CHAPTER 2

2350 Words
  Jam istirahat telah berakhir, pelajaran berikutnya kembali di mulai. Di saat jam pelajaran, Casilda masih memikirkan Bian. Wajah lelaki itu terus saja memenuhi fikirannya, Casilda tidak bisa menghilangkan itu. " Gimana sih ya, biar jadi pacar kamu, Bian. " Gumam Casilda pelan sambil menggaruk pipinya menggunakan pulpen yang ia genggam di tangan. Casilda menoreh ke meja belakang di mana tempat Alisa dan Mira duduk.  Ya, Casilda duduk di meja paling depan sendiri karena teman - temannya tidak ada yang ingin duduk di bagian depan, dengan alasan akan menjadi pusat perhatian guru dan kalo ada pertanyaan untuk menjawab soal pasti lebih sering barisan depan yang di tunjuk. Alhasil, Casilda duduk sendiri. " Gimana ya caranya, biar gue bisa makin dekat sama Bian? kayaknya, hubungan gue begini - gini aja gak ada perubahan. " Keluh Casilda, beruntung saat ini di kelasnya sedang tidak ada guru, jadi dengan leluasa Casilda dapat bercerita. " Hmm... Casie, gimana mau ada perubahan kalo lo Cuma kasih dia puding terus, yang ada orang bosen sama lo! Bahkan, si Bian lama - lama alergi sama puding! " gerutu Mira yang ada benarnya itu. Selama ini Casilda hanya berani mendatangi Bian sambil memberi puding untuk sekedar melihat wajahnya lebih dekat, selepas itu tidak ada lagi yang ia lakukan selama bertahun-tahun.   " Iya juga sih ya. " Casilda menggaruk kepalanya yang tak gatal. " Terus gimana dong? bantuin gue, please! " Casilda mengantupkan kedua tangannya memohon bantuan kedua temannya itu. " Lo ada ide gak, Mir? " tanya Alisa. " Ahaaa…." Mira memetik jarinya pertanda mendapatkan ide. " Gimana kalo mulai sekarang lo memberanikan diri ngelakuin sesuatu gitu biar lebih deket lagi sama dia! " " Contohnya? " Casilda bertanya. " Nanti, pulang sekolah seperti biasa tuh lo tungguin Bian diparkiran buat ambil Kotak Makan bekas puding yang tadi lo kasih… " " Terus? " Casilda penasaran menunggu kelanjutan penjelasan Mira.     " Nah, lo nekat dikit tuh minta Bian anterin lo pulang! " lanjut Mira. " Gak ah. “ Casilda menggeleng cepat, ia tidak setuju. “ Gue malu, masa tiba -tiba minta anterin pulang? Lagi pula, hari ini mamah gue mau jemput! " tambah Casilda. " Ya ampun Casie, sekali - kali di coba. Emang lo gak pengen tau apa dia itu bakal perduli sama lo atau engga kalau lo minta anter dia pulang? " ujar Mira. " Kita udah kelas 12 dan itu artinya ini tahun terakhir lo bisa perjuangin dia! emang lo mau nyesel seumur hidup lo ! udah buang duit sia - sia bikinin dia puding mulu tanpa ngelakuin hal lain, eh tiba - tiba lulus sekolah dan kalian pisah gitu aja….” Mira memicingkan matanya menatap Casilda. “ Hal yang paling nyesek itu pada akhirnya kalian berdua semakin jauh! " jelas Mira membuat Casilda termenung. " Dan itu artinya selama ini lo Cuma jadi tukang puding di masa dia sekolah HA – HA. " Mira tertawa sebentar. " Iya betul kata Mira, jangan sampe menyesal! " Alisa juga ikut setuju dengan Mira. " Jadi, gimana? lo mau coba saran gue tadi? itu sederhana banget kok? " tanya Mira untuk memastikan. " Pengen sih, tapi Casie malu, Mir. " Wajah Casilda setengah cemberut sambil berfikir keras apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus melakukan hal gila itu atau tidak, Tapi benar kata Mira ini adalah tahun terkahir dirinya bisa bertemu Bian disekolah, belum tentu nanti setelah lulus ia akan bertemu dengan Bian lagi. " Yaudah, Casilda Larisa Alysa! di coba aja dulu kenapa, sih! " teriak Mira yang sudah mulai geram memberi saran kepada gadis di hadapannya itu, membuat seisi kelas menatapnya tajam. " Maaf ya, maaf. " Mira meminta maaf kepada seisi kelas atas teriakan nya yang sangat mengganggu. " Yaudah deh, nanti gue bilang mamah gue biar gak usah jemput hari ini. " Akhirnya, Casilda memutuskan untuk mencoba saran dari Mira. " Terus nanti gue bilang apa ke Bian? masa langsung minta anter pulang sih? " tanya nya bingung. " Ya, lo alesan apa kek gitu biar dia anterin lo. Misalnya, lo bisa kasih alesan gak ada yang jemput atau langsung aja ngomong minta anterin pulang kalo lo gak mau pusing - pusing mikir. Masa gue harus mikirin juga sih! " gerutu Mira merasa gemas sendiri menghadapi Casilda yang sedikit lamban berfikir. " Iya Casie, di coba aja. siapa tau iseng - iseng berhadiah. " Sahut Alisa mencoba meyakinkan kembali sahabatnya itu. Casilda berfikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk pelan, " Oke deh nanti gue coba." " Good! " Mira mengacungkan jempolnya. " tapi…. gue malu. " Sahut Casilda lagi dengan wajah memelas membuat Mira yang melihatnya ingin meraup wajah gadis itu. " Ba… cot! Di coba aja dulu! " tegasnya sambil melotot ke arah Casilda. Mira memang sedikit galak jika urusan dengan Casilda karena gadis itu sangat labil untuk memutuskan sesuatu. " Iya, Mira. Galak banget sih kayak ibu - ibu kos. " Ledek Casilda sambil membenarkan duduknya menghadap kembali ke depan.                                                •••••        Bel pulang sekolah telah berbunyi. Casilda segera bersiap menuju parkiran bertemu dengan Bian untuk mengambil kotak makan nya sekaligus ingin melancarkan aksi nya. " Gue duluan ya, byee. "  Ucap Casilda terburu - buru sambil berjalan cepat keluar kelas. " Jangan lupa saran gua tadi, ya! " teriak Mira mengingatkan Casilda. " Menurut lo, Casilda akan berhasil gak ngelakuin ide yang lo kasih tau tadi? " tanya Alisa. " Gue sendiri gak yakin karena itu anak kalo udah di depan Bian, cuma bisa diem kayak patung sambil liatin mukanya tuh cowok. Pasti dia gak bisa berkata apa - apa! Heran, segitu tergila - gilanya Casilda sama si Bian! " ucap Mira sambil berjalan keluar kelas bersama Alisa. Sudah hampir setengah jam Casilda menunggu Bian di parkiran. Dari yang tadinya ramai kini mulai sepi karena perlahan semua murid sudah meninggalkan sekolah. Gadis itu memilih duduk di bangku yang tersedia di dekat parkiran sambil melihat sekelilingnya menuggu kedatangan Bian. Biasanya, setelah bel pulang sekolah berbunyi, tidak terlalu lama Casilda menunggu Bian karena lelaki itu segera datang ke parkiran untuk mengembalikan kotak makan miliknya. hal itu sudah menjadi kebiasaan, tetapi hari ini tidak seperti biasanya karena lelaki itu belum juga menunjukan batang hidungnya. " Bian kemana ya? tumben banget dia lama seperti ini. gak mungkin dia pulang duluan? " Casilda melirik parkiran paling pojok, di sana masih terlihat ada beberapa motor yang terparkir. salah satunya yang sangat ia hafal yaitu motor milik Bian. " motor nya masih ada. mungkin dia lagi ada urusan sebentar! " fikir Casilda. Tidak lama setelah itu, datang Bian dan teman - temannya berjalan mendekat ke arahnya. Casilda sangat senang akhirnya sosok yang di tunggu datang juga. Dia bangun dari duduknya dan menampilkan senyumnya yang manis ke arah Bian. " Hai? " sapa Casilda dengan gugup saat Bian sudah berada di dekatnya. " Lo masih di sini? " tanya Bian datar.         Casilda mengangguk cepat, " iya aku mau ambil kotak makan, biar besok bisa kasih Bian puding lagi. " Katanya semangat. " Harusnya kalo gue kelamaan, lo gak usah tungguin! Besoknya kan bisa gue balikin. " Ucap Bian menatap malas gadis dihadapannya itu. " Gak apa - apa kok, nungguin kamu berjam - jam juga rela. " Balas Casilda tetap terlihat semangat sedangkan Bian sendiri menarik nafasnya mendengar ucapan gadis itu.  " Uh…. So Sweet banget sih Casie, abang Boma juga pengen di buatkan puding dong. " Celetuk Boma yang berdirii di belakang Bian. " Iya Casie, dari pada sama Bian yang cuek banget, mending sama gua aja deh. " Sahut Delon tak mau kalah. " Udah ayo tinggalin mereka berdua. " Kata Adrian yang mengerti situasi sambil berjalan pergi di ikuti Boma, Delon dan Nugi membiarkan Bian bersama Casilda. Bian mengeluarkan kotak makan dari tas nya lalu menyodorkan kearah Casilda, " gue boleh minta satu hal gak? " tanya Bian. Casilda mengambil kotak makan dari tangan Bian seraya menjawab pertanyaan lelaki itu, " boleh kok? permintaan apa aja yang Bian mau. " Ucapnya gugup tapi masih bisa terkekeh. " lo gak perlu repot - repot buatin gue puding terus. " Jelas Bian.  " Aku gak merasa direpotin kok. Bian gak usah malu – malu. Casie seneng kok buatin puding terus buat kamu. " Jawabnya polos, padahal lelaki di depanya itu sudah merasa bosan karena gadis itu sering sekali memberinya puding. " Berarti lo gak bisa turutin permintaan gue. " Bian mengangguk pelan, ia sudah tidak ingin membahasnya lagi karena tau gadis itu akan tetap memberikannya puding walaupun sudah berkali - kali Bian menyuruhnya berhenti melakukan itu. " Yaudah, gue balik dulu. " Baru saja Bian ingin membalikan badannya, Casilda menahan lelaki itu. " Bian ... ," panggilnya, ia teringat saran dari Mira yang tadi ia bahas pada saat jam pelajaran. " kenapa? " alis bian terangkat satu, tak mengerti menatap gadis di hadapannya itu. " Aku boleh minta tolong gak? " Casilda bertanya dengan suara pelan, tapi masih dapat terdengar jelas oleh Bian. " Apa? " tanya Bian. " Ummm… aku boleh... boleh.... . " Bibir Casilda mendadak kelu untuk berkata ingin meminta Bian agar mengantarnya pulang.  Dia mengerjapkan matanya berkali - kali dan berusaha tenang meskipun itu sulit dilakukan. " Boleh apa? " tanya Bian tak sabar. " Boleh minta tolong gak? "  " Ya apa ngomong aja? " jawabnya sedikit ketus.  " Minta tolong...." Casilda meremas roknya merasa sangat grogi ditatap oleh Bian. Rasanya, ia mau pingsan saat itu juga, sedangkan lelaki di hadapannya itu memandanganya aneh. " Kenapa sih? minta tolong apa? "  " Boleh minta tolong pinjam ponselnya gak, buat pesen ojek online? " ucap Casilda dengan sangat cepat, tapi setelah itu ia menepuk pelan bibirnya menyadari apa yang dia katakan itu sangat bodoh dan tidak sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Harusnya ia langsung bicara saja minta tolong agar Bian mengantarkannya pulang. Dengan bodohnya Casilda malah mengatakan hal berbeda, padahal ia bisa pesan ojol sendiri di ponselnya. ‘ Dasar bodoh! lo bodoh banget Casilda! dasar oon! gagal sudah hari ini diantar pulang pangeran Bian! hilang sudah kesempatan hari ini! ‘ Casilda memaki dirinya sendiri di dalam hati.   " Emang di Hp lo gak ada? " tanya Bian yang selalu saja memasang wajah datarnya, padahal wanita di hadapannya itu sangat cantik, tapi sepertinya baginya sama sekali tidak menarik. " Ada sih, tapi... Hp aku Low-Bat. " Ucapnya setelah itu ia menundukan kepalanya menahan rasa kesal pada dirinya sendiri. " Di hp gue gak ada aplikasi Ojek Online. " Balas Bian seraya membalikan badannya membelakangi Casilda. " Kalo download aplikasinya dulu kelamaan." lanjutnya, membuat Casilda menyesal telah berniat meminjam ponselnya untuk pesan Ojol yang sama sekali tidak membuahkan hasil, bahkan Bian terlihat tidak perduli. " Ternyata, Bian benar - benar tidak perduli! " batin Casilda sambil menatap punggung Bian dengan rasa kecewa. Lelaki itu mulai berjalan meninggalkan Casilda, namun beberapa detik kemudian Bian menghentikan langkahnya, lalu menoreh ke belakang melirik Casilda. " Tapi kalo mau, lo bisa pulang bareng gue. " Ucap Bian. Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya tanpa menunggu jawaban dari Casilda. Mata dan mulut Casilda terbuka lebar, ia terperangah dan merasa tak percaya apa yang baru saja Bian katakan membuat dirinya ingin pingsan ditempat. Ia meneguk ludahnya berkali - kali, ternyata usahanya tidak sia - sia meskipun sebelumnya Casilda berfikir akan gagal. Akhirnya, setelah sekian lama Casilda bisa merasakan pulang bersama sosok yang sangat ia sukai. Siapa lagi kalau bukan lelaki yang baru saja berjalan meninggalkannya itu, Bian. " SUMPAH DEMI APA PUN GUA MAU PINGSAN! " Casilda mengerjapkan matanya berkali - kali " EH TAPI JANGAN PINGSAN DULU CASILDA, NANTI GAK JADI PULANG BARENG, BIAN! TAHAN...TAHAN. " casilda berbicara sendiri sambil mengatur nafasnya sebelum akhirnya ia berlari mengejar Bian. " BIAN TUNGGU , AKU MAU !" Teriaknya. Bian hanya menoreh sekilas sambil mengacungkan jempolnya. Dasar Bian! selalu maunya di kejar dan di perjuangin! untung Casilda memiliki kesabaran yang luar biasa menghadapi lelaki itu. " Wih, kalian berdua akhirnya jadian? " tanya Boma saat Bian dan Casilda berjalan mendekat ke arah nya, tapi sama sekali tidak digubris oleh Bian. " AMIN! He he ." Casilda menjawab pertanyaan Boma sambil tersenyum lebar. " Doain ya. " " AMIN YA ALLAH , AL-FATIHAH… " Boma menadahkan kedua tangannya sambil membaca sesuatu, tapi tidak terdengar suaranya. Entah apa yang dia bacakan tapi mungkin surat al-fatihah atau hanya sekedar komat - kamit, setelah itu Boma mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil bilang "AMIN! udah gua doain tuh, besok lo bawain gua puding rasa Ikan Teri ya. " Ujung - ujungnya Boma punya maksud tertentu. Casilda tertawa " Mana ada puding Ikan Teri sih " Ucapnya dilanjuti tawa . " Emang dia g****k dari lahir, udah gak usah di dengerin. Buang - buang waktu! " sahut Delon sambil memakai helm di kepalanya kemudian ia naik keatas motornya. " Yaudah Bom. Besok gue bikinin puding khusus buat lo ya karena tadi udah doain. " Kata Casilda. " Alhamdulillah, bener ya? " " Iya bener! " " Ini mau ngobrol apa pulang? " suara itu berasal dari lelaki yang sejak tadi diam, yaitu Bian. " Eh-- iya maaf, Bian. " Casilda segera naik keatas motor Bian yang sudah siap melaju. " Oh iya, hari ini kita pada mau makan bakso di Mang Uyat. Sekalian aja ajak Casilda. " Ucap Nugi kepada Bian seraya naik keatas motor. " Kalian aja, gue langsung anter dia balik. " Jawab Bian sambil menunggu teman - temannya yang masih belum naik ke motornya masing - masing. " Makan aja dulu, kasihan Casilda pasti laper, kan? "  ucap Delon sambil melirik Casilda. " Dia gak laper kok. " Jawab Bian datar. " Casie, emang lo gak laper? " tanya Boma ke arah Casilda. " Laper sih. " Jawab Casilda sambil terkekeh. " Tuh kan, dia laper. fix kita makan bakso dulu! " Bian menghela nafasnya dan menyesali keputusan Casilda yang ingin ikut makan bakso bersama teman – temannya. Itu artinya ia akan sedikit lama bersama Casilda. Padahal, niatnya ingin segera mengantar gadis itu pulang agar tidak terlalu lama bersamanya, tetapi teman - teman terkutuknya itu selalu saja membuat nya jengkel. Mau tidak mau akhirnya ia menyetujui untuk makan bersama temannya. " Yaudah ayo kita berangkat? masa diem di diparkiran mulu. " Kata Adrian seraya menyalahkan motornya, kemudian segera keluar dari parkiran diikuti teman - temannya yang juga sudah siap di atas motornya masing-masing.   ** MAU INFO SEDIKIT. UNTUK KALIAN YANG BACA KISAH FAELYN DAN REYFAN DIDALAM CERITA ITU KAN BIAN PINDAH SEKOLAH . NAH DI KISAH INI, BIAN CERITANYA SUDAH LAMA SEKOLAH DITEMPAT BARUNYA YA. SATU LAGI, DI CERITA INI TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KISAH REYFAN DAN FAELYN KARENA KHUSUS KISAH CINTA ' BIAN ' . THANKYOUU.... NEXT----->
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD