SATU

1190 Words
Nasib jomlo, kalau bukan ngenes ya pasti di jodoh-jodohkan. _____ Kai merenggangkan ototnya lalu menduduki sofa ruang tamu dan memejamkan matanya. Satu bulan belakangan ini dia harus lembur menyelesaikan laporannya, belum lagi banyak proyek yang dia kerjakan. “Baru pulang dek?” Kai menoleh dan mendapati Maminya yang memakai daster muncul dan menyerahkan segelas air putih pada putri bungsunya itu. “Iya Mi. Kerjaan lagi banyak banget” jawab Kai lalu meneguk habis air putih pemberian Maminya. “Kalau gini terus kamu kapan nikahnya Kai?” Kai menghela napas lelah. 3 bulan setelah Nina menikah, Maminya semakin rewel menanyakan pertanyaan menyebalkan itu. “Mami jangan mulai deh. Kai capek” ucap Kai. “Kamu jangan menghindar terus Kai, usia kamu sudah 25 tahun. Nina bahkan sudah menikah, Shey udah punya tunangan, dan Mila bulan depan tunangan. Lah kamu? Masih gini-gini aja.” omel Mami Kai. Omelan yang sudah Kai hafal di luar kepala. “Jodoh Kai masih di permak kali Mi. Mami kan tau sendiri Kai kayak mercon, makanya cowoknya harus kalem dan bukan tukang selingkuh” jawab Kai. “Stop bahas tukang selingkuh. Gak semua pria begitu.” ucap Mami Kai. “Dan Mami stop bahas nikahan. Emang gak semua pria tukang selingkuh, tapi semua pria yang Kai sayang itu tukang selingkuh. Liat apa yang Papi--” “Kai stop! Papi kamu gak selingkuh” “Iya! Tapi Papi punya istri dua!” ucap Kai sebal lalu beranjak pergi. Kai tak bermaksud menyakiti perasaan Maminya, tetapi Kai juga lelah disuruh menikah, ia masih ingin menikmati masa bebas nya, dan dia ingin selalu berada disamping Maminya. Kai tau Maminya sangat terluka saat Papi nya memutuskan untuk menikah lagi saat Kai baru lulus SMP, bahkan semua prestasi yang Kai raih hanya untuk membuat Papinya sedikit saja meliriknya dan tak menikah lagi, tetapi hasilnya nihil, Papinya itu bahkan lebih menyayangi saudara tirinya yang t***l itu. “Dek” Kai yang sedang menutupi wajahnya dengan bantal sambil menangis langsung membuka bantal diwajahnya dan menangkap kehadiran kakaknya, Jenar. “Mbak” Kai langsung memeluk kakaknya dan terisak. Jenar memeluk adik bungsunya dengan sayang. “shhttt sudah jangan nangis lagi.” bisik Jenar lembut. “Kai belum mau nikah lagi, Kai takut pria itu seperti Papi dan si polite f*cking man itu” ucap Kai disela isakannya. “Mami hanya ingin kamu bahagia dek, Mami tidak mau kamu terus terluka. Mas Haris, Mbak Indri, dan mbak ingin lihat kamu bahagia dek. Kamu lihat? Mbak Indri bahagia dengan mas Erwin, bahkan Mas Haris sangat menyayangi Mbak Dara dan sebentar lagi mereka akan menikah” Jenar tentu saja sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Kai gadis yang terlihat tangguh namun sangat rapuh. “Mbak juga belum nikah” ucap Kai mencari alasan. Jenar tertawa lalu ia menyeka air mata adiknya “Iya, tapi mbak udah punya calon loh.” jawab Jenar. Kai memberengut. “Kamu juga harus cari calon dek, kamu sudah dewasa sekarang walaupun mbak masih anggap kamu anak-anak” ucap Jenar. Kai tertawa lalu mengecup pipi kakaknya. “Kai sayang mbak. Selalu” ** Alfath Dewantara Kusuma. Pria yang digilai banyak wanita tetapi langsung menjauh karena hati pria itu tak tersentuh. Alfath pria yang kaku dan irit bicara. Dia sulit tersenyum bahkan dia lupa kapan terakhir dia tersenyum. “Alfath! Mama mau ngomong” Alfath yang hendak keluar menghentikan langkahnya. Ia menatap Mamanya datar. “Itu si Euis kenapa di tolak? Dia kurang apa?” Alfath menghela napas panjang. “Alfath gak suka dia Ma. Terlalu norak” jawab Alfath membuat Mamanya tercengang. “Kamu tuh maunya bagaimana sih? Kemarin Pipit katanya terlalu bawel, Mira terlalu kalem, dan sekarang Euis? Terlalu norak.” omel Mama Alfath. “Alfath mau mama berhenti jodoh-jodohin gitu. Alfath kayak gak punya harga diri Ma. Dan selama Raja belum memiliki calon, Alfath gak mau mikirin pernikahan” ucap Alfath tegas. “Berhenti merasa bersalah dengan Raja, dia putus itu bukan karena kamu. Cewek itu yang deketin kamu” ucap Mama Alfath. “Hm. Alfath mau ke rumah kak Daisy dulu. Katanya Jajas rewel mau ketemu” ucap Alfath lalu mencium punggung tangan Mamanya. “Sana pergi! Gak usah balik sekalian!” ketus Mama Alfath lalu melangkah menuju dapur dengan perasaan dongkol. Anaknya itu kalau dikasitau yang keluar dari bibirnya hanya ‘hm’. Alfath menghela napas mengamati Mamanya yang pasti akan mogok bicara padanya seharian ini. Ponsel di saku Alfath berdering dan Alfath segera menjawab panggilan dari sahabatnya “Halo.. Ada apa Yan?” “Lo kapan balik kerja?” “Lusa. Sekalian kan pindah tugas di tempat lo” “Oke. Gue mau ngomongin sesuatu nanti.” “Siap” Lalu setelah sambungan berakhir Alfath memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Alfath yakin sahabatnya itu akan mengadakan kencan buta lagi untuknya. Begini lah nasib jomlo, selalu dijodoh-jodohkan. ** Kai memegang ujung meja dengan napas ngos-ngosan, didepannya Nina bersedekap menatap sahabatnya. “Kenapa? Lo gak apa-apa kan? Bang Vian gak KDRT atau selingkuh kan?” tanya Kai panik. Pasalnya, Nina menelponnya dan menyuruh Kai segera ke restoran depan kantor Papinya. “Mulut lo emang gak pernah becus kalau ngomong. Ini bukan tentang bang Vian” ucap Nina. Kai mengambil beberapa lembar tissu lalu menyeka keringat di dahinya. “Jadi? Lo mau ngomongin apa sampai panik telpon gue?” tanya Kai. Nina memasang cengirannya. “Bang Vian udah setuju tentang rencana gue buat jodohin lo sama temannya itu. Dan dia lagi usaha bujuk temannya dan mungkin nanti dia ngasih kontak lo sama dia” jelas Nina. “Fak! Lo telpon gue dan suruh kesini hanya bilang hal gak penting itu?” Kai menatap Nina sebal. “Hal gak penting lo bilang? Kai, ini buat masa depan lo juga! Gue mau lihat lo bahagia, berhenti nganggap semua cowok itu sama hanya karena Papi dan mantan-mantan lo gak baik.” ucap Nina. Sebagai sahabat tentu saja dia tidak ingin melihat Kai terus menerus terluka. “Tapi gak harus jodoh-jodhin gue juga Nin. Gak lucu tau” “Kalau gak gini lo gak akan mau kan membuka lembaran baru hidup lo? Kenalan dulu aja Kai, please. Gue usaha cariin yang terbaik buat lo.” ucap Nina dengan mata berkaca-kaca. Dan Kai langsung merasa bersalah. “Nin--” “Banyak yang sayang lo dan ingin lihat lo juga bahagia Kai. Walaupun lo selalu sakit hati, seenggaknya ada sedikit kebahagiaan di hidup lo.” dan Nina benar-benar menangis sekarang. Kai menghela napas. “Oke” Nina menggelengkan kepalanya. “Kalau lo terpaksa, mending gak usah gak apa-apa Kai. Apa yang buat lo bahagia aja” ucap Nina.  “Enggak Nin, gue gak terpaksa. Gue.. Udah sering buat oranglain sedih, tapi Nin gue gak suka dikasihani.” ucap Kai. “Kita gak mengasihani lo Kai, kita.. Khususnya gue ingin lo juga bahagia, itu keinginan terbesar gue setelah melihat orangtua gue bangga” Kai langsung menghambur ke dalam pelukan Nina. Sejak dulu, Nina selalu memikirkan Kai. Jika Kai sedih, Nina akan berusaha menciptakan kebahagiaan untuknya, dan jika Kai bahagia, Nina orang pertama yang berada disampingnya. “Lo mau ya?” bisik Nina. Kai menganggukkan kepalanya. Demi melihat Nina bahagia, dan Kai yakin pilihan Nina tak pernah salah. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD