CHAPTER 3

2907 Words
Casilda tampak sangat gugup, namun senyum bahagianya tidak dapat di sembunyikan lagi. Setelah sekian lama, akhirnya Casilda bisa merasakan duduk di dekat Bian dan bahkan akan di antar pulang oleh lelaki itu. Dia merasa sangat beruntung sekali karena selama ini ia tidak pernah melihat bian membonceng wanita di motornya dan kali ini sepertinya ia wanita pertama yang beruntung. Tidak terlalu jauh, akhirnya mereka sampai juga di tempat bakso langganan yang biasa didatangi mereka ketika pulang sekolah yaitu Mang Uyat. Mereka masuk kedalam ruko kecil terbuka milik si tukang bakso itu dan segera mengambil posisi duduk masing - masing saling berhadapan di batasi meja panjang yang tersedia di tempat itu. Casilda kini memilih duduk berhadapan dengan bian agar dapat melihat jelas wajah tampan lelaki itu. " Mang Uyat, pesen bakso kayak biasa ya, tapi kali ini buatkan 6 mangkuk karena ada istri nya, Bian. " Teriak Boma kearah Mang Uyat si tukang bakso. Mang Uyat yang tadinya sedang melayani pembeli segera menoreh kearah sumber suara " Lah si Bian Nikah Muda? " tanya Mang Uyat yang sedikit gaul. Jadi, ia sudah sangat akrab dengan Bian dan teman – temannya. " Iya tuh bocah ngebet nikah, Mang. "  Boma terus saja mengoceh dan bodohnya si tukang bakso itu percaya saja. " SERIUSAN? Kok, Mang Uyat gak di undang jadi tukang bakso di acara pernikahan nya sih? TEGA banget lu sama gua, Bian!" ujar Mang Uyat dengan nada bicaranya yang medok, maklum dia Orang Jawa. " Bercanda Mang, gitu aja percaya sama si Boma tukang tipu! ini baru pacar nya kok. Belum nikah. " Delon ikut menyahut. " Kurang ajar lu Boma, udah bohongin orang tua! udah ah Mang Uyat mau bikin pesenan dulu! " Bian memijit pelan pelipisnya sambil menghela nafas berat mendengar lelucon teman nya itu " Boma, Delon ! gue gak pacaran. " Bian mulai angkat suara agar menepis rumor dirinya jadian dengan Casilda. " Yaudah anggap aja ini proses kalian menuju pacaran. " Kata Delon seraya menaik turun kan alisnya. " SETUJU ! " tiba - tiba saja Casilda bersuara membuat Bian dan teman - temannya menoreh kearahnya dengan tatapan kaget, sebelum akhirnya mereka tertawa terkecuali Bian yang justru terlihat malas menanggapinya. Casilda sendiri juga tidak sadar kalimat itu keluar dari mulutnya begitu saja. " Nah, tuh calon mempelai wanitanya aja udah setuju banget, kan? udah tinggal calon mempelai pria nya aja nih gimana? " Nugi yang duduk di samping Bian menepuk punggung nya. " Lo berdua keliatan serasi kok." " Gua punya ide! " Boma menggebrak meja membuat kaget yang lainnya. " Apaan sih, Bom! ngagetin aja! " Adrian menggelengkan kepalanya. " Gimana kalo kita nikahin aja si casilda sama bian disini , mang uyat jadi penghulu nya !" " STRES LU BOM! " Bian berusaha tak memperdulikan teman - temannya itu, sekilas Bian melirik Casilda yang sedari tadi terus saja tersenyum karena mendapatkan dukungan dari teman-temannya. Akhirnya bakso yang tadi dipesan pun datang dan mereka sudah siap menyantapnya dengan lahap " Eh bentar – bentar, jangan di makan dulu. Mau gua rekam dulu buat status di **! " kata Nugi menghentikan kegiatan temannya yang sudah siap melahap bakso. " Ah, ribet nih. Gua udah laper banget sampe lambung gua mengeluh juga!" Boma terlihat tak sabar . " Sebentar doang sih. " Nugi membuka Aplikasi ** dan mulai merekam bakso di meja, kemudian mengarahkan kamera nya kearah teman -temannya dan Casilda. " Selamat makan, guys! " " Udah kan, gua gak tahan mau nyaplok, itu bakso dari tadi udah ngeledekin gua aja! " Boma langsung saja menyantap bakso yang sudah berada di hadapannya sejak tadi. " Nih bocah mau makan aja di snap, apa - apa di snap dulu! sekalian aja lu buang air besar di snap juga! " keluh Delon alhasil mendapat pukulan pelan dari Casilda yang duduk disamping nya. " Ih Delon jorok banget sih ngomong itu kan lagi makan! " " Tau lo gak sopan banget. " Bian ikut bicara membuat teman - temannya menatapnya heran. " Tuh kan, Bian belain Casilda? udah fix ini mereka berdua pacaran! " Casilda hanya tersenyum tipis melihat Bian ikut bicara tadi, padahal sangat sederhana tapi mampu membuat dirinya senang ditambah lagi hari ini ia bisa ikut berkumpul bersama teman - temannya Bian yang asik dan baik.     •••••••••••     Selesai makan bakso, Bian segera mengantarkan Casilda pulang sedangkan Boma dan yang lainnya pergi kerumah Bian karena memang hari ini mereka ada janji main PS bersama. Berhubung Bian akan mengantar Casilda, jadi teman - temannya lebih dulu menuju rumah Bian. " Casilda, nanti lo kasih unjuk jalannya ya? " ucap Bian saat motornya mulai melaju. " Oke, Bian. " Sepanjang perjalanan, keduanya hanya terdiam tanpa banyak bicara sampai akhirnya Casilda angkat suara. " Bian, belok kiri! " ucapnya tiba - tiba membuat Bian berbelok secara mendadak. " Kalo mau belok, kasih tau nya jangan dadakan! " omel Bian, ia sedikit panik karena tadi hampir saja motornya menabrak tiang listrik. " Iya Bian, maaf ya tadi aku gak perhatiin jalanan! " Casilda merasa tidak enak hati. ' soalnya yang aku perhatiin dari tadi adalah wajah kamu lewat kaca spion.' Gumamnya dalam hati. Sesuai yang diarahkan, Bian menghentikan motornya didepan rumah Casilda. Gadis itu perlahan turun dari motor dan kini berdiri di samping Bian. " Makasih ya, udah mau anterin aku pulang. " Ucap casilda, terlihat ia nampak grogi berdiri sangat dekat dengan Bian. " Iya. " Singkat Bian seraya menyalahkan kembali mesin motornya pertanda ia ingin segera pergi. " Makasih juga ya tadi udah di traktir makan bakso. " Lanjut Casilda yang masih ingin banyak bicara, sedangkan Bian sepertinya ingin cepat pergi dari sana. " Yaudah, gue pulang dulu. " Baru saja Bian ingin melajukan motornya Casilda menahan dirinya. " Eh, tunggu dulu. " Ucap Casilda membuat Bian terdiam menatapnya heran. Gadis itu selalu saja menghentikan pergerakannya. Terlihat Casilda mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. " Tulis nomor w******p kamu ya? " Casilda menyodorkan ponselnya ke arah Bian yang masih diam, justru lelaki itu kini menatapnya dengan sinis. Melihat Bian menatapnya tak suka, Casilda segera menjauhkan tangan dan ponselnya dari Bian. " Kalo gitu kamu sebutin aja deh, biar aku yang catet? " ucap Casilda hati – hati agar Bian tidak marah padanya karena sudah lancang. " Gue lagi buru – buru. " Balas Bian setelah itu ia segera melajukan motornya mengabaikan Casilda yang berharap mendapatkan nomor nya. Casilda dibuat melongo oleh lelaki itu, ia sangat malu pada dirinya sendiri kenapa begitu nekat meminta nomor Bian. Casilda merasa tidak ada harga dirinya, tapi ia tidak akan menyerah meskipun terlihat bodoh, ia bersikeras akan mendapatkan itu. " Tenang, masih ada hari esok! " Casilda berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Dia segera masuk kedalam rumahnya meskipun dengan perasaan sedikit kecewa.   **     Bian baru saja sampai di rumahnya, ia segera masuk kedalam dan mendapati adik perempuannya yang sedang berjalan ke arahnya. " Mau kemana lo rapih banget? " tanya Bian melihat penampilan adiknya. " Mau jalan lah, sama pacar gue. " Ucap Faelyn, adiknya Bian. " Emang nya kak Bian, jomblo terus! " ledek adiknya itu seraya menjulurkan lidah nya. " Rese lo! Mamah mana? " tanya Bian. " Mamah lagi arisan ! tuh, di atas udah ada temen - temen lo kak! " " Iya gue tau. Lo jangan pulang malem - malem! " " Iya – iya. Bye…. jomblo! " ledek Faelyn, setelah itu ia segera berlari keluar rumah sebelum terjadi Baku Hantam dengan kakaknya itu. " Gak adik, gak temen semuanya sama aja! " Bian menggelengkan kepalanya sambil berjalan menuju lantai atas yaitu kamarnya. Baru saja masuk kedalam kamarnya, ia di buat pusing oleh teman - temannya itu. Bagaimana tidak? saat ini kamarnya sudah seperti Kapal Pecah karena ulah teman - teman nya itu. Mereka bermain PlayStation sambil ngemil makanan ringan milik Bian hingga berserakan di lantai dan juga ada yang rebahan di atas kasur bian. Bian menghela nafas, ia memutar kedua bola matanya melihat kasurnya berantakan. " Udah gue bilang kalo tiduran di kasur,  selimut sama bantal nya jangan acak – acakan. " Ucapnya dengan kesal seraya melemparkan tas nya ke arah kasur dimana saat ini delon tengah tiduran di sana sambil asyik memainkan ponselnya yang sibuk mengirim pesan ke cewek - cewek cantik di **. Dasar playboy !     " Udah kayak Cacing Kepanasan lo, Delon! Gak bisa diem banget di atas kasur sampe pada jatoh itu bantal ke lantai! " lanjut Bian memarahi Delon. " Aduh sakit, Bian! " ringis Delon saat tas Bian mendarat di badannya. " Lo juga Boma, Nugi! kalo makan itu sampahnya langsung di buang jangan acak - acakan kayak gitu! " omelnya, tapi mereka bedua hanya terkekeh, matanya tetap fokus kearah layar TV sambil bermain PlayStation. " Tunggu dulu Bian, nanti selesai main gue makan bungkus nya deh biar gak ada sampah di rumah lo! " sahut Boma asal, ia terlihat serius memainkan Guitar Hero bertanding dengan Nugi. " Iya tenang aja, pokoknya kamar lu bersih gak akan ada sampah! soalnya si Boma kan mulutnya kayak TONG - SAMPAH! " Jawab Nugi yang juga sama seperti Boma sedang fokus main PlayStation. " Ye sembarangan lo kalo ngomong Babi Guling! " celetuk Boma tak terima dirinya di sebut tempat sampah. Saat ini, hanya Adrian lah yang tidak membuat masalah. Lelaki itu lebih memilih duduk di sofa yang berada dikamar Bian sambil mendengarkan musik. Bian memilih berjalan mendekati Adrian dan duduk di sana, ia hanya bisa menerima semua itu dengan berlapang d**a karena percuma saja menceramahi mereka tidak akan ada gunanya. Meskipun mereka bersikap menjengkelkan dan terkadang tidak tahu diri, tetapi Bian tidak pernah merasa benci atau menyesal berteman dengan mereka, karena menurutnya mereka adalah teman terbaik yang ia miliki. " Sabar ya. " Kata Adrian, ia meninju pelan lengan Bian. " AKHIRNYA GUA MENANG JUGA !!! " teriak Boma setelah game berakhir dan skors nya lebih tinggi dibanding Nugi. " Halah itu Cuma kebetulan aja, aslinya gua yang lebih jago dari lu!" sahut Nugi yang tak terima kalah. Boma segera bangun dari duduknya. " Yeh, mana ada maling mau ngaku! " celetuk Boma asal. " Lah, emang gua maling apaan, hah? " Nugi ikut berdiri. " Kan, lo kalah main PS sama gua, tapi lo gak mau mengakui itu! "  ucap Boma lagi mencoba menjelaskan perkatannya tadi. " Apa hubungannya gua sama maling, sih? " Nugi menggeleng tak mengerti. Padahal kalimat ‘ tidak ada maling yang mau mengaku ‘ hanyalah sebuah pribahasa. " Udah ah lo b**o, males gua ngobrol ama lu! " Boma memilih meninggalkan Nugi dan berjalan ke arah Bian. Delon yang sejak tadi tiduran diatas kasur kini beranjak turun, ia berjalan mendekati Nugi. " Nih gua kasih tau ya, apa yang Boma maksud. " Ucap Delon dan Nugi mengangguk. " Apa? Cepat kasih tau! " " Maksud si Boma itu... " Delon sengaja memperlambat ucapannya membuat Nugi penasaran. " Apaan? " " Maksud boma itu, lo maling! " selesai bicara Delon tertawa padahal sama sekali tidak ada yang lucu. " Apa sih? kok gua jadi dituduh maling dah! " Nugi hampir frustasi memikirkan hal yang tidak penting itu. " Udah ayo, bener kata Boma kalo lo itu b**o. " Delon mengajak Nugi berjalan ke arah Bian. Kini mereka berlima duduk bersama di sana. " Gimana? udah jadian belom sama Casilda? " tanya Delon penasaran. " Siapa yang jadian coba? " jawab Bian dengan malas. " Lah, tadi itu apa? Ngajak Casilda pulang bareng? " Nugi ikut penasaran. " Tadi itu..." belom sempat Bian menjelaskan, Boma memotong pembicaraanya. " Udah lu gak usah alesan lagi, Bian! gua tau tadi lu ajak dia pulang bareng kan, biar makin deket! ngaku deh! " Boma yang duduk disebelah Bian menyenggol lengan lelaki itu berkali – kali. "HAYO NGAKU!" " Gua belom selesai ngomong ya, botak! " Bian menjitak kepala Boma dengan gemas tetapi yang dijitak malah terkekeh. " Tadi itu, dia minta tolong pesenin Ojek Online! " ucap Bian. " Oh… jadi, sekarang lo kerja sampingan jadi ojol? " tebak Nugi. " Gak gitu juga, Nugi! " Bian mulai geram. " Dengerin dulu kenapa! " " Iya – iya. Waktu dan tempat kami persilahkan. " Ucap Nugi. " Karena gue gak ada aplikasi ojol, jadi gue tawarin dia pulang bareng! Kasihan, tadi dia udah kelamaan nungguin gue! " jelas Bian. Kini teman – temannya mengangguk faham, kecuali pria si kepala botak alias Boma yang suka mencari gara - gara dengan Bian. " Masa sih? gue gak percaya, ah. " Boma menyipitkan matanya yang belo itu ke arah Bian. " Kenapa lo gak download aja dulu aplikasi nya gitu, terus pesenin dia deh? " lanjut Boma. " Kelamaan! Terlalu ribet. " singkat Bian menahan kesal. " Halah, Alesan aja! " celetuk Boma. “ Kalau ada cara yang ribet, kenapa harus mengikuti cara yang mudah.” Boma mencibir. Lelaki itu terkadang suka bersikap tidak jelas dan memperumit suasana. " Kok lo nuduh gua, sih? " Bian menoreh ke arah Boma yang menatapnya curiga, seolah - olah dirinya lah yang meminta agar Casilda pulang bareng. " Siapa yang nuduh lo? engga kok. " Boma menggeleng cepat melihat Bian menatapnya kesal. " Itu lo kayak nuduh gue yang ngajak Casilda pulang bareng? " ujar Bian. " Udah Bian, jangan dengerin Boma! tadi aja gua dituduh maling sama dia! Padahal, gua gak salah apa - apa! " ucapnya mendukung Bian. " Tadi itu kesalahan gue cuma satu! " Nugi diam sejenak. " Yaitu, kalah main game, tapi kenapa gua dianggap maling! " keluh nugi penuh dramatis " KENAPA BOM! KENAPA!" Teriaknya berlebihan. Nugi malah mencurahkan isi hatinya. " DASAR BOM-BOM CAR! " Nugi terus saja bicara membuat yang lainnya pusing. " Sumpah ya, lo berdua drama banget! " Delon bergidik geli melihat Boma dan Nugi. " Menurut lo, Casilda itu gimana? " Adrian tiba - tiba saja angkat suara, tentu saja pertanyaan itu tertuju untuk Bian. " Entahlah. " Bian mengangkat bahunya, ia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. " Menurut lo? " Bian malah bertanya balik kepada Adrian. " Menurut gue, dia orangnya tulus! " Jawab Adrian, ia mencopot Earphone yang sejak tadi melekat di kedua telinga nya. " Lo tau dari mana? " tanya Bian. Kali ini ia merasa penasaran karena biasanya adrian tidak terlalu banyak bicara. Hal itu membuat Bian ingin mendengar pembicaran Adrian, karena menurutnya apa yang Adrian bicarakan lebih menarik di dengar. Di banding ketiga temannya yang lain sedikit gila. " Iya, lo tau dari mana? pasti lo peramal. " Boma selalu saja menyahut tidak jelas. " Gue sering banget lihat Casilda di bully oleh Mery dan temannya. " Adrian mencoba menjelaskan. " Kenapa? " tanya Bian tak mengerti. " Casilda di bully seperti itu karena dia berusaha deketin lo! " lanjut Adrian. " Kok bisa? " Bian mengernyitkan dahinya. " Terus gimana? " " Ya, lo tau kan kalo Mery itu suka sama lo, tapi lo tolak! mungkin dia merasa gak suka kalo ada yang berusaha dapetin hati lo selain dia! " terang Adrian. " Lo tau sendiri kan, selama ini yang bener - bener usaha deketin lo itu si Casilda! " jelas Adrian. " Iya gue tau! " Bian mengangguk faham, mencoba mencerna apa maksud Adrian karena Bian sendiri pun merasakan itu. Bahwa Casilda yang paling bertahan lama mendekatinya.   " Waktu itu gue pernah lihat Mery kunciin Casilda di kamar mandi karena dia gak mau jauhin lo! dia gak mau berhenti ngejar lo! untung aja gue lihat kejadian itu dan akhirnya gue bukain pintu yang terkunci agar Casilda bisa keluar. " Adrian menoreh kearah Bian lalu menepuk pundak lelaki itu. " Dia tulus cinta sama lo, sampai rela kayak gitu! mungkin lo bisa coba respon dia! " ucapnya setelah itu Adrian bangkit dari duduknya lalu mengambil tasnya dan bergegas keluar kamar Bian. " Gue balik duluan ya mau anter nyokap gue ke rumah saudara! " ucapnya yang dijawab anggukan oleh yang lainnya. " Wah kurang ajar tuh si mery! Berani - berani nya dia berbuat jahat pada Casilda calon istrinya, Bian! DASAR BUMBU MERICA! " Boma mengepalkan tangannya sambil meninju - ninju sofa. Entah apa yang Boma lakukan itu sangat tidak jelas. " Kita harus memberi si 3M itu pelajaran, Bian! " Boma melirik ke arah Bian yang kini terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu. " Menurut gue apa yang Adrian bilang itu ada benernya juga, Bian! gue aja merasa tersentuh ngeliat dia berusaha deketin lo selama bertahun – tahun, tapi gak lo respon sama sekali! " Delon ikut setuju apa yang Adrian katakan karena ia melihat sendiri bagaimana Casilda berusaha mendekati Bian sejak lama. " Gak bisa! gue gak ada perasaan lebih ke dia! " tegas Bian, ia bangkit dari duduknya. " Coba lo ajak dia jalan, luangin waktu buat lo berdua saling dekat." Saran Nugi. " Kasih dia kesempatan! " " Iya Bian, kalo lo begini terus gimana mau dapet pacar! " Delon ikut berdiri, ia merangkul Bian. " Coba lo ajak dia jalan, ngobrol berdua! Siapa tau cocok! " Delon juga ikut memberi saran. Bian terdiam ketika mendengar saran dari Delon, ia melirik temannya itu sebentar kemudian berfikir sejenak. Meskipun sedikit gila, tapi kalau urusan tentang wanita Delon ahlinya karena dia sudah sangat berpengalaman soal seperti itu. Jadi, Bian masih dapat mempercayai Delon dibanding Nugi dan Boma yang sama sekali tidak ada kelebihannya. " Jalanin aja dulu, kalo merasa gak cocok yaudah gak usah di lanjut! " " Kalo lo Cuma diam aja, merasa gak cocok sama si A terus berfikir gak ada perasaan sama si B ! Gimana lo bisa bilang gitu kalo lo aja gak pernah coba atau kasih kesempatan buat buka hati lo! " lanjut Delon. " Iya tuh bener. Lagi pula selain cantik, Casilda juga pinter kok. Gue denger dia peringkat 1 di kelasnya! " sahut Boma. " Gue aja mau sama Casilda! " ucap Boma lagi sambil tertawa pelan. " Tapi, Casilda nya yang gak mau sama lo! " Nugi menjitak kepala Boma sekencang mungkin hingga meringis. " Tuh lo liat sendiri, kan. Banyak yang suka sama Casilda, tapi dia pilih lu! Jangan sampai lo nyesel kalau dia udah di ambil orang! " Delon memperingati Bian. " Tau ah pusing gue! " Bian segera pergi menuju kamar mandi. " Mau ngapain lo, Bian! " teriak Nugi. " BERSEMEDI. " sahut Bian saat sudah berada di dalam kamar mandi. ** HAI JANGAN BOSEN DULU YA KARENA INI MASIH AWALAN CERITA. TUNGGU TERUS KELANJUTANNYA YA :) THANKYOU.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD