Makan Malam Keluarga

1468 Words
Makan Malam Keluarga Nina berdiri dengan perasaan gugup disamping mertua perempuannya–mami Rose ketika mobil keluarga Prita datang dan memasuki halaman rumah mereka. Terlihat Tante Inta dan Om Ridwan orang tua Prita, kedua kakak Prita–mbak Yuni dan Mas Agung juga beberapa om dan tante yang ikut datang mendampingi. Mereka pun segera bertegur sapa saat disambut keluarga Jo di depan pintu. Nina yang awalnya ingin menyembunyikan diri terpaksa harus tersenyum ketika tante Inta–ibunda Prita menyapanya dengan wajah terkejut melihat kehadirannya. “Nina?! Kok ada disini?! Apakabar, nak? Sehat?” sapa tante Inta dengan perasaan sayang memeluk dan mengelus punggung Nina. Sudah lama ia tak bertemu dengan sahabat karib anak bungsunya yang satu itu. “Alhamdulilah baik tante,” jawab Nina merasa terharu dan senang karena masih diingat oleh keluarga Prita walau mereka tak tahu status Nina dalam keluarga Jo. “Alhamdulilah baik tante….,” jawab Nina senang karena masih di ingat oleh keluarga Prita. “Kok kamu ada disini?” tanya tante Inta mengulang pertanyaannya. Sekilas ada raut wajah yang mengeras dari wajah Ben yang terlihat dari sudut mata Nina. Nina sadar bahwa Ben terlihat keberatan jika ia mengakui statusnya sebagai kakak ipar Jo. “Jo dan Prita itu aku yang pertemukan, tante. Dulu, Jo itu senior dan sahabatku di kampus. Sebagai mak comblang, di momen penting ini aku harus hadir,” jawab Nina dengan nada riang seolah tak terjadi apa-apa. “Oalahh, mak comblangnya kamu toh!” ucap Om Ridwan tampak senang. Pembicaraan pun teralihkan, semua orang berjalan bersama kedalam rumah. Nina yang berada paling belakang melangkah pelan. Sebuah rangkulan hangat membuat Nina menoleh dan melihat Prita tengah merangkul tangannya erat dan menatapnya sambil tersenyum. Nina pun membalas senyuman Prita, entah apa yang terjadi, tapi rasa canggungnya karena akan bertemu Prita hilang sudah karena sikap Prita begitu baik padanya. Ia tahu sahabatnya bersikap tulus. “Kamu sudah bertemu mas Ben? Bagaimana reaksinya?” tanya Prita berbisik pada Nina saat melihat Ben yang bertubuh tinggi melangkah jauh di hadapan bersama calon suaminya, Jo. Bagaimanapun Prita tahu tentang status Ben sebagai suami siri Nina. “Baru bertemu hari ini, itu pun gara-gara acara malam ini,” bisik Nina. Kedua perempuan itu pun segera melipir ke pinggir sebelum masuk ke dalam ruang makan. “Setelah sekian lama baru ketemu hari ini?!” tanya Prita tak percaya. “Hari ini, kekasihnya yang bernama Delia pun akan datang untuk makan malam bersama kita,” jawab Nina pelan dengan santai dan membuat mata Prita membesar dan membulat. Baru saja Prita hendak kembali bertanya tetapi tertahan karena kedua orang tua mereka memanggil Prita untuk bertemu dengan kakek Dato. Semua orang telah berkumpul dimeja makan, hanya Nina yang masih berada sedikit jauh dari mereka dan menghentikan langkahnya karena menunggu tempat terakhir agar ia tahu dimana ia harus duduk. Terlihat dua di kanan dan kiri Ben masih kosong membuat Nina bergerak mundur saat tak ada yang memperhatikan kehadirannya. Ia tak ingin merusak suasana hati Ben dengan duduk disisinya. “Nin, sini! Kita mau mulai makan sama-sama,” panggil mami Rose dari ruang makan saat menyadari Nina belum berada bersama mereka. “Ayo duduk, Nin!” suruh Jo sambil memberikan kode agar ia duduk disamping Ben dengan matanya. Semua telah berkumpul di ruang makan. Nina menghentikan langkahnya dan menunggu tempat terakhir “ Nina melangkah ragu mendekati Ben. Tiba-tiba Ben berdiri dan menarik kursi agar Nina bisa duduk di sampingnya. Nina segera mengucapkan terimakasih dan duduk dengan segan. Sepanjang acara makan malam, Nina hanya menyibukan diri memenuhi mulutnya dan menikmati makanan sambil mendengar perbincangan. Tak ada perbincangan antara dirinya dan Ben sampai Ben berdiri dan mengatakan bahwa ada tamu lain yang hendak bergabung. Ben segera pergi meninggalkan ruang makan dan kembali dengan seorang wanita yang mengenakan dress berwarna merah. Wanita berwajah cantik itu tampak hampir sebaya dengan Ben dan menyapa semua orang di dalam ruangan dengan ramah. Nina menatap wanita itu dengan tatapan kagum, aroma parfumnya yang lembut dan enak membuat Nina perlahan mengendus dirinya sendiri diam-diam. Perempuan itu bernama Delia, kekasih Ben yang sudah ia kencani sejak tiga tahun yang lalu saat mereka masih bersama di luar negeri. Delia juga anak dari salah satu teman papi Ray dan juga salah satu direksi perusahaan kakek Dato, sehingga kedua keluarga itu sudah saling kenal satu sama lain. Dengan luwes Delia datang menghampiri dan mengenalkan dirinya pada kakek Dato. “Kenalkan ini Delia kek,” ucap Ben mengenalkan Delia. Kakek Dato seolah ingin mengucapkan sesuatu sampai sebuah kata terlontar dari mulutnya. “Istri kamu?” tanya Kakek Dato tiba-tiba. Mendengar ucapan kakek Dato, wajah Delia tersipu malu dan terlihat senang seolah mendapat restu dari sang kakek yang terkenal sangat keras dan tegas. “Belum jadi istri kek, Insya Allah segera,” jawab Ben juga terlihat senang dengan ucapan sang kakek. Tak ada yang memperhatikan reaksi kakek Dato selanjutnya ketika kakek Dato menggelengkan kepala seolah ingin memberitahu bukan itu maksud perkataannya. Hanya Nina yang tahu reaksi kakek Dato segera menghampiri kakek Dato dan mencoba mengalihkan perhatian sang kakek dengan menawarkan makanan saat Ben menarik kursi untuk Delia di sisi yang lain disampingnya. “Mau puding kek?” tanya Nina cepat sebelum sang kakek berbicara lagi. Kakek Dato menggelengkan kepalanya dan menatap Nina dengan tatapan tajam. “Itu istri kedua Ben?” tanya Kakek Dato sambil menunjuk ke arah Delia dengan tangannya yang gemetaran. Nina hanya mengangguk dan tersenyum pada Kakek Dato dan segera menyibukkan dengan makanan. Nina merasa sangat lega saat kakek Dato bertanya tentang Delia, semua orang tengah asik berbincang sehingga tak ada yang menyadari ucapannya. “Halo, sepertinya kita belum pernah bertemu?” sapa Delia ramah pada Nina dibalik punggung Ben saat Nina kembali duduk di tempatnya. Nina hampir saja tersedak dan terlihat Ben yang menatapnya dengan penuh arti. “Halo mbak, perkenalkan saya Nina,” balas Nina dengan wajah riang. “Saya sahabatnya Jo dan Prita, mak comblangnya mereka.” Nina dengan cepat menjelaskan posisinya sebelum Delia menanyakan siapa dia di dalam keluarga itu. “Oh gituu…,” jawab Delia seolah menerima alasan Nina. Nina pun tersenyum dan kembali menghabiskan makanannya. Ben terlihat begitu bersemangat dan senang saat Delia bersamanya. Sikap Ben membuat Nina segera menyingkir saat selesai makan malam. Diam-diam Nina mengambil kopernya dan berencana untuk meninggalkan kediaman keluarga Ben untuk mencari hotel untuk ia tinggal sampai hari pernikahan Jo ketika semua orang berkumpul diruang keluarga untuk ramah tamah. Tapi sebelum itu ia meninggalkan pesan pada Kan Rahman dan Ceu Ipon akan hal apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan saat menemani kakek Dato karena selama ini hanya Nina yang paling mengerti cara merawat kakek Dato. Nina pun melangkah ragu ke dalam ruang keluarga untuk berpamitan pada semua orang. “Loh, mau kemana Nin?” tanya Jo kaget saat melihat Nina berpamitan. “Mau ke hotel, aku harus berangkat sekarang agar sampai hotel tak kemalaman,” jawab Nina berusaha santai. Jo segera berdiri dan mengajak Prita untuk mengikutinya. Sedangkan Mami Rose hanya diam tak berkata apa-apa seolah mengerti rasa canggung Nina karena kehadiran Delia. Mami Rose pun tak bisa menahan Nina karena menghargai perasaan anaknya. “Apa-apaan kamu Nin?! Kenapa mesti tinggal di hotel, masih ada kamar kosong disini! Mas Ben itu gak tinggal disini, kamu bisa tidur dan kamu berhak ada disana!” ucap Jo dengan suara tertahan sambil menarik tangan Nina saat Nina berjalan menuju pintu depan. Wajahnya terlihat kesal. “Stt, jangan keras-keras Jo! Aku tak ingin mbak Delia mendengar ucapan kamu. Sudahlah, kita semua tahu statusku disini. Aku gak nyaman Jo!” gumam Nina dengan wajah cemas. “Kamu gak mau ikut aku aja Nin? Tinggal di rumahku saja,” ajak Prita ikut prihatin saat melihat Nina. “Gak usah, aku pamit ya, taxi onlineku sudah tiba, nanti aku kabari dimana aku menginap. Sudah masuk sana ke dalam. Tolong berikan alasan apapun pada kakek Dato jika menanyakanku. Besok pagi aku kembali untuk mengurus kakek Dato,” ucap Nina segera menyeret kopernya menuju halaman dimana taksinya menunggu. “Nin…,” panggil Jo tak enak hati. Nina tak menoleh lagi dan segera menaiki taksinya lalu meninggalkan kediaman rumah Ben. Selama perjalanan mencari hotel Nina menghembuskan nafas lega. Ia benar-benar lega tak perlu berpura-pura nyaman di lingkungan yang membuatnya kikuk. Tak lama, Nina menemukan hotel kecil yang sesuai dengan uang yang ia miliki, lalu segera masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang untuk melepaskan rasa lelah sambil melamun seolah mencerna apa yang tengah terjadi pada hidupnya. “Akh Nin, sabar ya, sebentar lagi semuanya selesai dan kamu punya kehidupan baru,” bisik Nina pada dirinya sendiri. Ada perasaan senang dan lega tak terkira karena bisa kembali berteman dengan Prita dan juga mendapatkan kepastian dari Ben yang akan segera melepasnya. Lamunannya buyar saat Jo mengirimkan pesan dan bertanya ia menginap di mana dan kamar berapa. Dengan malas Nina pun segera membalas pesan Jo agar pria itu tak merasa cemas. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD