FZ | 01

1283 Words
-happyreading- ... Seorang gadis kini tengah berkutat dimeja belajar dengan buku fisika yang ada dihadapannya, sesekali ia menguap karna merasa sedikit mengantuk. Bagaimana tidak, ia harus bangun jam 4 subuh untuk mengerjakan tugas fisika yang rumitnya serumit kisah percintaannya. Sebenarnya ini memang salahnya, semalam ia terlalu sibuk membaca novel sehingga ia melupakan tugas fisika yang diberikan oleh Ibu Siti tercintah. Memijit pangkal hidung, itulah yang kini gadis bernama Anaya Putri itu lakukan untuk menghilangkan rasa penat. Bukan fisik, melainkan otaknya. "Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya selesai juga," Naya melirik jam yang menempel di dinding "Udah jam 5 aja, sholat dulu lah," setelah merapikan buku dan alat tulisnya, gadis itu langsung melenggang ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. "Ya Allah semoga dia yang akan menjadi jodohku kelak, jika bukan maka jadikanlah!," Naya berdoa dengan mengangkat kedua tangannya dan mendongak menghadap langit kamarnya yang benuansa biru muda. "Doanya yang bener curut!," celetuk Regil yang sedari tadi berada di depan pintu kamar adiknya itu. Naya tak menghiraukan celetukan abangnya dan terus berdoa, ia bahkan mengirimkan beberapa doa untuk almarhum kakeknya yang sudah tenang di sisi tuhan. "Berisik lu ah!," sahut Naya setelah melepaskan mukenah yang ia pakai dan setelah itu melipatnya. "Yee, nyaut aja lu dikasih tau yang bener juga," ujar Regil menoyor kepala Naya pelan. Naya berdecih sinis "Sok bener lu ceret," kemudian setelah itu mendorong Regil keluar kamarnya "Keluar lu, gua mau pake baju sekolah dulu!,". "Yaelah ganti baju doang," Regil memutar bola matanya "Lagian gue udah sering ngeliat kali pas lu masih kecil!," ujarnya sambil tersenyum jahil melihat muka Naya yang memerah menahan kesal. "Ya, kan beda!," "Beda apanya, tetep ae tepos!," sahut Regil yang setengah berteriak karna ia sedang berjalan menuruni tangga. Brak.. Naya membanting pintu kamarnya cukup keras, masih pagi dan ia harus berhadapan dengan makhluk absurd yang menjengkelkan. Untung saja Naya sedang tidak PMS hari ini. Jika iya, kalian pasti tau apa yang akan terjadi. ✨✨✨ Naya berjalan santai memasuki gerbang sekolahnya, sesekali ia membalas sapaan yang diberikan oleh adik kelas maupun teman seangkatannya. Hari ini adalah hari senin, hari dimana seluruh siswa menginginkan hujan turun dengan deras agar tidak ada yang namanya UPACARA. Naya memasuki kelasnya tanpa mengucapkan sepatah kata, terus berjalan dan langsung menduduki kursinya. Setelah mendapat posisi yang enak, ia langsung mengeluarkan novel dan memakai headset putih favorite nya. Sudah bukan hal mengejutkan lagi bagi teman sekelasnya, Naya memang sepeti itu setiap hari. "Lu kalo masuk kelas itu ngucap salam kek, apa kek, langsung nyelonong aja kek ingus!," ujar teman sebangku Naya yang bernama Nabila. "Assalamualaikum Nabila sayang," ucap Naya dengan memamerkan senyum terpaksanya. "Waalaikumsalam Nayakuhhh sayang," jawab Nabila sambil tersenyum manis. "Udah tugas belom?," tanya Nabila penuh arti. Dengan malas Naya mengeluarkan buku tugasnya dari tas, dan langsung memberikannya pada Nabila. Tanpa banyak bacot, Nabila langsung mengambil buku itu dan menyalin di buku tugas miliknya. Setelah itu, sudah tidak ada lagi yang mereka bicarakan. Semuanya sibuk dengan aktifitas masing-masing, Naya sibuk dengan novel dan musik yang mengalun indah di telingannya. Sedangkan Nabila, ia masih sibuk menyalin tugas yang sudah Naya kerjakan subuh tadi. Naya memang merupakan murid yang cukup pintar dikelasnya, bahkan ia selalu mendapat peringkat 1 dikelasnya. Tak jarang juga ia dijadikannya temannya sebagai 'kunci jawaban berjalan'. Karena sifatnya yang ramah dan tidak pelit membuat ia disukai banyak orang, ya meskipun ia terkadang cuek. Naya sedikit merasa haus, dengan malas ia memasukkan novelnya kedalam laci dan langsung berdiri dari tempat duduknya. "Bil, gue mau kekantin ikut ga?," tanya Naya seraya memasukkan ponselnya ke saku baju. Nabila menggelengkan kepalanya "Ga, males gue," jawabnya yang hanya di angguki Naya. Begitulah Nabila, sifatnya hanya 11 12 dengan Naya. Yang membedakan, Naya lebih dewasa dibanding Nabila. Nabila itu sahabat dan teman sebangku Naya dari kelas sepuluh. Sifat Nabila yang baik, pengertian, dan apa adanya itulah yang membuat Naya betah berteman dengannya. Meskipun Nabila sedikit Childish dan egois, Naya masih bisa memakluminya. Karna, ia menerima Nabila 'apa adanya' bukan 'ada apanya'. "Eh, mau kemana Nay?," tanya dua orang gadis secara bersamaan. Mereka adalah Abel dan Bela, si kembar cantik yang merupakan sahabat Naya. Naya memang memiliki 4 orang sahabat, yaitu Nabila, Cika, Abel, dan Bela. Tapi dari keempat orang itu, Naya lebih dekat dengan Nabila karna ia teman sebangku Naya, dan bisa juga dibilang 'Teman Seperjuangan'. "Hah, lu ngomong apaan dah??," tanya Naya seperti orang linglung. Abel si gadis pecicilan itu, memutar kedua bola matanya "Makanya, earphonenya di lepas dulu beb!," ucapnya seraya mencabut salah satu headset yang menempel di telinga Naya. "Mau kemana?," tanya Bela mengulangi pertanyaan Abel tadi. Naya mangut-mangut tak jelas "Mau ke kantin, ikut ga?," tanyanya. "Gue ikut deh, gue mau ke toilet," sahut Bela yang memang sedang ingin ketoilet untuk memenuhi panggilan alam. Berbeda dengan Bela, Abel justru menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju kekelas. Begitu juga dengan Naya dan Bela, mereka langsung berjalan menuju ke kantin umtuk membeli minum dan setelahnya ke toilet untuk menemani Bela memenuhi panggilan alamnya. ✨✨✨ "Si Naya kemana Bel?," tanya Abian pada Abel, sesekali ia mendongak untuk mencari sosok Naya dikerumunan murid-murid yang ada dilapangan. "Tadi katanya ke kantin, atau lagi nemenin si Bela ke toilet kali ya?," ujar Abel sedikit mendongak, Karna tinggi badan yang tidak sesuai dengan Abian lah penyebab ia harus mendongak. Abian berdecak kesal "Gue mana tau, lu nanya gue, gue nanya siapa?," tanyanya sedikit kesal. Abel mengerucutkan bibirnya sebal "Untung gebetan, kalo ga udah gue gibeng lu bi!!," ceplos Abel, sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau Abel menyukai Abian, bahkan hampir satu sekolah pun mengetahuinya. Abel menyukai Abian sejak kelas 11, dan itu berarti sudah setahun dia menutup hati untuk orang lain. Sifat Abian yang mudah bergaul itulah membuat Abel menyukainya, selain itu wajahnya yang cukup tampan merupakan point utama ia bisa menyukai Abian. Abian pun sama, ia menyukai Abel. Tapi, ia menyukai Abel sebagai teman. Bisa dibilang Abel terjebak friendzone, dan dia menyadari itu. "Bi, babi maksud lo?!," tanya Abian sewot. "Iya, mau lo gue panggil babi?!," jawab Abel tak selow, wajahnya sudah memerah. Bukan karna malu, melainkan karna sinar matahari yang cukup terik membuatnya sedikit kepanasan. Abian mengelap keringat yang mengalir di pelipis Abel menggunakan tangannya "Panggil sayang aja gimana?," tanya Abian sambil memainkan alisnya. "Kalo ga suka, ga usah bersikap seolah lo suka sama dia," bukan Abel yang menjawab, melainkan Naya yang baru saja datang bersama Bela yang sibuk bercerita dengan Nabila dan Randy. "Cewek itu hatinya lembut, mudah baper. Apalagi lo tau kalo Abel naksir sama lo, jangan mentang-mentang dia naksir sama lo, lo seenaknya ngebaperin anak orang terus ga tanggung jawab!," Naya menepuk pelan pundak Abian "Jangan datang buat ngebaperin dan setelah itu pergi tanpa rasa bersalah!," sambungnya sambil tersenyum manis. Begitulah Naya, dia selalu blak-blakan dalam berbicara. Tidak peduli ia berbicara pada siapa, mau sahabat, teman, bahkan orang yang tidak ia kenal sekalipun. Dan karna hal itulah ia disenangi sama orang sekitarnya, ia akan yang selalu blak-blakan jika memang ia tidak menyukai sifat orang itu. Naya tidak munafik, jika ia memang tidak menyukai orang itu, ia akan langsung mengatakannya didepan orangnya langsung. Daripada ia harus bersikap baik didepan, tapi dibelakang ia menjelekkan. Abian menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kata-kata Naya sungguh menusuk dan tepat sasaran. Tapi, ia dapat memakluminya. Karna, sifat Naya memang seperti itu dan ia pun menyukainya. Jarang ada cewek yang seperti Naya, penampilan yang apa adanya, jujur, dan blak-blakkan. Abian juga tahu, Naya berkata seperti itu karna ia tidak mau Abel merasakan sakit hati kelak. "Iya mak iya!," jawab Abian cengegesan. Naya hanya menggerutu kesal ketika Abian memanggilnya dengan sebutan 'Mak', secara tidak langsung ia mengatakan Naya 'emak-emak'. Setelah itu tidak ada percakapan diantara mereka, karna upacara dipagi yang terik ini sudah dimulai. ✨✨✨ Tbc Thanks for read❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD