Part 3: Keputusan yang berat

1174 Words
Hot Vampire Author by Natalie Ernison Setelah mengetahui, jika Neils adalah guru musicnya, Queen pun begitu bersemangat. "Mansion kediaman Axton family" Hhmm hhmmm ??? Queen bersenandung, dan begitu tekun berlatih. Jemarinya, kini mulai lihai menari di atas piano miliknya. Queen terus tersenyum, tatkala mengingat sosok Neils. "Pak guru tampan..." gumam Queen dengan senyuman berserinya. "Nona Queen, apakah hari ini kita akan pergi lebih awal?" tanya Hazel pada Queen yang sedang duduk sembari bermain piano. "Yah, kita harus lebih awal. Karena, aku harus menghapal semua not lagu ini." Balas Queen, dan melanjutkan latihannya. "Caranya, bukan seperti itu Nona. Seperti ini," ucap Hazel, lalu menekan beberapa not lagu. Queen bertepuk tangan riang, melihat permainan lihai dari Hazel. Hazel tersenyum bahagia, saat melihat Queen menyukai apa yang telah ia lakukan. "Tuan Hazel, pernahkah tuan menyukai seseorang?" tanya Queen secara tiba-tiba, hal itu sontak membuat Hazel terkejut. "Ah, yah! Pernah, bahkan saat ini..--" "Nona Muda! Nona Muda!" Seru salah seorang pelayan wanita, sembari memberikan sebuah buku not lagu pada Queen. "Yah, bibi!" "Ini adalah buku not lagu milikmu, Nona!" Ucap sang pelayan, sembari memberikan sebuah Plastic bag pada Queen. "Terima kasih bibi, aku akan pergi lebih awal bersama tuan Hazel. Ayo, tuan Hazel!" Ucap Queen. Hazel menunduk memberi rasa sopan santunnya, saat akan pergi meninggalkan mansion. *** Gedung A, pinggiran kota A. "Nona, aku akan menunggu di lantai dasar. Silakan telepon aku, jika Nona membutuhkan sesuatu." Ucap Hazel, saat akan menghantarkan Queen menuju ruangan les music. "Baiklah tuan Hazel, aku pergi!" Queen melangkah dengan penuh semangat menuju ruangan les music. "Mr. Neils Gracious" Sebuah papan nama terpampang di depan pintu ruangan les music. "Selamat malam semuanya!" Sapa Queen. Semua teman-teman les musicnya hanya membalas dengan senyumam sekilas, dan terlihat seakan tak begitu menyukai Queen. "Maaf Nona muda Queen, ini adalah kursi milikku. Kau orang baru, dan silakan duduk di sana!" Tukas seorang gadis pada Queen, sembari menunjuk kw arah pojok. "Oh, baiklah. Maafkan aku," balas Queen dengan senyuman ramahnya. Neils pun melihat semua yang terjadi, dan hanya diam saja. Selama pemaparan materi bahkan praktek satu per satu, untuk menunjukkan kemampuan mereka masing-masing. Queen begitu kikuk, dan secara tiba-tiba, Queen kehilangan fokus. "Huh! Begitu saja tidak bisa, dasar Nona muda payah!" Cela bebepa murid lainnya, menatap ke arah Queen dengan tatapan sinis. Setelah beberapa saat kemudian... Seluruh murid pulang, dan hanya Queen yang masih terus mengulangi not lagu miliknya. "Ah, sulit sekali! Mengapa aku tidak mengingatnya!" Gumam Queen risau. "Permainanmu sangat payah!" Ucap Neils, sembari mencengkram jemari milik si gadis yang sedang bermain piano. Neils menatapnya dengan tatapan yang mematikan. "Aku rasa kau datang kemari bukan untuk belajar music, tapi kau ingin menggodaku, dan membawaku ke ranjang, bukan!" Tegas Neils, yang kemudian mengendus leher milik Queen. Hal itu membuat Queen gemetar tak karuan, dan napasnya seolah tercekat. "Ak-aku bisa melakukannya!" Ucap Queen gemetar, lalu memundurkan wajahnya dari hadapan Neils. Namun karena tatapan tajam dan dingin dari Neils. Queen semakin buyar, lalu tak bisa lagi melanjutkan permainannya. Bhuakk Neils menggebrak bagian atas piano, membuat Queen begitu terkejut. "Sedah berapa kali pertemuan, namun kau masih saja sangat payah. Kau berniat untul belajar tidak!" Bentak Neils. Queen terdiam, kedua matanya sudah dipenuhi air mata yang siap untuk menetes. "Jangan hanya karena kau seorang Nona muda, lalu bisa seenaknya. Di kelas ini kau adalah murid dan aku adalah gurumu. Kau mengerti?" Queen mengangguk pilu, dan sudah terisak akibat bentakan dari Neils. "Besok, kau harus pulang lebih lama dari yang lain. Jika tidak, kau tidak akan bisa mengikuti ujian." Peringat Neils, lalu melangkah pergi, meraih tas miliknya dan duduk di kursi bagian depan. Queen membereskan peralatan miliknya, lalu bersiap-siap untuk kembali pulang. "Terima kasih untuk malam ini, sampai jumpa kembali pak guru Neils." Ucap Queen, lalu melangkah pergi dari hadapan Neils. *** Sejak kejadian malam itu, Queen menjadi lebih banyak diam ketika berada di kelas. Bahkan, hasil latihannya pun sudah mulai membaik, walaupun masih tak sebaik rekan lainnya. "Mansion kediaman Axton family" "Selamat datang kembali, Tuan Axton dan Nyonya Axton!" Sapa para pelayan menyambut kedatangan Mr. Axton dan Mrs. Axton, kedua orang tua Queen. "Kemana anak itu?" Ucap Mrs. Axton, sembari melepaskan mantel dingin miliknya. "Nona Queen sedang berlatih music, Nyonya. Karena, minggu ini Nona muda akan ada ujian music." "Mommy, daddy!" Seru Queen sembari setengah berlari, menuju ke arah kedua orang tuanya. Mendekap ayah dan ibunya dengan penuh kerinduan. "Apakah semua berjalan dengan baik?" tanya Mr. Axton. "Yah, Daddy. Semua berjalan dengan baik. Terima kasih untuk dukungan Daddy dan Mommy." "Kau harus fokus dengan karirmu, juga semua bisnis yang sedang kau jalankan. Jadi, seharusnya kau tidak perlu lagi mengikuti les music itu." Tukas Mrs. Axton. "Tapi aku merasa begitu bosan, mom. Aku ingin mengisi waktuku.." rengek Queen sembari bermanja pada ibunya. "Malam ini kita akan makan malam bersama keluarga Imanuello." "Keluarga Imanuello!" Balas Queen dengan wajah tidak senang. "Tentu saja, menurut kami dia adalah pemuda yang tepat untuk menjadi suamimu." "Tapi, daddy!" "Daddy dan mommy sangat lelah. Persiapkan dirimu." Tukas Mr. Axton, lalu melangkah menuju kamarnya bersama Mrs. Axton. "Jangan buat daddy marah. Lakukan saja!" Peringat Mrs. Axton. >>> Sejak sore hingga malam, Queen begitu gelisah. Mengingat apa yang telah terjadi diantara dirinya bersama Imanuello. Namun, Queen tidak dapat membantah perkataan ayah dan ibunya. Meraih ponsel miliknya, "Imanuello! Apa yang kau rencanakan, bagaimana bisa Dadd mengatakan hal yang mustahil!" Imanuello: "Mengapa Queen, apakah salah apa yang aku lakukan! Aku fikir, aku tidak tahu siapa dirimu dan juga pria tua itu!" Queen: "Siapa yang kau maksud pria tua, itu adalah guru musicku!" Queen mengatakan yang sebenarnya pada Imanuello. Imanuello: "Sudah kuduga, Queen. Kau pada akhirnya akan bersanding denganku!--" Ahk... Queen mengerang kesal, lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur queen size miliknya. Queen hanya bisa menuruti apa yang kedua orang tuanya katakan. *** "Mansion kediaman Albardtoz family" Tepatnya, di kediaman keluarga Imanuello. Imanuello Albardtoz  "Sangat lega rasanya, jika dapat bertemu langsung dengan calon istri dari anakku, Imanuello." Ucap Mr. Albard dengan tersenyum girang, begitu pula dengan Imanuello. "Tentu saja, tuan Albard. Hal ini sangat membahagiakan kita, bukan?" Kekeh Mr. Axton, ayah dari Queen. Queen hanya terdiam dan berusaha menahan rasa kesalnya. Karena tak ingin membuat ayahnya malu, Queen pun menahan dirinya. >>> "Malam ini, kau sangat anggun, Nona mudaku." Puji Imanuello. "Kau terlalu berisik, diamlah!" Balas Queen acuh. "Mengapa kau masih bersikeras, Queen. Kau hanya akan menjadi istriku!" Kekeh Imanuello. "Kubilang, Diam!" Peringat Queen, dan segera melangkah menuju mobil milik ayahnya. "Pada akhirnya, akulah yang menang." Imanuello tersenyum puas. *** "Mansion kediaman Axton family" "Daddy, aku tidak menyukai perjodohan ini, aku tidak menyukai Imanuello." Ucap Queen. "Ini sudah menjadi kesepakatan bersama. Kau harus menurut." Tukas Mr. Axton. "Tapi daddy, aku tidsk menyukainya!" "Queen, dengarkan apa yang daddy katakan!" Timpal Mrs. Axton. "Mommy, kumohon hentikan daddy!" Queen sedikit menaikan nada bicaranya, dan... Plak... Sebuah tamparan mendarat di wajahnya. "Segalanya sudah kami lakukan demi masa depanmu, jadi menurutlah kali ini dan bekerjasamalah!" Tukas Mrs. Axton. Queen menahan sesak dadanya, dan pergi menuju kamar pribadinya. *** Hallo, sorry ya ada banyak revisi d novel ini. September saya akan update full bab, terima kasih telah membaca karya saya☺️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD