bc

Dictator Boss

book_age16+
1.1K
FOLLOW
7.6K
READ
boss
drama
comedy
serious
like
intro-logo
Blurb

"Bukan gimana-gimana nih Pak.. Saya minta maaf banget ini sebelumnya. Tapi Bapak janji jangan ajuin mutasi saya ke HRD ya Pak"

"Kamu mau ngomong apa?"

"Anu.. itu Pak, saya nolak Bapak!" kedua mata Adena terpejam erat sesaat setelah menyelesaikan ucapannya. Siap mendengar teriakan, ancaman, ataupun makian dari Bos-nya itu karena ucapan paling kontroversialnya tadi.

Namun dua menit berlalu, memaksa Adena membuka sebelah matanya ketika di rasa tidak ada respon yang di lontarkan Gaharu.

Tatapan dan mimik muka Gaharu hanya datar. Tak sedetikpun berpaling. Terus menatap ke arah Adena.

Atmosfer mulai terasa dingin. Membuat Adena buru-buru menundukkan kepalanya, memutus kontak mata dengan Bos-nya itu.

"Bapak bisa anggap ucapan saya yang tadi Prank kok kalo Bapak merasa terganggu"

Let's check and vote!

chap-preview
Free preview
Mood
Aku berdiri di depan lift yang mulai tertutup. Memandang sesak kotak besi yang akan membawa orang-orang didalamnya tersebut ke lantai tujuan masing-masing. Sedangkan aku sendiri lebih memilih menunggu lift tersebut menyelesaikan tugasnya dari pada harus berhimpitan dengan karyawan bar-bar lainnya. Bisa rusak kemejaku yang sudah disetrika! Apalagi saat kulihat di dalam sana banyak anak-anak dari divisi Penjualan. Atau yang lebih akrab diketahui sebagai divisi Sales. Ya, orang lapangan yang terkesan sangat aktif. Beberapa aku mengenalnya karena divisi marketing dan Sales sering mengadakan rapat bulanan bersama. Selain itu terlihat dari pakaiannya, rapi dan licin. Eits tapi jangan tertipu akan sampulnya. Disini Anak-anak divisi Penjualan terkenal sebagai "Kapal Perusak" perusahaan saking bar-barnya. Dalam sepekan bisa membuat tukang reparasi datang sampai tiga kali! Mulai dari merusak lift, mematahkan kran wastafel, sampai merusak mesin photocopy. Aku tidak tau apa yang terjadi pada mereka. Tapi tak ku pungkiri, rata-rata sikap anak-anak divisi Penjualan ini asik dan friendly kepada siapa saja. Itulah yang membuat karyawan dari divisi lain, termasuk aku, masih sangat menyukai mereka walaupun sering merusak fasilitas kantor. Dan apa kalian tau? Untuk divisi marketing sendiri julukan 'kapal perusak' tersebut jatuh kepadaku. Ya. Hanya aku seorang. Si karyawan yang tidak kompeten. Apapun pekerjaan yang diberikan kepadaku ada saja cela-nya. Tidak pernah sempurna dan terkesan standar. Bahkan ocehan ataupun makian dari Bos dan seniorku sudah terasa sangat akrab ditelingaku. Lift kembali berhenti di lobi. Membuatku buru-buru masuk dan mengambil space selebar-lebarnya. Kurenggangkan kakiku sedikit lebar ketika berdiri di dalam lift, membuat orang di sebelahku sedikit bergeser karena sisi sepatuku bersentuhan dengan sisi sepatunya. Walaupun ia sempat memperlihatkan wajah masam, aku tak peduli. Aku sampai di lantai empat gedung ini. Tempat dimana ruangan divisi Marketing dan divisi Penjualan berada. Lantai ini khusus hanya untuk divisi Marketing dan Penjualan. Bisa di bayangkan 'kan betapa repotnya aku ketika kebelet buang air kecil jika toilet di lantai ini rusak lagi oleh anak Sales yang bar-bar? Ku dorong pintu kaca yang ada di hadapanku dengan santai. Memperhatikan isi ruangan divisi Marketing ini sekilas sebelum berjalan ke kubikelku. Hanya si junior, Atika dan Rama yang sudah menghidupkan komputernya siap bekerja. Sedangkan di depan kubikelku sekarang seorang pria pemalas dengan sejuta keberuntungannya tersebut sedang leha-leha berbincang dengan sang pujaan hati di telepon. "Gila, pagi-pagi udah bikin tagihan kantor bengkak aja lo" Miko hanya tersenyum seraya memainkan kedua alisnya kearahku, sedangkan mulutnya terus berkomat-kamit bicara dengan lawan bicara yang ada di telepon. Teman satu divisi ku itu sangat pintar dalam menyalahgunakan fasilitas kantor. Seperti sekarang contohnya, ia menelpon pacarnya menggunakan sambungan jarak jauh ke luar negeri. Sungguh berakhlak mulia sekali bukan tingkahnya. "Morning, Adena.." "Morning, Mas Daren" aku tersenyum membalas sapaan Mas Daren. Rekan satu timku, namun statusnya sudah senior. "Ika belum datang yaa, Na?" "Mbak Ika? Biasanya kan telat lima menit dia, nganterin anaknya sekolah dulu, Mas" Ya. Kompensasi yang di berikan manager kami adalah melegalkan 'Telat lima menit' bagi seorang Single mom yang harus mengurus anaknya sendirian. Hal ini bahkan sudah diketahui dan disetujui oleh HRD. Btw, lima menit di perusahaan ini sangat berharga. Aku pernah hampir di pecat gara-gara saat presentasi di lima menit pertama penjelasanku seperti orang gagap. Saat itu kali pertama aku bekerja dan rapat gabungan bersama divisi Penjualan. Time is money. That's true! "Udah lewat lima menit ga sih ini dari jam absen?" Kulirik jam dinding besar yang tergantung diatas pintu ruangan yang bertuliskan 'Manager' tersebut, dan memastikan. Pukul delapan lewat tiga belas menit. Yang artinya Mbak Ika sudah kategori telat over 13 menit. "Mungkin ada something kali di jalan" "Bukan masalah itu sih, data report bulanan kita ada di Ika" Mataku membelalak lebar ketika mendengar ucapan Mas Daren. Gawat! Bisa jadi bencana kalau Mbak Ika belum datang juga. Semua aktivitas di ruangan ini sejenak terasa terhenti. Kulihat dari sudut mataku Atika dan Rama sontak berpaling dari layar komputernya, juga Miko yang tadinya sedang menelpon ikut menoleh kearah aku dan Mas Daren. Sepersekian detik berikutnya, tanpa aba-aba semua mencari ponsel masing-masing dan mulai menghubungi Mbak Ika. Lima menit berlalu, tapi tak satupun yang menerima balasan pesan dari Mbak Ika. Bahkan panggilan telepon dari kami tak satupun ada yang di jawab. Mendadak semua hampir putus asa. Apalagi jika Pak Gaharu datang lebih awal dari Mbak Ika. Pria tua dengan mulut besar tak bersaringan ketika bicara itu pasti akan mengomel sampai jam makan siang. Bisa habis diceramahi satu tim kami! Namun secercah harapan kembali terbit ketika suara Rama terdengar ditengah-tengah keheningan fokus menunggu kabar dari Mbak Ika. "Everybody! Mbak Ika ngabarin katanya dia izin ga masuk, anaknya tiba-tiba muntah di jalan. Udah ngabarin HRD tadi Mbak Ika, surat keterangan sakit anaknya aja nyusul saking urgent-nya" "Anaknya mabok naik mobil kali" Miko t***l! "Divisi kita juga lagi urgent ini" aku menunduk pasrah dengan apa yang akan terjadi beberapa menit kedepan. "Terus gimana report bulanan yang dia selesain kemarin?" Mas Daren masih optimis ternyata. "Udah dipaketin pake ojol, Mas" "Alhamdulillah. Telat dikit gapapa kali yaa" Mas Daren mencoba menenangkan kami semua. "Atika, nanti kamu aja yang bilang sama Pak Gaharu kalau dokumennya telat. Jadi presentasinya delay beberapa menit, ga sampe satu jam kok" "Ga berani, Mas.." Atika menggelengkan kepalanya ketakutan. Oh jadi Mas Daren coba pake trik 'Cewek Cantik' buat negosiasi sama Pak Gaharu. Eh btw, enteng banget mulut Mas Daren nyuruh orang negosiasi sama atasan setannya itu. "Yukk Atika, kita sekalian buktiin the power of beauty-nya cewek. Berhubung Mbak ga beauty jadi kamu aja yang maju" "Ga berani, Mbak..." suara Atika terdengar merengek ditelingaku. "Iya Tika.. please bantuin kita. Ga mau kan pagi-pagi dapet ancaman amplop tipis bulan depan?" Sekarang Miko ikut-ikutan merayu gadis itu. "Kalo tetep di marahin gimana?" "Gapapa, kan dimarahin satu dimarahin semua" Mas Daren terus mendorong Atika. Sampai akhirnya gadis itu mengangguk setuju. *** "KAMU LAGI COBA NEGOSIASI SAMA SAYA?!" Semua diam membeku ketika suara Pak Gaharu terdengar keluar dan sampai ke telinga kami. "Kamu tau kan saya paling anti meriksa kerjaan telat! Kerjaan saya ini banyak! Ga cuma nunggu presentasi report aja!" BRAKK! Pintu bertuliskan ruangan 'manager' tersebut terbuka kasar, menampilkan wajah masam dan penuh amarah Pak Gaharu yang menatap kearah kami semua. "Kalian semua udah bosen kerja?!" "Bisa-bisanya kalian ga ada persiapan sama sekali untuk menangkal terjadinya hal seperti ini! Mau kalian semua saya ganti dengan orang baru yang lebih cekatan?!" Ketika sedang melihat Pak Gaharu mengusap wajahnya kasar, jantungku hampir melompat keluar dari tempatnya ketika tiba-tiba pria itu mengalihkan pandangannya kearahku. Tepat kearahku! "Kamu!" "Saya, Pak?" Aku kembali bertanya guna memastikan. Pak Gaharu mengangguk "Kalo dokumennya udah sampai, segera masuk keruangan saya dan presentasikan hasilnya. Saya ga mood lagi buat rapat full member" Buset dah mengenal sistem 'ga mood' juga Bapak ini. Ahh don't forget yaa. Mood Bos, Mood Karyawan juga! "Baik, Pak" setelah mendengar jawabanku, Pria itu kembali keruangannya dan menutup pintu tersebut dengan sekali sentakan Namun sedikit perasaan aneh menyelinap dipikiranku sesaat setelah mengatakan "Ya". Seperti ada yang mengganjal. Tapi apa ya? "Astaghfirullah! Gue kan ga pernah kebagian jelasin report bulanan! b**o banget iya iya aja" "Daripada kamu nolak, lebih berasap dia" Mas Daren terduduk di kursinya lemas seraya mengusap wajahnya kasar. Semakin sulit dapet promosi lagi ya Mas? Eh- "Ko! Buruan ajarin gue cara baca report bulanan!" Aku buru-buru mendorong kursiku dan berputar mendekat kearah kubikel Miko. *** Gimana? Gimana? Wkwk. Visa Ranico Prabumulih, Sumatera Selatan

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.3K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.8K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.7K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.4K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
46.2K
bc

Pengganti

read
301.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook