davira yang masih bersemangat lagi dan terlihat sekali Davira begitu terkesan. "Lanjut, Catering, kami juga menyediakan makanan tradisonal dan internasional. Chef kami pun tidak sembarangan, mereka semua lulusan terbaik. Dan untuk rasa makanannya kami jamin tidak akan berbeda disaat tester. Kalau disaat hari pernikahan makanan yang tersaji tidak sama dengan tester, kami akan mengganti biayanya. Untuk Biaya cateringnya akan kami potong 100%" "Ck" terlihat pria itu berdecak tidak suka. Bianca pun masih menahan emosinya, melihat pria itu. "Seriously?" ucap Davira tidak percaya. Bianca menganggukan kepalanya. Sebelum Bianca menjelaskan lebih jauh lagi, Bianca memperhatikan Davira menarik baju pria disampingnya, dan sedikit membuat Bianca terkejut. "Ka, gimana menurut Kakak? Aku suka sekali semuanya lengkap disini, jadi kita tidak perlu mencarinya lagi" ucap Davira antusias. "Aku tidak yakin. Siapa tahu di tempat lain ada yang lebih bagus dan nanti kamu menyesal kalau memilih disini. Aku juga tidak yakin kebersihannya. Kamu dipojok sana sangat kotor sekali" ucap pria itu datar. Bianca dan Davira pun melihat arah yang di tunjukkan pria itu. Bianca dan Davira tidak melihat apa-apa disana. Pria itu pun berdiri dan melangkah ke pojok disana terlihat rak buku yang penuh dengan majala-majalah fashion dan katalog-katalog dari Bianca Management. "Lihat, sampah masih berserakan. Meja ini masih berdebu, sedikit ada kerak bekas soda" ucap pria itu sambil menunjukkan beberapa bungkus permen dan mengkerok kerak di meja dengan jarinya. "Shiit, gue lupa. Semalam abis meeting sama. Dan Bu Uni sudah pulang. Tadi pagi gue juga bilang jangan bersihin ruangan dulu karena ada meeting. Aduh kenapa rempong bangat sih ini cowok" batin Bianca terkejut sekaligus kesal. "Satu lagi. Pertemuan pertama saja, dia sudah telat. Bagaimana mau memenegemnt pernikahan?" ejek pria itu menunjuk Bianca. Bianca sudah berusaha menahan emosinya, tetapi kali ini dia sudah tidak sabar. Pria itu sepertinya memang sengaja mencari-cari kesalahannya. Dan yang paling Bianca tidak suka adalah pria itu menunjuknya seakan dia adalah tersangka teroris. "Okey. Aku lupa semalam, kami habis meeting bulanan. Dan pagi ini karena mau meeting, jadi saya minta cleaning service untuk tidak membersihkannya. Dan untuk keterlambatan hari ini, saya mohon maaf" ucap Bianca sudah dengan mode sedikit kesal. "Anda tidak professional" ucap pria itu datar. "Cukup" ucap Bianca menghentikan ocehan pria itu. "Maaf Davira pertemuan kita hari ini cukup sampai disini. Dan tolong kalau kita bertemu lagi kamu ajak calon suamimu, bukan kakakmu itu" ucap Bianca dengan nada kesal tetapi masih ditahan. "Bii, itu calon suamiku, bukan kakakku" ucap Davira. Bianca terkejut tidak percaya. Bianca piker pria ini adalah kakak Davira karena tadi Bianca mendengar Davira memanggilnya kakak. Bianca hanya menarik nafas panjangnya. Baru kali ini dia menghadapi calon pengantin seperti ini. Bianca sudah pasrah kalau memang Davira tidak jadi memakai WO milik Bianca karena calon suaminya itu. Toh, masih banyak calon pasangan pengantin lain yang ingin memakai jasanya. "Maaf Bii, tadi aku lupa memperkenalkannya padamu. Ini calon suamiku Willy Pratama, dia Kakak kelasku waktu kuliah" ucap Davira yang merasa tidak enak hati kepada Bianca. "Tidak apa-apa Davira. Aku juga minta maaf, tidak tahu kalau itu calon suamimu" ucap Bianca dengan senyum terpaksa. "Ayo, Vir. Kita harus melihat design undangan" ucap Willy dengan mode kesal. "Ka, Bianca juga menyediakan wedding card juga" ucap Davira yang sedang memegang katalog undanga. "Konsumen adalah raja, Davira. Dia secara tidak langsung sudah mengusir kita. Jadi untuk apa kita berlama-lama disini" Willi pun menggandeng tangan Davira keluar dari ruangan ini. Bianca hanya menganga tidak percaya, benar-benar baru kali ini dia mendapati konsumen yang egois dan sombong. Kalau bukan karena Davira, sudah pasti Bianca akan marah-marah kepada pria itu. "Bii, maaf ya. Nanti aku akan menghubungimu lagi" ucap Davira tidak enak hati kepada Bianca sebelum keluar. Blam Pintu tertutup. Bianca langsung menjatuhkan bokongnya di sofa dan mengusap dadanya berkali-kali untuk menenangkan emosinya saat ini. Lalu mengambil gelas berisi air putih di meja dan meminumnya hingga tandas. Bianca menatap nanar pada pintu yang tertutup itu. Entah kenapa pagi-pagi dia sudah mendapat klien yang tidak menyenangkan. Bianca membuang nafasnya berkali-kali untuk menurunkan emosinya. Berkali-kali Bianca mengumpat di dalam hatinya untuk calon suami Davira yang sombong dan angkuh itu. Hanya masalah kecil dia besar-besarkan seperti itu, Bianca menggelengkan kepalanya. "Ya,  Tuhan baru kali ini aku mendapatkan clien seperti itu" ucap Bianca. Bianca pun menghubungi Bu Uni untuk membersihkan ruangan ini. Lalu Bianca membereskan map dan katalog-katalogku yang diatas meja.  Setelah memastikan semuanya rapi,  Bianca melangkah keluar dari ruangan. Bianca kembali ke ruangan kerjanya.  Pagi ini benar-benar membuatnya lelah.  Ternyata diruangannya masih ada Icha dan Naena yang sedang menikmati kopi panas juga roti bakar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Perfect You (Indonesia)

read
290.1K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.0K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.9K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.5K
bc

The Unwanted Bride

read
111.1K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook