23

1530 Words

"Yang Mulia Pangeran!" Gabriel berhenti menggerakkan tangannya yang sedang menepuk tanah dengan pelan. Ia menoleh, mendapati Cesa yang sedang membawa satu ember kayu berisi air penuh. Sedikit terganggu dengan kehadiran gadis itu, tapi Gabriel tidak mungkin mengabaikan seseorang yang dengan tulus menyapanya. "Darimana?" tanya Gabriel basa-basi. Tapi si gadis justru tersenyum dengan lebarnya. "Saya habis mengambil air di sungai, air di rumah nenek mati," jawabnya. Kening Gabriel berkerut, "Benarkah? Kamu bisa meminta tolong pada Caravan untuk itu," katanya kemudian. "Ah itu tidak apa. Saya bisa membetulkannya sendiri, hanya saja sekarang sudah terlalu sore dan Nenek sudah akan mandi." Lalu gadis itu menatap bingung antara Gabriel dan ember di tangannya bergantian. "Pangeran tunggu s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD