Ibu Kandung Ara

2049 Words
Anand memasuki kantor dengan langkah tergesa, bahkan Anand sampai berlari dan tak membalas sapaan-sapaan dari para karyawannya. Jika di pikir-pikir lagi, Anand tak ingin membuat wanita yang di cintainya itu menunggu terlalu lama. Apalagi wanita itu sudah lama tak mengunjunginya seperti ini. "Surprise." Kata Angela dengan senyuman yang sangat manis. Baru saja Anand membuka pintu ruangannya, suara dari Angela yang memberinya surprise membuat Anand terdiam. "Ayo masuk, aku udah nunggu lama loh, hanya demi kasih surprise buat kamu." Kata Angela lagi seraya menarik tangan Anand untuk masuk ke dalam ruangannya. "Kelihatannya semangat banget, udah buka puasa ya?" Tanya Angela dengan nada menggoda. "Gimana rasanya? Meskipun nggak terlalu mulus dan udah pernah di pakai sama orang, dia masih bisa bikin kamu puas kan?" Tanya Angela lagi yang langsung saja membuat Anand menatap ke arah wanita yang dicintainya itu dengan tatapan tajamnya. Sudah ke dua kalinya ini Angela bertanya padanya seperti itu, dulu saat dirinya menikahi seorang wanita yang mempunyai penyakit, Angela juga meledeknya seperti ini. "Kok nggak di jawab? Kamu nggak suka aku datang?" Tanya Angela lagi yang baru saja duduk di atas sofa. "Enggak gitu, tapi kita sedang berdua, bisakah untuk tidak membahas yang lain?" Jawab Anand yang langsung saja membuat Angela tertawa dengan keras. "Hei! Dia itu istri kamu baby, bukan orang lain. Kamu jangan bikin aku malu deh." Kata Angela dengan tawa yang mengejek. Anand masih terdiam dan memilih untuk membuka makanan yang ada di atas meja. "Jadi gimana? Kamu udah nidurin dia?" Tanya Angela lagi yang langsung saja membuat Anand menghentikan gerakannya dan menatap ke arah Angela setelah menarik napasnya berat. "Angel, aku mana mungkin bisa tidurin wanita lain selain kamu? Aku hanya suka dan cinta sama kamu. Kamu ngerti nggak sih?" Balas Anand dengan sedikit menaikkan suaranya. "Why? Itu juga pasangan halal kamu. Aku nggak larang kamu buat nyentuh dia, lagian dia udah lama di anggurin pasti juga udah pengen." Kata Angela lagi tak terima. "Aku tahu kalau dia nggak semulus aku, aku juga tahu kalau milik dia nggak sebagus punyaku, tapi apa salahnya mencoba? Sekarang kita hidup di jaman modern, kamu juga tahu kalau aku juga nggak tidur sama satu laki-laki saja." Lanjut Angela lagi dengan nada yang sedikit tinggi. Anand tak tahu, kenapa Angela begitu puas dan senang mengungkapkan semua itu tanpa rasa malu? Kenapa juga Angela membuka semua itu secara blak-blakan di depannya. "Lagian kalau kamu ingat, kamu belum pernah tidur sama aku. Kamu hanya melihat saat aku ada di ranjang persalinan bukan? Jangan berusaha jadi orang suci, karena aku juga bukan orang suci." Lanjut Angela lagi dengan kata-kata yang sedikit menggebu-gebu. Ya, Anand akui. Dirinya memang tak pernah tidur dengan wanita manapun. Anand juga mengaku kalau dirinya memanglah bodoh karena menaruh hati pada Angela terlalu dalam, sampai-sampai dirinya mau merawat anak dari wanita itu dengan sukarela tanpa paksaan. "Setidaknya aku nggak pernah membunuh darah dagingku, aku selalu melahirkannya meskipun setelah lahir aku titipkan di panti asuhan." Lanjut Angela lagi. Angela tak akan berhenti menjatuhkan pasangan Anand. Karena bagaimanapun juga, Angela tak akan pernah membiarkan Anand mencintai wanita lain dan meninggalkannya. Karena bagi Angela, Anand adalah laki-laki terbaik untuk ia jadikan kambing hitam saat di terpa masalah. Seperti beberapa tahun yang lalu saat dirinya mengetahui hamil anak laki-laki lain selain Anand. Dirinya hanya perlu membuat drama dan laki-laki di depannya sudah mengasihinya hingga mau mengasuh anaknya yang tak pernah ia akui itu. Anand sendiri pernah memaksanya untuk mengajak Ara bermain sesekali, tapi dia menolak dengan tegas dan mengusulkan pada Anand untuk menikah dengan wanita bodoh terlebih dahulu, hanya untuk mencarikan ibu pengganti untuk Ara. "Jangan di bahas lagi, ayo kita sarapan bersama." Kata Anand seraya menyerahkan nasi yang sudah ia buka ke arah Angela. "Aku sudah sarapan tadi, kamu makan sendiri saja." Jawab Angela yang lagi-lagi membuat Anand kecewa. Padahal jelas-jelas dirinya sangat senang dan ingin cepat-cepat datang untuk sarapan bersama, tapi lagi-lagi ia hanya dibiarkan makan sendirian. "Aku tungguin sampai kamu sampai selesai makan, jangan lama-lama karena aku punya jadwal pemotretan." Kata Angela lagi mengingatkan, matanya sudah melirik ke arah jam tangannya yang melingkar manis di lengan kirinya. Anand sendiri hanya menurut dan memakan makanan yang di bawakan oleh orang yang di cintainya. Setidaknya Anand senang karena tak di tinggalkan langsung oleh Angela seperti biasanya. "Mau aku antar ke lokasi?" Tanya Anand setelah menyelesaikan makanannya dengan cepat, seperti yang di minta oleh wanita yang di cintainya. "Nggak perlu, aku bawa mobil sendiri tadi." Jawab Angela yang langsung saja membuat Anand melotot lebar. "Kamu baru saja kecelakaan ringan, aku nggak mau kamu kenapa-napa lagi." Kata Anand dengan nada protektifnya. "Jangan kayak anak kecil deh, aku juga pasti akan hati-hati." Jawab Angela lagi serayw mengeluarkan kunci mobil dari tas branded kesayangannya. "Aku pergi dulu." Pamit Angela seraya mencium pipi kanan kiri dan juga bibir Anand secara bergantian. "Nanti kalau kamu sudah puas sama istri kamu, hubungi aku ya, aku masih ada kejutan buat rumah tangga kamu." Kata Angela sebelum keluar dari pintu ruangan Anand. Anand terdiam dan kembali duduk di sofa dengan tangan yang memijit kepalanya pelan. Jika Anand tahu Angela akan memperlakukannya dengan seperti ini lagi, Anand sudah pasti akan menolak usulan dari Angela untuk menikah lagi. Kalau sudah seperti inipun dia nggak bisa mundur lagi karena Ara sudah sangat menyayangi Citra. Anand menghela napasnya pelan dan berdiri dari duduknya. Matanya melirik ke arah pintu yang di ketuk dari luar. "Masuk." Jawab Anand seraya duduk di kursi kebesarannya. "Ini laporan tentang agen tersembunyi yang bisa kita pakai pak, selain gesit mereka juga bisa kita percaya tak akan membuka mulut sembarangan." Kata Sekertaris Anand dengan meletakkan tumpukan dokumen yang berisi nama-nama orang yang akan ia gunakan untuk menghabisi seseorang yang di minta oleh kliennya. Pekerjaan Anand pun tak cukup baik, dia hanya memiliki perusahaan kecil yang menyediakan p*mbunuh bayaran untuk para kliennya. Untuk menutupi usahanya yang kotor itu, Anand membuka sebuah restoran yang cukup terkenal di beberapa cabang. "Nanti aku periksa lagi, kamu bisa keluar sekarang." Kata Anand yang langsung saja di turuti oleh sekertarisnya itu. Sudah hampir 15 tahun Anand menggeluti pekerjaan kotornya ini. Dari yang inilah dirinya mampu menuruti semua keinginan Angela yang selalu meminta barang-barang mewah dan juga cukup susah untuk ia jangkau. Sedangkan untuk kesehariannya, Anand mengandalkan hasil dari restoran yang lebih dari cukup. Anand sendiri sudah cuci tangan dari warisan keluarga yang masih diperebutkan. Bukannya Anand tak menginginkannya, hanya saja dirinya terlalu malas untuk berdebat dengan saudaranya sendiri. Setelah kepergian sekertarisnya, Anand mulai memeriksa dokumennya, karena kliennya yang semalam meminta untuk membereskannya lebih cepat. Selain itu, Anand juga mendapatkan bayaran yang setimpal. Siang hari, Citra keluar dari gerbang kampusnya dengan sedikit lelah. Kelasnya hari ini cukup rumit dan membuatnya ingin menghirup udara lebih bebas, belum lagi tekanan dari dosen killernya. Citra melangkahkan kakinya ke sekitar kampus dan melihat-lihat toko yang buka di sekitarnya. Jarak rumah suaminya dan kampusnya cukup dekat, jadi Citra berpikir untuk mencari pekerjaan di sekitar kampusnya juga tidak masalah. Lagipula Citra juga hanya bisa mengambil jam malam. Nanti setelah Ara tidur, dirinya bisa berangkat bekerja. Toh saat malam suaminya juga sudah di rumah dan bisa menggantikan dirinya untuk menjaga Ara yang tertidur lelap. Citra menghampiri sebuah rumah makan yang cukup luas dan memilih untuk memasukinya saat melihat ada tulisan mencari karyawan perempuan. "Ada yang bisa saya bantu mbak?" Pertanyaan dari seorang pelayan laki-laki membuat Citra terdiam dan menyiapkan kata-katanya. "Ah, tadi aku membaca ada lowongan pekerjaan. Apakah masih di buka?" Jawab Citra di akhiri dengan pertanyaan yang membuat karyawan itu mengangguk pelan. "Masih di buka mbak, hanya saja pemilik restorannya tidak ada di tempat." Jawab pelayan itu yang langsung saja membuat Citra mengangguk pelan dan berterimakasih. "Kalau mbaknya mau bisa meninggalkan nomor hpnya, nanti saya sampaikan sama pemilik restoran." Kata laki-laki itu yang langsung saja membuat Citra mengangguk cepat dan mengambil kertas untuk menuliskan nomor hpnya. "Terima kasih ya mas, kalau begitu saya pamit dulu." Kata Citra dengan sedikit menundukkan badannya dan pergi setelah mendapatkan jawaban dari pelayan restoran yang baik itu. Setelah itu, Citra memilih untuk pulang. Mungkin saja putrinya sudah sampai rumah dan menunggunya untuk memasak makanan yang lezat. Setelah beberapa menit, Citra pun sampai rumah dan melihat rumahnya yang masih kosong. Citra menghela napasnya pelan dan memilih untuk mengganti pakaiannya dan berjalan ke arah dapur. Baru saja dirinya berkutat di dalam dapur, teriakan putrinya yang memanggil namanya membuat Citra mematikan krannya dan berjalan keluar dari dapur untuk menyambut kedatangan putrinya. "Mama," panggil Ara lagi dengan suara yang lebih keras. "Ara, mama di sini sayang." Balas Citra saat melihat putrinya yang terlihat kelelahan. "Apakah melelahkan? Kenapa tidak semangat?" Tanya Citra yang langsung saja membuat Ara cemberut mendengarnya. "Tadi tantenya Gibran datang ke sekolahan, dia mengatakan jika Gibran akan pindah ke luar negeri bersama kakek neneknya. Mama apakah Gibran baik-baik saja?" Kata Ara menceritakan apa yang baru saja ia dengar di sekolahnya. "Mama juga nggak yakin, sepertinya Gibran memang butuh suasana yang lebih nyaman. Apalagi Gibran kehilangan kedua orang tuanya secara langsung." Balas Citra dengan suara pelan. "Nanti, kalau Ara sudah besar. Apakah Ara boleh menyusul Gibran?" Tanya Ara lagi. "Boleh, tapi Ara harus pintar ya, kalau enggak, Ara nggak boleh pergi." Jawab Citra dengan tersenyum lebar. "Sekarang Ara pergi ke kamar untuk ganti baju dan cuci tangan. Mama masak dulu." Kata Citra meminta pada putrinya dengan pelan. "Siap mama." Jawab Ara yang langsung saja membuat Citra berdiri dan menatap ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Sedangkan Ara sendiri sudah berlari menuju ke kamarnya. "Oh iya mama, papa bilang, papa juga mau bekal seperti Ara. Kata papa masakan mama enak." Kata Ara yang kembali ke arah Citra untuk memberitahu hal itu. "Mama mengerti, kamu ganti baju dulu ya. Nanti sekalian bawa kotak bekalnya ke dapur, biar mama cuci." Balas Citra yang langsung saja di turuti oleh Ara. "Kamu nggak malu minta bantuan seperti itu pada anak kecil?" Tanya Citra dengan nada mengejek. Padahal jelas-jelas Citra sudah ingin lepas tangan dari semua hal pribadi tentang suaminya itu. Citra juga ingin mengubur perasaannya dan hanya fokus pada Ara, lalu kenapa suaminya bertingkah seperti itu? "Apa salahnya, kita tinggal di satu atap, akan sangat aneh jika kita tidak makan bersama." Balas Anand tanpa tahu malu. Citra yang mendengarnya pun hanya bisa menatap tajam ke arah suaminya dan berlalu begitu saja ke arah dapur. "Besok bibi akan kembali datang, kamu nggak perlu beres-beres rumah lagi." Kata Anand mengekor di belakang istrinya. "Kamu masih membiarkan orang lain untuk melihat pernikahan konyol ini? Apa kamu tidak malu?" Tanya Citra dengan sedikit kesal. "Apanya yang salah? Dia sudah bertahun-tahun ikut sama aku, jadi dua juga akan paham. Lagian aku menikahi kamu bukan untuk aku jadikan pembantu, aku menikahi kamu hanya untuk menjadi ibu untuk Ara." Jawab Anand yang langsung saja membuat Citra ingin tertawa mendengarnya. "Syukurlah, setidaknya nanti ada bibi yang menuruti semua makanan kamu." Balas Citra seraya kembali fokus pada kegiatannya dan membiarkan suaminya begitu saja. "Apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya Anand lagi. "Akan sangat membantu jika kamu pergi dari sini." Jawab Citra dengan cepat dan kesal. Anand yang mendengarnya pun langsung terdiam dan memilih untuk keluar dari dapur. Jika di ingat-ingat lagi, semua yang di lakukan istrinya tidak salah, yang salah adalah dirinya yang sudah sangat tidak berperasaan pada wanita sebaik Citra. Anand tahu masalalu wanita itu cukup buruk, karena dia bahkan berani menggugurkan kandungannya sendiri. Setidaknya jika berani berbuat harus berani bertanggung jawab, tapi tidak dengan Citra yang malah memilih untuk aborsi. Selain itu, Anand tak mempermasalahkan apapun karena sejauh ini putrinya di rawat dengan sangat baik. Bahkan Citra juga mengajari putrinya hal-hal kecil yang sangat baik untuk pertumbuhan putrinya, berbeda dengan dirinya yang cukup bodoh untuk mengajarkan hal-hal itu. Setidaknya Citra lebih berpengalaman saat mengasuh anak kecil di bandingkan dirinya yang masih terus belajar itu. Selama ini Anand mengasuh putrinya juga atas bantuan bibi asuh dan juga pembantu rumah tangganya. Hanya saja, bibi asuh Ara memilih untuk pulang kampung karena suaminya sakit. Anand yang saat itu tengah kesusahan malah dipertemukan dengan Citra yang memperlakukan Ara dengan baik. Belum lagi dengan bujukan Angela yang memintanya untuk menikah dengan orang lain lebih dulu. Setelah berpikir cukup panjang dan matang, Anand pun mulai menjalankan langkahnya untuk meraih perhatian Citra, Anand juga mulai melancarkan perhatian-perhatian kecil untuk Citra, sampai pada wanita itu menerima lamarannya yang bisa di katakan mendadak itu. Saat itu Anand bersyukur karena akhirnya menemukan ibu yang cocok untuk putrinya yang malang itu. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD