Sepuluh

1282 Words
Janji yang dimaksud Nic adalah agendanya mengantarkan Sera pergi pemotretan. Hari ini lagi-lagi Ben, kekasih Sera sedang sibuk, dan Sera yang manja tak ingin pergi seorang diri. "Ayok masuk Naya, gak usah khawatir saya gak gigit kok" kata Sharon melihat tatapan takut Naya. Gadis itu hanya menjalin tangannya di dekat d*da, sambil mengigit bibir bawahnya gugup. Bagaimana tidak? rumah Nic terlihat begitu besar dan mewah. "Ayok Naya, hari ini kita mulainya dengan Yoga dulu" sahut Sharon kemudian, mendengar Sharon. Mata Naya membulat. 'Yoga?' beonya dalam hati "Tunggu nyonya, tapi kenapa saya harus ikut Yoga?!" tanya Naya panik. Ia bahkan sedikit berlari demi menghampiri Sharon. Sharon yang melihat tingkah Naya jadi mengulum senyumnya "Looh... Emang Nic gak bilang? Tante pikir kamu tahu!. Kemarin Nic meminta Tante membantu kamu berubah jadi lebih cantik dan fashionable, kamu tenang ajah! Tante pasti bisa. Lagi pula kamu emang udah cantik kok!" puji Sharon tulus. Sedang tangannya menggengam tangan Naya Meski masih tidak mengerti tapi Naya tetap mengikuti Sharon untuk Yoga. Sesekali matanya mengintip tak sabaran. "Konsentrasi" sahut Sharon dari depan, sebentar saja wanita itu sudah di lumuri peluhnya sendiri. Sedang Naya yang ditegur langsung ibu bosnya jadi malu. Wanita itu memilih diam seribu bahasa. Cukup lama mereka berolahraga, yang tadinya Naya terpaksa akhirnya ikut menyukai olahraga yang membutuhkan fokus lebih itu. Setelahnya Sharon mengajak Naya duduk santai sambil menikmati secangkir teh hangat dan beberapa kue rendah gula. "gak usah repot-repot, Nyonya" sanggah Naya saat melihat Sharon menenteng nampan berisi makanan. "Tante gak repot kok! lagi bisakah mulai sekarang kamu jangan memanggilku dengan sebutan Nyonya. Panggil saja aku, Tante. Kamu tahu Naya... Kamu teman pertama Nic yang berkunjung ke rumah ini" cerita Sharon. Ia tersenyum sendiri seolah sedang memikirkan sesuatu. "Tapi saya hanya karyawan biasa, Tante, saya bukan teman Pak Nic" tolak Naya halus. "Naya... saya tahu hati Nic, meski ia bukan anak yang lahir dari rahim saya. Tapi saya mengerti jika ia peduli padamu. Dan itu suatu kemajuan Nay... kamu gak tahu betapa terlukanya Nic dengan kisah masa lalunya membuat ia menjadi orang yang kasar seperti sekarang. dan Tante rasa... kamulah orang yang bisa merubah Nic kembali menjadi dirinya yang dulu." Sharon menatap Naya tulus, sedang Naya bingung mengapa ia dilibatkan dalam hal seperti ini. Lagipula masa lalu apa yang buruk, dilihat sekalipun Naya yakin Nic orang yang tak pernah merasa sedih... dengan wajah yang tampan, body yang aduhai serta kekayan yang melimpah ruah.. haaahh.. apa lagi yang laki-laki itu risaukan. Tapi Naya juga enggan bertanya, ia takut di nilai tak sopan di depan Sharon. "Ya udah gini ajah. Tante akan bantu kamu mendapatkan hati Nic, tapi tolong bertahanlah Naya atas semua sikap Nic nantinya. Tante tahu jalan yang akan kamu tak akan mudah, tapi sejak awal melihat kamu Tante yakin kamu mampu. Jangan memberitahu hal ini pada Nic. Ambillah hatinya secara diam-diam, selamatkan ia Nay... aku mohon!!" pinta Sharon terlihat serius, ia bahkan sampai menangkup kedua tangannya di depan wajahnya. "Mengambil hati Pak Nic? tapi saya bahkan tak pernah berfikir bahkan terlalu malu untuk bermimpi seperti itu... saya tidak pan..." "Naya... tidak ada kata tidak pantas. Semua manusia sama dimata-Nya. Tolong Naya... hanya kamu..." Kembali Sharon meyakinkan, Naya hanya menggangguk meski ragu masih menyelimuti seluruh hatinya. Mungkin Naya fikir, Sharon hanya mengujinya dan tak pernah serius dengan ucapannya. Setelah beberapa lama mengobrol santai, Naya mengajukan niatnya untuk pulang. Ia memang ingin pulang sejak tadi. "Kamu jangan pulang duluyah. Tunggu Nic, ia akan mengantarkanmu pulang. Tadi ia sudah berjanji akan datang kesini lagi." ucap Sharon Baru 5 menit Sharon bicara sudah datang mobil Nic dari arah parkiran. "Ada apa, Mamih?!" sahutnya tak suka. Matanya melirik ke arah Naya yang menciut di belakang Sharon. "Antar Naya pulang!" titah Sharon "Hhaaah... diakan bisa pulang sendiri, aku sedang ada urusan penting!" "Menunggu gadis yang tak pernah memperdulikanmu itu yang kamu sebut urusan penting?! ayoklah Nic jadilah gentle. Kamu yang membawa Naya ke rumah ini, seharusnya kamu juga yang membawanya pulang dengan selamat" tekan Sharon tak ingin di ganggu gugat. "Baiklah Mamih" sahut Nic tak ingin berdebat dengan mantan guru yang sekarang telah menjadi Mamih tiri yang begitu ia sayangi itu. --- Nic mengantar Naya sampai rumahnya, sepanjang jalan mereka hanya diam. Dengan Naya yang masih memikirkan permintaan Sharon dan Nic yang tengah sibuk memikirkan syarat gila dari Sera... Flashback on. Sesampainya Nic di tempat pemotretan Sera. Ia begitu dikagetkan dengan suara bisik-bisik silih berganti membicarakan tentang Sera, terlihat semua orang menenteng kartu undangan dan nampak sangat bahagia. Nic langsung memarani Sera yang sedang duduk cantik. Dengan dikelilingi para pekerja, seakan ia putri tidur dengan para kurcacinya. "Hai Nic!" seru Sera sumbringah. Tangannya mengambil sesuatu dari tasnya dan menyerahkan ke tangan Nic. Nic membaca seksama, terlihat nama Sera bersanding indah dengan nama Ben. "Apa ini?" tanyanya begitu putus asa dan hancur. "Itu undangan pertunangan aku dengan Ben!" sahut Sera tanpa rasa bersalah. Padahal wanita itu tahu jelas jika Nic selalu menunggunya. Nic mengepal kuat surat undangan itu di tangannya. "Ayok...!" Nic menarik tangan Sera, ia sudah habis kesabaran dan ia butuh bicara berdua saja dengan wanita itu. "Kenapa kamu bersedia bertunangan dengan Ben?" tanyanya, Nic tahu Ben tak pernah benar-benar mencintai Sera. Wanita itu hanya akan menjadi pilihan terakhir di tengah hiruk pikuk gemerlap hidupnya. Berbeda dengan Nic yang selalu mengutamakan Sera di atas segalanya. "Aku sudah berpacaran dengan Ben begitu lama, Nic" sahut Sera dengan dramanya. "Hhaaahh... itu bukan alasan untukmu menyetujui pertunangan ini!" "Lalu memangnya aku bisa apa Nic, kamu tahukan aku model papan atas. Reputasiku akan tercoreng jika seandainya orang tahu aku tak memiliki kekasih yang mencintaiku dan rela menghabisi sisa hidupnya denganku" "Sera, apa kau lebih memikirkan tanggapan orang lain untuk hidupmu daripada kebahagiaanmu sendiri, aku tahu kau tak akan pernah bahagia bersama Ben, Sera!" "Memangnya siapa lelaki yang mencintaiku sampai rela mengorbankan dirinya untukku?" tanya Sera bodoh seolah memancing perasaan Nic. Jelas-jelas wanita itu sadar jika Nic lah orangnya. Ia masih terus mengharapkan Sera meski sampai detik ini Sera masih milik Ben, Nic bahkan rela menjadi keset, yang hanya di injak-injak oleh Sera. Nic mengenggam tangan Sera erat, menatapnya dengan intens. "Kau bercandakan Sera? Bilang jika kau hanya mengatakan itu untuk menguji kesabaranku. Kau tahu betapa aku selalu menyukaimu, menunggumu sampai kapanpun itu, berharap suatu hari nanti kau akan berbalik menatapku!" ucapnya serius menyuarakan seluruh perasaannya. "Kau pasti bercanda, Nic" lirih Sera dengan tatapan terlukanya "Tidak Sera... aku sangat menginginkanmu, menyukaimu sampai rasanya rela mati untukmu!" "Itu bukan cinta Nic, sekarang aku tanya padamu...jika ada lagi wanita lain di hatimu, apa kau tetap hanya akan mencintaiku?" "Pertanyaan macam apa itu Sera, tak akan ada yang lain... karena hanya kamu yang aku harapankan. Dulu sekarang dan selamanya!" "Kau bisa bicara seperti itu Nic, tapi saat kau mendapatkanmu. Perlahan cintamu goyah dan semakin lama semakin luntur. dulu Ben juga sangat mengangungkanku. Setelah ia tahu kalau aku juga mencintainya, Ben seakan menjauh, sekarang tinggal aku yang masih mencintainya. Aku tak ingin lagi merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya, Nic" "Sera... kau gak bisa menyamai aku dengan Ben, aku yakin selamanya cuma ada dirimu di hatiku!" "Kau bisa bilang seperti itu karena kau tak mengenal wanita lain. Cobalah berpacaran dengan satu orang gadis dan jika saat bersamanya hanya aku yang kau fikirkan, maka aku akan memikirkan untuk membatalkan pertunanganku dengan Ben" ide gila tercetus begitu saja dari bibir Sera "Sera... tapi syarat itu terlalu konyol, aku tak mungkin bisa menyukai wanita lain selain kamu, apalagi berpacaran." "Nic aku mohon, mengertilah inginku, aku hanya ingin itu Nic!" "Baiklah Sera, aku akan buktikan bagaimana kuatnya rasaku padamu!" sahut Nic yang langsung pergi dari hadapan Sera. Meski ini ide gila, tapi Nic ingin membuktikan jika perasaannya hanya untuk Sera seorang, jika hatinya hanya akan bergetar saat mengingat tentang Sera. Flashback Off
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD