Part 4: Tak terungkapkan

1136 Words
Hot Vampire Author by Natalie Ernison Queen sangat kecewa atas apa yang telah kedua orang tuanya putuskan. Bersama dengan seorang pria yang sangat ia tidak sukai. Terlebih lagi, Queen sangat menyukai sosok Neils. Semejak kejadian pada malam itu, Queen enggan untuk banyak bicara. Sudah berhari-hari pula, Queen tak lagi pergi ke tempat les musik. "Mansion kediaman keluarga Axton" "Nona Queen, apakah kita tidak pergi ke tempat les music itu?" Tanya Hazel yang sedang berdiri di sisi kanan Queen. "Sepertinya tidak. Aku ingin meyelesaikan laporan pekerjaanku, selama beberapa bulan ini." Balas Queen acuh, dan masih terlihat sibuk dengan laptop miliknya. "Maaf nona Queen. Sepertinya, nona harus menyelesaikan ujian terakhir nona." "Tidak bisakah kau diam! Bukankah sudah kukatakan, aku akan menyelesaikan pekerjaanku!" Bentak Queen, hingga meletakkan laptopnya di atas meja dengan cukup kasar. "Nona, ada panggilan dari Tuan Neils!" Seru salah seorang pelayan mansion. Seketika itu, wajah Queen berubah merona, dan bergegas untuk menerima panggilan. Sang pelayan wanita memberikan sebuah ponsel milik Queen, yang ia letakkan begitu saja di atas meja makan. "Datanglah, dan selesaikan ujianmu. Atau, aku akan membuat black list atas nama Nona Queenticya Axton!" Tukas Neils dari panggilan tersebut. Dengan wajah dipenuhi senyuman bahagia, Queen pun bergegas untuk pergi les music. Senyuman bahagia pun tak surut dari wajah cantiknya. *** Gedung XX Duduk manis dan focus dengan ujiannya, Queen terlihat sangat bahagia malam itu. Setelah menyelesaikan ujian akhir, seluruh rekan-rekan Queen terlihat tak sabar untuk menerima hasil dari ujian mereka. "Sudah kuduga, nilaiku akan melampaui kriteria." Ucap salah seorang rekan kelas Queen. Menatap ke arah Queen, seakan Queen telah membuatnya tidak senang. "Seorang putri dari keturunan kerajaan. Namun mendapatkan nilai yang jauh lebih rendah dariku. Apa kau tidak malu dengan status sosialmu yang sangat tidak pantas untukmu!" Cela Jane. Jane Queen berusaha untuk tetap tersenyum tegar, sekalipun kalimat itu cukup menyakitinya. "Segeralah mundur, karena kau tidak akan mampu melampauiku!" Ucap Jane, lalu pergi dari hadapan Queen. Queen duduk di sisi tembok, lalu menghela napasnya perlahan. Jane adalah teman masa kecilnya, dan sama-sama anak dari keturunan bangsawan. Namun, karena persaingan kekuasaan antara keluarga Axton dengan keluarga Jane. Hubungan pertemanan merekapun turut mendapatkan dampak. Mr. Axton selalu unggul dalam bisnis kerajaan, sedangkan keluarga Jane selalu menjadi nomor dua bahkan ke bawah dari mereka. Jane mulai iri hati pada Queen, dan memutuskan untuk terus melampaui Queen. Terlebih lagi, Mr. Axton pun dikenal cukup arogan dalam hal berbisnis. Queen menjadi sosok yang selalu dijauhi oleh banyak orang, karena posisi keluarganya selalu unggul. Hal itu membuat teman-teman Queen takut, dan bahkan iri padanya. Queen selalu berusaha untuk menjadi dirinya sendiri, tetap menjadi pribadi yang ceria di tengah rasa sedihnya. Dari balik tembok tempat Queen duduk, Neils telah mendengarkan semua yang Jane katakana pada Queen. Queen bahkan menangis dalam diamnya. "Ini sudah cukup malam, sampai kapan kau akan berada di sini?" Ucap Neils yang sudah berdiri di lorong gedung. "Ah guru Neils. Maaf, aku pun sedang menunggu tuan Hazel." Balas Queen sembari menyibukkan dirinya dengan memasukan beberapa buku not lagu ke dalam sebuah tas miliknya. Ia tak ingin satupun orang mengetahui sisi lemah dirinya, sekalipun dalam keadaan menyedihkan seperti ini. "Selamat malam, guru Neils." Ucap Queen, lalu berjalan melalui Neils. Neils menoleh ke arah Queen, dengan tatapan belas kasihannya. "Apa yang terjadi dengan gadis ini?" Neils berdiri menghadap halaman, memandangi Queen yang sedang memasuki sebuah mobil berwarna merah. *** "Castle Grasicous" Ahhk.. hahh... Suara erangan kenikmatan terdengar jelas dari arah kamar pribadi Neils. "Mengapa ada suara seorang wanita. Bukankah Tuan Neils tidak akan melakukan hal seperti itu!" Gumam Dareel, asisten dari Neils. Melangkah pelan ke arah kamar pribadi milik Neils, dan hendak mengetuk pintu. Namun yang terjadi... "Tuan Neils!" Dareel tersentak, saat melihat seorang wanita bertubuh seksi sedang duduk di atas tubuh Neils. Sementara itu, Neils hanya terbaring tak berdaya. "Apa yang kau lakukan!" Dareel hendak menndorong sosok wanita bertubuh seksi itu. Wanita tersebut tertawa, sembari mencakar-cakar area d**a milik Neils. Arghk... hhh ahhhkk... Neils mengerang kesakitan, mulutnya menganga lebat dan menahan segala rasa sakitnya. Sedangkan wanita yang duduk di atas tubuhnya mengerang nikmat. "Apa yang kau inginkan! Apa yang kau lakukan!" Dareel terlihat sangat geram, dan tak biasanya Neils terlihat lemah. Wanita tersebut turun dari atas tubuh Neils, lalu berdiri tepat di samping rajang kings size milik Neils. "Aku adalah calon mempelai bagi Tuan Neils. Ibu Ratu yang memintaku untuk memberikan pelajaran pada vampire bodoh ini!" Tukas si wanita seksi dengan darah di mulutnya. "Dasar wanita jalang! Kau sama saja ingin membuat kekacauan kemari!" Dareel mencekik leher wanita itu, namun justru tubuh Dareel yang terpental. Kembali tertawa, dengan sorot mata menghitam pekat. "Cepat atau lambat, Ibu Ratu akan segera berkunjung. Tuan Neils, sakit malam ini masih belum seberapa untukmu." ejeknya, lalu melangkah dan mulai meghilang bersama hembusan angin malam. Ahk... Neils melenguh parau, menahan area dadanya. Luka yang telah ditinggalkan oleh wanita utusan Ibu Ratu dengan sekejap menghilang. "Tuan Neils, apa yang Ibu Ratu inginkan lagi?" "Jangan sebut nama wanita iblis itu lagi!" Tukas Neils dengan wajah pilunya. Dareel terdiam dan sangat prihatin melihat keadaa Neils. ~~~~~ Di sudut Castle, Neils duduk termenung. Argh! Kembali mengerang dan meninju lantai, tempat ia sedang berpijak. Neils terlihat sedang bersedih, bahkan mengeluarkan air mata darah. "Mengapa.. mengapa datang disaat aku sudah mulai lupa dari mama aku berasal.." ucap Neils lirih, dan tersungkur. Semejak kedatangan dari wanita utusan Ibu Ratu, Neils kerap kali murung. Apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya bersama dengan Ibu Ratu... *** "Mansion Kediaman Keluarga Axton" Queen mulai mempelajari not lagu, dan ia sedang berusaha kera untuk menjadi terbaik dari sebelummnnya. Ia hanya menyibukkan dirinya dengan berbagai hal. Mengingat status sosialnya jauh lebih tinggi dibandingkan orang lain, Queen harus menjaga pergaulannya. Karena, ada banyak manusia-manusia iri hati yang siap untuk mencari sisi kekurangan keluarga Axton. Terus memainkan setiap nada piano, dengan air mata yang tak hentinya menetes di pipi. "Apa salahku, mengapa aku harus dijauhi.." ucap Queen lirih, dan tetap melajutkan permainan pianonya. "Nona Queen, Tuan muda Imanuello sedang menunggu anda di ruang tamu." Ucap salah seorang pelayan wanita. "Biarkan saja dia pulang. Aku sedang tidak ingin diganggu." Balas Queen, tana menoleh ke arah sang pelayan. "Baik, Nona muda." Pelayan tersebut pun bergegas menemui Imanuello. Tak lama setelahnya, Imanuello pun muncul. "Apa yang membuatmu begitu tidak sudi atas kedatanganku! Ingat baik-baik, kau adalah calon istriku." Tegas Imanuello. "Jika kehadiranmu hanya untuk mengatakan hal ini, lebih baik kau keluar. Aku muak dengan sikapmu yang sesuka hati." "Queen, aku calon suamimu, kau harus..--" "Tuan muda Imanuello, sebaiknya tidak mengganggu Nona Queen. Nona sedang fokus dengan latihannya." Sela Hazel. "Kau hanya asisten rendahan, jangan coba-coba untuk ikut campur!" "Imanuello! Kau keterlaluan! Kau adalah pria bodoh yang pemaksa, lebih baik kau segera pergi!" Usirnya, dan segera memasuki kamar. "Nona Queen.." Hazel terkejut melihat ekspresi Queen yang terlihat sedang muram. "Dasar wanita yang sulit!" Keluh Imanuello, lalu melangkah keluar. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD