Bab 1

1711 Words
I'm alone in my head And lookin' for love in this stranger's bed But I don't think I'll find it 'Cause only you could fill this empty space I wanna tell all my friends But I don't think they would understand It's somethin' I've decided 'Cause only you could fill this empty space  Space, space This empty space Space, space Lynn membuka kedua mata, ia mendengar dering ponsel miliknya. Dengan setengah sadar ia meraba ranjang di sebelah kanan dan mendapatkan ponsel miliknya. Dengan sekali gerakan sapuan jemarinya, suara dering itu berhenti. Lynn kembali memejamkan kedua matanya lagi dan kembali bergelung ke dalam selimut. "Letakkan di sebelah sana, agar Dewi Lynn dapat dengan mudah membasuh wajahnya setelah bangun dari bertapanya." Lynn yang masih setengah sadar mendengar suara percakapan beberapa orang di dekatnya. Iris berwarna aquamarine itu terbuka, merasa banyak orang di kamarnya, sudah membuatnya merasa jengkel di pagi hari. Wanita bersurai pirang itu memilih bangun dan duduk di atas ranjang, ia melihat ponsel di tangannya menunjukkan pukul tujuh pagi. Rasanya masih terlalu pagi untuk beraktivitas, saat kesadarannya penuh, Lynn baru menyadari sesuatu. "Ini ... di mana?" Lynn berusaha keras untuk menyambungkan sirkuit-sirkuit di kepalanya agar otaknya dapat kembali bekerja. "Ahh, aku ingat. Ini adalah kamar Xiao Rou, gadis itu- , ehem. Maksudku wanita itu memintaku untuk sekamar dengannya, di tambah harus rela tidur seranjang dengannya." Lynn berbicara sambil mengingat kembali dan mengangguk mengerti, tetapi saat ia menggerakkan tangan kanannya yang memegang ponsel, tiba-tiba wajahnya memucat. "Ini ... ponselku? Tunggu, aku datang tidak membawa apa pun, sekarang aku mendapatkan ponselku?!" Lynn mulai histeris dan membekap mulutnya agar tidak berteriak, hingga membuat Jun Yi datang dengan segala aura membunuhnya. "Akhirnya aku mendapatkan ponselku!"  Lynn melompat-lompat kecil dan menari seperti mendapatkan hadiah besar dalam hidupnya. Wanita itu menghapus air matanya yang sedikit keluar karena begitu senang mendapatkan ponsel miliknya tepat di tangannya setelah bangun pagi. Ia menoleh ke segeala arah untuk menemukan Xiao Rou, tetapi ia tidak dapat menemukan sang Permaisuri dalam kamar itu. Langkah kakinya bergerak menuju ruangan yang merupakan pemandian air panas khusus untuk sang Permaisuri dengan Kaisar dan juga para Pangeran. Tetapi langkahnya terhenti tepat di depan pintu saat ia mendengarkan desahan-desahan e****s yang membuat wajahnya merona merah. "Ahhh ... ku mohon ... bergerak lebih cepat, akhh!" Lynn yang mendengar itu hanya bisa menahan senyum, ia ingin sekali melihat langsung adegan tidak senonoh itu. Tetapi, ia masih sayang nyawa. Jika di dalam itu Jun Yi, sudah pasti hari ini juga kepalanya akan menjadi pajangan di alun-alun istana. Lynn mendengkus dan melihat ponsel miliknya, sebuah ide terlintas di kepala cantiknya. Dengan cepat ia membuka ponsel miliknya dan mendekatkannya di pintu, tidak berselang lama suara Xiao Rou yang mendesah karena mendapatkan pelepasannya itu terdengar begitu seksi. Dengan cepat Lynn menyingkir dan kembali ke atas ranjang, ia membasuh wajahnya yang merona dengan cepat. Dan pada saat itu juga pintu ruangan pemandian terbuka, menampilkan Jun Yi yang hanya memakai kain menutupi bagian bawah tubuhnya. Lynn menoleh dengan malas, melihat tubuh Jun Yi di pagi hari memanglah sebuah berkah, tetapi tidak dengan perkataan pedas pria itu. "Wanita manja sepertimu baru membuka mata?" "Panglima Jun Yi yang terhormat, aku baru saja kembali dari bertapa untuk mencari kesalahanmu di Nirwana!" jawab Lynn asal, tentu saja ia berbohong. Semua orang menganggap Lynn tidur di malam hari sama saja dengan bertapa, entah dari mana rumor itu beredar. Lynn hanya bisa menahan tawa saat sampai di telinganya, Xiao Rou yang mendengar itu pun tertawa lepas sambil memukul punggungnya. "Ck, aku punya segudang kesalahan jika kau ingin mencarinya." Jun Yi kembali memakai pakaiannya dengan begitu rapi tanpa harus melihat cermin, Lynn hanya bisa menggeleng pelan saat melihat berapa lapis pakaian yang Jun Yi kenakan. Sedangkan dirinya, ia memakai pakaian yang tentu saja berbeda dari negeri itu. Gaun lolita, Lynn menamakan gaun yang ia pakai terakhir kali di dunia asalnya.  Gaun berwarna merah marun dengan perpaduan hitam dan renda di beberapa tempat, di tambah dengan sebuah kunci besar yang ia temukan saat pertama kali ia terbangun di dunia itu. Jun Yi keluar dari kamar Xiao Rou tanpa menoleh sedikt pun ke arah Lynn, itu sudah menjadi hal biasa ia dapatkan setelah Xiao Rou menyeretnya masuk ke dalam Istana Silver. Lynn kembali ingat saat pertama kali bertemu dengan Xiao Rou di pinggir Danau Luo, ia yang sedang berlatih memakai sihir mendapati Xiao Rou, Kaisar, dan juga para Pangeran yang sedang menemani sang Permaisuri. Tepat saat  Lynn dapat berjalan di atas air dan cahaya matahari membuat pelangi datang di sekitar Lynn. Saat itu juga mereka bersujud di depan Lynn yang tidak mengerti apa pun dengan kehadiran rombongan besar itu. Di sinilah akhirnya ia berada, ia di perlakukan baik layaknya seorang Dewi yang baru saja turun dari Nirwana. Tetapi, saat itu juga Lynn menjelaskan kepada Xiao Rou, meski Xiao Rou awalnya tidak percaya, akhirnya setelah beberapa kali ia yakinkan, sang Permaisuri menerima Lynn yang hanya seorang manusia. "Lynn, apa kau bertengkar lagi dengan Jun Yi?" tanya Xiao Rou yang baru saja keluar dari pemandian. "Tidak, kami hanya saling mencekik satu sama lain," jawab Lynn sambil memperagakan mencekik dirinya sendiri. "Cepat bersihkan tubuhmu, kita akan ke Istana Bulan pagi ini." "Kau sudah mulai sedikit mengikuti perkataanku rupanya," "Apa yang kau katakan adalah benar, Lynn. Aku percaya sepenuhnya padamu, karena itu kau datang ke dunia ini untuk menolongku, bukan?" "Pangeran Guan Yu baru berumur empat tahun, sudahku katakan di duniaku para ibu akan terus menjaga putranya dengan tangan mereka sendiri. Kau juga harus merawat putramu sendiri, Xiao Rou." Lynn langsung saja memasuki pemandain dan menutup pintu dengan sedikit kencang, wanita itu tidaklah marah. Lynn memang wanita yang tegas, kali ini Xiao Rou yang harus menjadi korban ketegasannya. "Sesuai perintahmu, Dewi Lynn," gumam Xiao Rou dengan senyum mengembang. Diam-diam Xiao Rou menganggap Lynn adalah utusan Dewi seperti dirinya, meski Lynn terus saja menyangkal. Xiao Rou percaya dengan apa yang di katakan beberapa Dewi di dalam mimpinya, akan adanya seseorang manusia yang di utus oleh Dewa Agung untuk menyelamatkannya di masa depan. Setelah selesai bersiap, Xiao Rou dan Lynn bergegas menuju Istana Bulan yang bersebelahan dengan Istana Matahari milik sang Kaisar. Para pelayan yang berpapasan dengan mereka berdua langsung saja berlutut hingga kening mereka menyentuh tanah. Sesampainya di Istana Bulan, Xiao Rou tersenyum kala melihat putranya datang menghampiri. "Selamat pagi, Ibunda dan Dewi Lynn." "Selamat pagi, Pangeranku. Seperti biasa kau bersemangat pagi ini," jawab Xiao Rou sambil mengusap lembut kepala sang Pangeran. "Selamat pagi, Pangeran Guan Yu. Apa yang membuatmu bersemangat? Aku tidak berniat mengajarimu sihir pagi-pagi, aku belum sarapan." Guan Yu tertawa melihat sang Dewi sudah seperti Ibu keduanya, usianya memang baru menginjak empat tahun ini. Guan Yu juga sudah mulai mengerti apa yang di ucapkan orang lain tanpa sepengetahuan siapa pun. "Aku ingin bermain bersama Ibunda dan Dewi," jawaban polos Guan Yu membuat Xiao Rou tertawa kecil. "Baiklah, kita akan bermain bersama." Jawaban Xiao Rou membuat orang-orang di sekitarnya begitu terkejut, selama ini Xiao Rou mengikuti perintah Feng Yan yang tidak ingin memanjakan Putra Mahkota. Tetapi, dengan perintah Lynn yang tiba-tiba, membuatnya harus mengikuti keinginan sang Pangeran. "Tetapi aku ingin sarapan, Xiao Rou. Jangan membuatku mati lemas karena belum makan sedari pagi. Meladeni Guan Yu cukup menguras tenaga, kau harus tahu itu." Lynn mulai menggerutu. "Kalau begitu, kalian bisa datang ke Istanaku, aku sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kalian." Mereka bertiga sontak menoleh dan mendapati Feng Yan dengan iris merah miliknya, aura keagungannya begitu memancar hingga para dayang dan kasim tidak sanggup melihat langsung sang Kaisar. "Hidup panjang, Yang Mulia Kaisar. Doa baik menyertai langkahmu," mereka bertiga memberi salam yang kaku. Feng Yan berdecak, ia benci tatakrama kerajaan, ia sudah menghapus untuk bagian Permaisuri dan sang Dewi, tetapi muncul putranya yang sudah pintar dalam memilih kata. "Berhenti mengikuti tatakrama kerajaan, aku muak melihatnya." "Tentu, jadi kita akan sarapan di kediaman Feng Yan. Guan Yu, setelah sarapan aku akan mengajarimu beberapa hal." "Baik, Dewi Lynn." Feng Yan tersenyum melihat putranya yang antusias untuk belajar banyak dari Lynn. Pria itu mendekat dan merangkul pinggang Xiao Rou lembut. "Ayo, aku tidak ingin Lynn pingsan karena kelaparan." Lynn hanya bisa mendengkus lalu menggandeng tangan Guan Yu. Sebagai Putra Mahkota dan merupakan putra dari Feng Yan dan Xiao Rou, ia mendapatka pelajaran khusus sejak dini. Sesampainya mereka di kediaman sang Kaisar, Lynn dapat melihat para Pangeran sudah berkumpul dan duduk di tempat masing-masing. "Feng Yan, sepertinya kau memang merencanakan sarapan bersama hanya untuk melihat Xiao Rou," sindir Lynn, Feng yang tertawa kecil saat Lynn begitu memahami dari tingkah lakunya pagi ini. "Duduklah, aku tahu kau sudah lapar." Lynn hanya bisa menurut dan duduk di sebelah Xiao Rou. "Lynn, aku dengar kau menemukan sesuatu pagi ini," tanya Tsao Zhu yang tertarik mendengar rumor pagi hari. "Ahh, aku lupa menceritakannya pada Xiao Rou. Pagi ini aku menemukan ponsel milikku," jawab Lynn sambil memperlihatkan benda persegi panjang berwarna hitam dari sakunya. "Apa itu?" tanya Xiang Qing. "Percuma saja aku menjelaskannya pada kalian, kalian tidak akan mengerti," jawab Lynn dengan nada mengejek. "Ingin sekali aku meracunimu, Lynn." Jawab Xiang Qing dan mereka semua tertawa mendengarnya. "Andai saja aku bisa di racuni," jawab Lynn sambil membuka layar kunci ponsel miliknya. Lynn mengerutkan keningnya, ia seperti membaca sesuatu yang begitu serius.  Tidak ingin menunggu Lynn, Feng Yan langsung saja menyantap makanan di hadapannya. Kedua mata Lynn terbelalak seketika setelah melihat ponsel miliknnya. "Maaf, sepertinya sarapan kalian akan sedikit tertunda!" ujar Lynn sambil mengakat satu tangannya ke atas. Seketika air dalam gelas mereka masing-masing melayang dan berkumpul menjadi satu membentuk sebuah tombak. "He-hei Dewi Lynn, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Tsao Zhu panik. Lynn hanya tersenyum lalu melesatkan tombak itu tepat di depan Feng Yan, membelah meja makanan untuknya. "Lynn!" Ren Xi yang melihat itu mulai bersuara. "Kalian terlalu berisik, liat apa yang terjadi pada lantai dan juga makanan itu!" jawab Lynn yang terdengar santai. Betapa terkejutnya mereka saat melihat lantai berubah menghitam dan makanan yang mulai membusuk. "A-apa yang terjadi?" tanya Xiao Rou yang sepertinya belum mengerti apa yang terjadi. "Feng Yan!" panggil Lynn dengan wajah serius. "Ada apa?" jawab Feng Yan yang sepertinya mengerti apa yang akan di lakukan oleh sang Dewi selanjutnya. "Serahkan masalah ini padaku, aku akan membereskan mereka yang mencoba menyakiti Xiao Rou!" "Kau bebas melakukan apa pun, Dewi Lynn." "Baguslah, karena aku tidak suka tokoh utama yang aku kagumi dilukai dengan cara menjijikan!" ***                                                      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD