Sembilan

1231 Words
"Yee dasar... gue kira bener lo alim... bobrok juga ternyata" kesal Rere cemberut. "Ya kan namanya pengetahuan harus di share mbak" sahut Naya tak mau disalahkan. "Naya...." panggil Nic kencang. Karena Naya tak kunjung membawa kopi pesanannya. "Tuh dipanggil bos nyebelin lo tuh... gih sana!" Rere mendorong Naya masuk ke dalam. Ia tak mau sampai Nic keluar dan melihat ialah penyebab Naya lama masuk. "Ini Pak kopinya" ucap Naya seraya meletakkan kopi di atas meja Nic. "Kamu tadi abis ngapain kok lama?!" "Eemmm... itu Pak saya cari kopinya dulu tadi" "Cari? emangnya gak ada di pantry?" tanya Nic curiga, Naya jadi gugup karena ia ketahuan bohong. "ada... tapi tadi abis jadi saya isi dulu... hehee..." sahutnya sambil menggaruk tengkuk dan tertawa sumbang. Nic hanya memandang Naya malas, sepagi ini ia tak ingin jadi marah-marah, walau sejak tadi Naya selalu saja bikin masalah. Lelaki itu hanya melambaikan tangannya isyarat agar Naya keluar dari ruangannya Sore harinya Naya bersiap pulang. Kali ini ia tak akan pulang telat, karena hari ini hari ulang tahun ibunya. Ia juga sudah membeli kue tart kecil tadi sebelum ia berangkat kerja. Naya tengah sibuk menaruh kuenya di atas boncengan sepedanya, ia sedang mencari tali untuk mengikatkan kotak kue tersebut. Sampai Suri datang, ia sedikit menendang sepeda Naya yang hanya berstandarkan satu, membuat kotak kue itu jatuh berserakkan. "Siapa sih yang bawa sepeda butut gini ke kantor?!" tanya Suri sinis. Ia adalah salah satu karyawan di bidang marketing. Wajahnya nampak kesal, ia sama sekali tak merasa bersalah telah membuat kue tart yang Naya beli susah payah jatuh. "Punya saya, Mbak" jawab Naya masih berusaha ramah, ia tahu dirinya hanya karyawan baru dan ia tak ingin cari gara-gara. "Apa segitu miskinnya lo sampai sepeda butut gitu masih lo bawa kekantor" ejek Suri, tangannya bertolak pinggang. Sungguh sangat angkuh. Naya hanya menghembuskan nafas pasrah, ia pikir dirinya sudah bisa terbebas dari segala perundungan yang ada di dunia ini. Nyatanya ia harus berhadapan dengan orang menyebalkan sekali lagi. "Dan sepeda butut itu yang membawa saya bisa memiliki gedung bertingkat tempatmu bekerja, kau tahu?! Sepeda itu adalah keluaran awal. Penjualnya saat itu sangat melesat tajam, sampai merk Volvo dikenal masyarakat luas. Sebagai salah satu karyawan marketing seharusnya kamu tahu riwayat dari perusahaan saya." jawab Nic yang ikut mendengarkannya. Ia begitu geram saat seseorang kembali menghina orang lain di depan matanya. Bahkan sampai membawa produk kebanggannya. "Minta maaf! tidak seharusnya kamu menghina Naya" tambahnya dengan suara yang lantang. Bahkan seluruh karyawan yang baru saja keluar dapat melihat kilat amarah di wajah Nic. Suri hanya tertunduk saat semua mata tertuju padanya. Dalam hati ia begitu kesal, niatnya untuk mencemooh Naya, justru ditanggapi sinis oleh Bos besarnya. Yaaah... terkadang karma dapat dibayar kontan oleh si pelaku. Suri segera pergi dari sana, ia tahu dirinya telah salah besar. Dan ia harus siap jika sampai dipecat. "Kenapa kamu punya sepeda itu?". Seingat Nic, di Indonesia sudah tak banyak yang punya. Kecuali kolektor ternama, dan Naya tak terlihat seperti itu. "Sepeda ini kepunyaan kakek saya, Ia mewariskannya sebagai hadiah ulang tahun saya, Pak." sahut Naya bahagia. Nic hanya menatap Naya. Melihat Naya mengingatkan dirinya tujuh tahun yang lalu. Beruntung ia mempunyai Sharon, ibu tiri sekaligus orang yang telah membantunya untuk berubah. Tiba-tiba perasaannya seakan terketuk ia juga ingin merubah Naya, menjadikan wanita itu 'pantas' berada di lingkungan sosial. "Besok pagi temui saya di depan kantor" ucap Nic tiba-tiba. "Aahhkk.. apa Pak, bukannya besok weekend,yah..." tegur Naya. "Iyah... ada sesuatu hal yang mau saya bicarakan, dan itu menyangkut kamu!" titah Nic tegas, setelahnya ia kembali masuk ke dalam mobilnya, dari jauh Nic masih bisa melihat Naya yang membenahi remahan kue yang berceceran dari kotaknya. Ada rasa simpatik yang timbul, Sesulit apapun Naya, ia akan selalu bertanggung jawab dengan hal yang di sebabkan olehnya. --- "Assalamualikum Bu..." sapa Naya lemah, ia kecewa karena tak bisa membawa kue kehadapan Ibunya. "Bu.. selamat ulang tahun,yah..." tambah Naya lembut seraya terjongkok di depan kursi roda Ibunya. "Makasih, Nak!" sahut Ratna sambil mengecup dahi Naya. "Hari ini aku gak bisa beli kue, gakpapayah, Bu" bohong Naya tak ingin bilang kuenya jatuh. "Gakpapa nak, ibu gak pernah minta kue kok, yang Ibu harapkan cuma kebahagian kamu. Kamu tahu kan itu juga yang diharapkan sama Bapak, saat beliau masih ada.." suara Ratna berubah menjadi parau, matanya sudah berkaca-kaca demi mengingat kembali suami tercintanya. Naya hanya tersenyum meski sangat inginnya ia menangis, tapi Naya tahu kebahagiaan Ibunya sekarang ada pada pundaknya. Ia tak boleh rapuh ataupun lemah. "Naya ke kamar duluyah, Bu..." pamit Naya. Airmata menetes tanpa bisa lagi Naya tahan. Ia hanya mengusapnya kasar, setelah ia berada di dalam kamar. Naya mengepalkan tangannya kuat. Satu harapan Naya... bisa bertemu kembali dengan si penabrak, mendengarkannya mengatakan permintaan maaf, meski hal itu tak akan pernah membawa ayahnya kembali. --- Pagi hari Naya terbangun dengan rasa lelah luar biasa di tubuhnya, tulangnya seakan remuk sampai membuat Naya betah berlama-lama berguling di kasur. tiba-tiba ia teringat ajakan Nic "Ya Tuhan... Pak Nic" pekiknya kaget. Tanpa mandi lagi ia segera keluar dari rumahnya, ia sudah telat satu jam dari jam janjian dan ia tak mau sampai membuat Nic marah. "Gak bau kan" gumam Naya sendiri yang sudah sampai di tempat janjian, ia bisa bernafas lega karena disana belum ada bos besarnya. "Kemana ajah? saya tunggu dari tadi!" ucap pria tinggi, besar dan tampan yang tak lain adalah Nic. Tampilannya sekarang jauh lebih santai tapi tak mengurangi aura maskulin dalam dirinya. "Kamu gak mandi,yah?!" tebak Nic, ia menunduk karena melihat sisa air liur di ujung bibir Naya. Spontan Naya memundurkan wajahnya. "Maaf..." sahutnya malu juga risih. "Hhaaaah... ayok ikut saya pulang!" balas Nic sambil berdecak pinggang, ia menutup hidungnya meski tak ada bau yang menguar dari tubuh Naya. "Tunggu kenapa saya harus kerumah Bapak? saya bisa kok mandi di rumah" tolak Naya yang jadi kikuk, ia masih belum tahu apa yang mau dilakukan bosnya itu. "Ikut..." Tak ada penolakan bagi Nic, ia bahkan sudah membukakan pintu mobil belakangnya, meminta Naya naik dengan tatapan nyalangnya. Dengan ragu Naya berjalan masuk ke dalam mobil disusul Nic yang langsung melajukan mobilnya. tak ada satupun obrolan diantara mereka, karena Naya masih begitu gugup. Hanya kedua jemarinya yang bergerak demi mengurangi kegugupannya. "Turun kita sudah sampai!" ucap Nic tiba-tiba, ia memperhatikan Naya dari kaca spion terlihat gadis itu menggaruk kepalanya bingung, bahkan Naya sedikit bergerutu tak jelas, membuat Nic tersenyum miring. "Saya tahu kamu pasti bingung, tapi saya lakukan ini sebagai seorang teman, Eemm.. lebih tepatnya sebagai sesama manusia" Bukannya jelas Naya malah semakin bingung 'Maksud pak Nic apa?' tanyanya dalam hati. "Masuk dulu, kita temui Mamih saya. Disana kamu bakal tahu maksud saya" Nic membukakan Naya pintu mobilnya, entah dari kapan lelaki itu sudah keluar dari mobilnya. "Nic..." seru Sharon, Mama tiri Nic. Nic langsung mencium pipi Sharon sayang. "Itu Nic!" tambah Sharon yang melihat Naya dari belakang tubuh Nic, Nic hanya mengangguk tapi semakin membuat Naya ketar-ketir. Kenapa ia dihadapkan pada ibu dari bosnya itu? untuk apa sebenarnya? kenapa wanita itu menatap Naya dengan senyum bahagia? Tak mungkinkan bos besarnya ini jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Apa Tuhan sedang berbaik hati pada Naya sehingga mempertemukan Naya dengan jodohnya langsung. Mengkhayalankannya saja sudah membuat Naya geli sendiri. "Kenapa senyum-senyum. Ayok masuk!" ketus Nic "Nic... jangan kasar gitu dong sama cewek, ayok sayang masuk!" sela Sharon. "Aku serahkan Naya sama Mamih,yah. hari ini aku ada janji" sambung Nic kemudian. Lelaki itu pergi seakan tak merasa berdosa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD