Kenzie dan Aurel

3766 Words
Gue nggak suka mengganggu, jadi jangan sesekali menjadi pengganggu kalau masih butuh nafas -Kenzie- *** Barisan panjang geng yang paling terkenal seangkatan SMA kini tengah berjalan memenuhi lorong kelas XII SMA Kencana. Dipimpin seorang cowok dengan tongkat baseball putih dengan banyak stiker di pundaknya—Kenzie Abraham Nugroho akan siap meratakan siapa saja yang berani mengusik hidupnya tanpa kecuali. Sekarang incaran cowok itu adalah Reyhan. Anak OSIS yang menurutnya sok belagu dan merasa paling benar, Reyhan juga wakil dari geng musuh bebuyutan Kenzie. Oh ayolah, Kenzie tidak akan menyakiti seseorang kalau mereka tidak memulainya. Jadi buat kalian yang ingin macam-macam maka bersiaplah akan hancur. "APA MAKSUD LO!" Kenzie menodongkan tongkat baseball-nya tepat di bawah dagu Reyhan. Mengangkat kepala cowok itu agar menatapnya. Kelas XII-IPA 2 yang awalnya adem ayem, tenteram, kini jadi mencekam sejak kedatangan Geng Rebels. Tatapan kedua cowok itu sama-sama menajam. Yakin, tidak akan ada yang berani ikut campur kalau sudah seperti ini. Reyhan menepis kasar tongkat baseball Kenzie membuat Ketua Geng itu kesal. Satu tarikan cepat pada kerah baju Reyhan berhasil membuat para gadis yang ada di sana memekik ketakutan. "Sekali lagi gue tanya sama lo, apa maksud lo adu domba temen-temen gue?" tanya Kenzie membentak. Dengan nafas yang semakin tercekat Reyhan berusaha berbicara, "Gue nggak ada adu domba mereka asal lo tau." Bugh! Pekikan para gadis kembali terdengar bersamaan dengan ambruknya Reyhan akibat pukulan keras Kenzie. Lihat saja bahkan meja di sana sudah berantakan hanya karena dua cowok itu. "Bullshit!" desis Kenzie menyeramkan. Bugh! Bugh! Bugh! Pukulan bertubi-tubi dari Kenzie tak dapat lagi terelakan. Kenzie memukul keras di bagian wajah Reyhan hingga perkelahian tak dapat lagi dipisah. Keduanya sama-sama kuat dalam beladiri. Ken yang notabennya anak karate dan Reyhan yang ikut taekwondo. Lengkap sudah. "Hajar Ken!" "Pukul aja udah jangan kasih kendor." "Habisi bos! Bakteri kayak dia nggak bisa dibiarin lepas gitu aja!" "Ayo Rey lawan masa lo diem aja." Sorakan sorakan terdengar mendukung jagoan mereka masing-masing, ya meski dukungan Kenzie lebih banyak dikarenakan anggota Rebels banyaknya lebih dari 100 orang pelajar SMA. "Gue nggak suka ada pengganggu. Satu dari kami ada masalah, maka semua dari kalian akan hancur!" Bugh! Pukulan terakhir tepat mengenai kepala sukses membuat Reyhan kehilangan kesadarannya. *** Keenam petinggi Rebels kini tengah memenuhi koridor utama kelas X yang ada di lantai bawah. Bukan wajah dingin yang mereka tampilkan melainkan tawa dan candaan yang selalu terdengar hingga menggema di sepanjang koridor yang ramai ini. Bahkan para siswi yang hendak lewat rela menyingkir guna melihat dan sesekali memfoto idola mereka. Para petinggi Rebels adalah kalangan murid yang disegani di SMA Kencana. Berbeda dengan murid perempuan yang memandang dengan memuja, murid laki-laki malah sebaliknya, tak sedikit yang memberi tatapan sinis tak senang dengan kehadiran Rebels. Namun, anak Rebels cukup dewasa menyikapinya, selama mereka tidak mengusik ketenangan Rebels maka mereka tetap aman. "Awww, si Adek lihatin Kenzie nggak usah gitu juga keles. Sampe lupa caranya mingkem," celetuk Roni ketika dia melihat salah satu siswi kelas sepuluh tengah memandang bos mereka dengan mulut yang tak ada hentinya untuk tersenyum memaparkan deretan gigi putihnya. "Dasar lo! Anak orang jadi malu tuh," tegur Alan sambil merangkul pundak Roni. "Eh, eh cewek itu cantik bener bweh, pengen karungin deh rasanya," kata Arfen saat melihat dua siswi yang tengah bercanda sambil tertawa menuju anak tangga. "Semua aja lo karungin, terus si Bela mau lo ke manain?" sahut Gavin yang ada di depan cowok itu. "Tenang aja, Bela udah gue kresekin biar awet dihati gue." "Gorengan lo kresekin?" tanya Johan datar. "Kan biar awet ya nggak Vin?" "Iyain aja dah." Bruk! "Wets, si anjing lah bos berhenti nggak ngomong, entar kalau jidat eksotis gue benjol lo mau tanggung jawab!" gerutu Arfen sekaligus bentuk protesan kepada Kenzie yang tiba-tiba berhenti. "Berisik, sat!" sinis Johan. "Cari masalah nih awewe," gumam Gavin saat melihat dua gadis tengah menghadang jalan mereka. "Woi mau apa sih, lo?" tanya Roni dengan nada tinggi. Namun, yang dia dapatkan malah pelototan dari gadis yang menggunakan pita kuning. "Busyet cantik-cantik serem ini mah," ujar Arfen. "Woi! Mending lo minggir deh!" suruh Gavin. Gadis dengan pita kuning itu sama sekali tak menggubris perkataan Gavin. Dia malah melangkah maju mendekat kepada Kenzie yang lebih tinggi darinya. Gadis itu sempat menelan ludahnya beberapa kali, ternyata kalau dari dekat Ketua Rebels itu memiliki wajah yang lebih seram, atau tampan? Eh. "Gue ada urusan sama Ketua pengecut lo ini!" bentaknya dengan kasar sambil mendorong d**a kiri Kenzie menggunakan telunjuknya. Kedua tangan Kenzie refleks mengepal sambil tersenyum miring. Kenzie mengangkat sebelah alisnya. "Lo bilang gue pengecut? Nggak salah? Atas dasar apa lo ngomong gitu?" "Udah deh nggak usah buat masalah!" peringati Gavin. "Pengecut, lo! Lo kan yang udah ngeroyok Reyhan? Dasar beraninya main keroyokan, cowok bukan lo!" Lalu tanpa disangka tangan kanan Kenzie menarik lengan gadis itu dan menyeretnya cepat hingga dia dapat mengunci gadis itu di tembok. Tatapan Kenzie tajam menusuk mata indah gadis itu membuatnya susah berkedip. "Jadi udah ngadu apa aja pacar lo itu, hm?" tanya Kenzie dengan dingin, dan tetap tenang. Lagi pula siapa yang mengeroyok Reyhan yang tak lain adalah kekasih dari Aurel, yang kini sedang berhadapan dengan Kenzie. Perkelahian kemarin itu adalah one by one! Reyhan telah mengadu domba salah satu anak Rebels dengan anak Rebels yang lain dan bila dibiarkan bisa jadi Rebels akan pecah dan untuk mengatasi itu jangan salahkan Kenzie bila dia ingin membasmi kumannya. "Kenapa diem?" tanya Kenzie lagi. "Udahlah bos lepasin banyak yang nontonin," kata Gavin sambil berusaha menarik bahu Kenzie. "Nggak! Gue masih nggak terima bisa-bisanya dia bilang gue pengecut!" ucapnya. "Eh Rel, udahlah lo itu nggak tau masalahnya mending diem," ucap Gavin pada Aurel. "Kata siapa gue nggak tau? Gue tau kok. Kalian diam-diam udah ngeroyok Reyhan di jalan iyakan?" Terdengar kekehan dari teman-teman Kenzie yang melihat adegan itu. "Bullshit banget tuh cowok! Udah tukang ngadu, ngada-ngada cerita pula itu," sahut Arfen remeh yang sedari tadi memperhatikan sambil nyandar di tembok. "Asal lo tau, nggak ada yang ngeroyok cowok lo! Bahkan semua murid di sekolah tau gimana gue bikin babak belur cowok lo dengan tangan gue sendiri tanpa bantuan orang lain!" "Dan satu lagi, kalau nggak mau babak belur dan masuk rumah sakit bilangin cowok lo jangan sok ikut campur urusan gue! Urusan kita." Kalimat panjang penuh penekanan dari Kenzie mampu membuat bulu kuduk Aurel berdiri. "Kok kesannya kayak lo yang ngada ngada cerita ya?" "Dibilangin malah ngeyel! Kalau lo nggak percaya lo boleh tanya semua murid yang ada di sekolah ini!" Itu suara Johan yang mulai kesal dengan gadis berpita kuning itu. "Yaa ... tapi kan—" "Lo diem atau gue bungkam mulut lo pakai bibir?" Damn! Semua mata melotot tak percaya dengan perkataan Kenzie barusan. Termasuk para siswi yang melihat adegan itu. Sementara Aurel semakin ketakutan di tempatnya. Wajahnya mungkin sudah memerah. "Cabut!" titah Kenzie kepada semua teman-temannya. Yah perintah itu tidak bisa dibantah. Mereka semua berjalan membuat koridor kembali gaduh. Sementara Aurel, gadis itu masih diam di tempat, jantungnya berdetak lebih kencang. Apa benar yang dikatakan mereka tadi. Kalau memang benar Reyhan yang udah nyari gara-gara duluan fiks dia membuat Aurel malu! "Rel, lo nggak pa-pa?" tanya Feli menghampiri Aurel. Aurel menggeleng. "Gue nggak pa-pa," ujarnya. "Yaudah yuk, Rel, kelas bentar lagi bel." *** Kelas XII IPA 3 kini tengah ribut-ributnya, ditambah lagi dengan jam kosong tiga jam dan kelas mereka yang ada di pojok jauh dari ruang guru membuat seluruh murid di dalamnya bebas melakukan apa pun yang mereka suka. Seperti Kenzie dan teman-temannya contohnya. Keenam cowok itu tengah berkumpul sekaligus gibah di pojok kelas. Kenzie dan Gavin yang sibuk mabar, Roni, Johan, dan Alan yang nonton entah apalah itu di ponsel, dan Arfen yang tengah mengganggu cewek ngerumpi. Begitulah Arfen lelaki itu seakan tidak bisa lepas dari yang namanya cewek padahal Arfen sudah punya pacar. "Gue masih nggak habis pikir sama Rey, banci banget tuh cowok sampe ngadu sama Aurel," ujar Gavin tiba-tiba sambil terus memainkan game di ponselnya. "Hm, jadi gue malu tuh. Mana si Aurel galak bener gila!" sahut Alan. "Galak, keras kepalanya, ngalah-ngalahin si Ken. Kayaknya cocoklah kalau disatuin." "Maksud lo ngomong gitu apa?" sentak Kenzie tak terima. "Peace man, becanda elah! Lagain lo sih galak bener pantes cewek gak ada yang mau sama lo," ujar Alan lagi. "Ya sana protes sama Bokap Nyokap gue yang udah bikin gue kayak gini," jawab Kenzie. "Eh enaknya tuh cowok kita apain ya? Gemes tangan gue pengen ngerobek mulut lemesnya," ucap Gavin sambil meregangkan jari-jari tangannya. "Biarin aja. Kalau ngelunjak langsung kita hajar," jawab Johan santai. "Dibiarin gitu aja gak seru dong?" tanya Roni. "Lo mau diskors lagi?" tanya Kenzie balik. Benar kata Kenzie, mereka berenam sudah pernah merasakan skors mulai dari sehari hingga seminggu. Entahlah mungkin bila mereka akan kena masalah berat lagi mungkin bisa di keluarkan. "Enggak sih," balas Roni. "IH ARPEEEN BALIKIN HP GUE!" Sontak mereka berlima langsung mengabaikan aktivitasnya dan lebih memilih untuk melihat ulah apa lagi yang tengah dilakukan oleh teman gilanya itu. "PEN KALAU LO GABALIKIN GUE SUMPAHIN BELA PUTUSIN LO SEKARANG JUGA!" teriak cewek bernama Ayu. Seperti tersambar petir di siang bolong, tubuh Arfen menegang, cowok itu langsung berhenti mengejek Ayu dan segera berjalan menuju gadis yang tengah berkacak pinggang itu. "Mana balikin hp gue!" "Tarik dulu ucapan lo!" Suruh Arfen. "Gak! Biar aja lo putus sama Bela," "Gila lo Yu, kalau lo suka sama gue gak gini juga caranya, gue bisa kok jadiin lo yang kedua," "ARPEEN BALIKIN!" teriak Ayu lagi tapi yang ini lebih melengkin membuat Kenzie dan teman-temannya terpaksa untuk menutup telinga. "WOI BERISIK!" teriak Gavin. "Tuh temen lo udah protes, mana buruan balikin gila!" Paksa Ayu namun Arfen tetap tidak mengembalikan ponselnya. "Cium dulu," Goda Arfen membuat Ayu melotot dan langsung saja gadis itu menjambak jambul Arfen membuatnya meronta kesakitan agar Ayu melepaskan jambakannya. "Mampus sakit pasti itu," gumam Roni yang masih bisa di dengar oleh temannya. "Gak salah lagi." **** "Rel, mau bareng enggak?" tanya Feli. Mereka bertiga kini tengah berjalan menuju gerbang depan sekolah. Di sana masih cukup ramai karena bel baru saja berbunyi. "Enggak deh gue bareng Rey," jawabnya, sebenarnya Aurel ingin pulang bersama teman-temannya tapi hari ini Rey sudah masuk sekolah jadi dia memutuskan untuk pulang bareng Rey sekalin kencan. "Yaudah kita tinggal nih ya?" tanya Bela. "Iya Bel, udah sono entar ayang beb lo murka kalau lo belum sampe rumah," kata Aurel menggoda. "Sa ae lo, Rel tapi bener sih. Yaudah bye Rel." Kedua gadis itu melambaikan tangan kepada Aurel sambil berjalan menuju parkiran. "Take care!" ujar Aurel sedikit berteriak dan mendapat acungan jempol dari Bela. Setelah kedua sahabatnya itu pergi, Aurel memutuskan untuk menunggu di depan gerbang. Gadis itu berjalan gontai, entah mengapa ia sedikit merutuki Rey yang pake acara rapat Osis segala kan jadinya Aurel harus nunggu. Untung rindu kalau gak udah pulang duluan dia. Aurel menghela nafas panjang, baru saja duduk di kursi yang ada di depan sekolah gadis itu sudah bosan. Sebenarnya dia malas bila disuruh menunggu tapi mau gimana lagi, bisa saja gadis itu menuju parkiran dan masuk kedalam mobil Rey namun parkiran yang kini dipenuhi cowok-cowok brandal itu membuat Aurel menghapus jauh-jauh niatannya. Drrtt.. Drrttt... Ponsel gadis itu berdering di saku celananya dan itu pesan dari kekasihnya. Reyhan Aldama: P P P P Aurel Beb, kemana sih? Satu sudut bibir gadis itu terangkat ketika melihat pesan beruntun dari Rey. Chelsea Aurelia : Iya Rey? Baru buka hp aku Reyhan Aldama : Maaf Rel, kayaknya aku gak bisa anter kamu pulang hari ini. Rapat Osisnya bakalan lama. Kamu gak kenapa kan? Chelsea Aurelia : Iya santai gapapa kok:) Aurel mencibirkan bibirnya kecewa! Sangat kecewa! Reyhan Aldama : Emm atau gini aja, besok sehari aku buat kamu gimana? Aku janji besok akan selalu sama kamu. Ya? Jangan marah. Chelsea Aurelia : Iyaa Rey, aku gak marah kok. Yaudah sana katanya rapat. Reyhan Aldama : Yaudah, kamu hati-hati ya. Aku sayang kamu Chelsea Aurelia : Aku juga Reyhan! Entah mengapa lelaki itu selalu bisa mengubah mood Aurel yang buruk karenanya. Mungkin bagi kalian sedikit alay tapi bagi Aurel itu adalah sisi romantis Reyhan yang selalu dia ridukan. Oke! Sekarang masalahnya adalah, naik apa Aurel harus pulang. Taksi? Angkot? Bis? Come on jam segini mana ada angkutan lewat sih? Gadis itu melirik ponselnya dan segera memesan taksi online semoga saja uangnya cukup. Karena Aurel bukannya dari kalangan orang berada, hidup yang sederhana membuat Aurel harus hidup hemat. Gadis itu mulai menunggu lagi namun kali ini lebih pasti tidak seperti Rey. Haha kekasihnya itu, Aurel sangat menyayanginya dan bagaimana mungkin Aurel bisa marah, mustahil. Saat membayangkan wajah tampan Rey tiba-tiba dua motor hitam besar berhenti di hadapannya. Aurel yakin dia bukan murid sini karena seragamnya saja berbeda. Awalnya Aurel mah bodo amat, namun keempat cowok itu turun dari motor dan menghampirinya itulah hal yang paling Aurel takuti. "Hai cantik, sendiri aja?" sapa salah satu dari keempat cowok itu dengan nakal. Aurel sedikit menggeser duduknya ketika salah seorang dari mereka berusaha untuk duduk di sampingnya. "Gausah jauh-jauh kali kita gak gigit kok," ujarnya membuat Aurel semakin yakin kalau cowok itu bukan cowok baik-baik. "Lagi nungguin apa kok belum pulang?" tanya salah satu dari mereka. Aurel tak menjawabnya bahkan melirik saja tidak. Gadis itu terlalu takut hanya untuk melihat wajahnya. Siapa taukan mereka tukang hipnotis? "Sombong deh, ditanya kok malah diem aja," ujarnya. "Gimana kalu pulang sama kita-kita aja?" Terdengar tawa dari mereka setelahnya. Aurel hanya bisa diam, ingin kabur tapi entah kenapa rasanya b****g Aurel sudah terpaku disana. "Yuk!" Cowok berjaket merah itu berusaha meraih tangan Aurel namun Aurel menepisnya kasar membuat cowok itu terkejut. "Cantik jangan kasar dong." "Mau kalian apa sih!" Akhirnya Aurel berani buka suara. Dia juga sudah berdiri siap-siap pergi. "Mau kita? Kenalan doang sih. Kenalin gue Fino Septihan Revarga lo bisa panggil Fino atau sayang?" Cowok bernama Fino itu menaik turunkan sebelah alisnya menggoda Aurel namun maaf, meski wajahnya tampan tapi Aurel tak tertarik. "Gue permisi," kata Aurel, gadis itu segera pergi secepat mungkin tapi naas gerakan kakinya ternyata tak secepat gerakan dari tangan Fino. Kini Aurel ditarik oleh Fino membuatnya berdiri di antara cowok-cowok nakal itu. "Mau apa? Pergi gak?" bentak Aurel hampir menangis. "Tenang gue gak mau ngapa-ngapain lo kok. Tapi kalau main bentar juga boleh." Setelahnya mereka tertawa. "Pergi gak? Atau gue teriak." "Teriak aja manis, tapi setelah itu gue bolehlah incip bibir manis lo dikit?" "b******k!" "Cewek cantik gaboleh ngomong kasar." Tangan Fino hendak meraih dagu Aurel namun tiba-tiba ada seseorang yang menendang punggungnya membuat Fino jatuh tersungkur di hadapan Aurel. "Sentuh dia lo habis!" "Kenzie?" gumam Aurel. Fino tersenyum, inilah yang dia suka, pancingannya berhasil. Fino lekas berdiri dan membalas perlakuan Kenzie. Cowok itu hendak melayangkan bogeman kepada Kenzie tapi dia berhasil mengelak hingga perkelahian tak lagi bisa dihindari. Empat lawan satu bukannya lawan yang sepadan. Dapat terlihat Kenzie yang sedikit kualahan. Tapi sepertinya dewi fortuna tengah berpihak kepada cowok tampan itu. Kenzie bisa mengalahkan keempat cowok b******k itu meski wajah tampannya dipenuhi luka lebam. "Cabut!" kata Fino segera menaiki motornya dan pergi dari tempat itu dengan ketakutan. Kini hanya ada Aurel dan Kenzie. "Lo gak pa-pa?" tanya Kenzie datar. "Menurut lo? Lo nggak lihat? Gue ketakutan b**o!" jawab Aurel malah membentak. "Woi! Masih untung gue tolongin ya!" Aurel terkejut karena Kenzie juga ikut nyolot, namun cepat-cepat gadis itu menormalkan kembali ekspresi wajahnya. "Yaudah makasih banyak!" ujar Aurel terpaksa. Kenzie mengangguk lalu berjalan menuju motornya. "Buruan!" teriak Kenzie. "Mau ngapain?" "Lo mau pulang enggak?!" "Lo mau anterin gue?" tanya Aurel yang kini sudah berada di sebelah motor Kenzie. "Menurut lo?" "Aish! Tapi gue udah pesen taksi online." "Tinggal batalin ribet amat hidup lo!" "Tetep aja gue nggak mau, nanti Reyhan salah paham." "Apasih yang lo harapin dari cowok itu? Lindungin lo aja nggak pernah, malu-maluin iya," sindir Kenzie. "Karena gue cinta, emang kenapa? Masalah buat lo?" "Banyak bacot lo, udah buru gue anter kalau lo nggak mau di gangguin lagi sama cowok-cowok tadi." "Dasar nggak ngaca! Disi sendiri bacot malah ngatain orang!" gerutu Aurel kesal. "Lelet banget sih lo!!" umpat Kenzie. "Iya sabar ini gue masih naik!" "Lemot!" Setelah Aurel duduk di belakangnya Kenzie langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi memecah jalanan padat kota Jakartnya. Tak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Keduanya diam dalam pikiran masing-masing. "Rumah lo ke mana?" tanya Kenzie saat menemui belokan. "Belok kiri, lurus, rumah gue yang ada pohon palmnya," jawab Aurel jutek. "Hm." **** Dua puluh menit perjalanan pulang dalam kesunyian kini Aurel dan Kenzie sudah sampai di depan rumah Aurel. Gadis itu segera turun dari motor Kenzie. "Makasih udah anter," ucap Aurel masih dengan nada juteknya, tak mau berlama-lama Aurel langsung melenggang pergi namun ucapan Kenzie berhasil menahannya. "Dua kata yang paling susah di ucapkan adalah terima kasih dan maaf." "Maksud apa ngomong gitu?" tanya Aurel yang sudah berbalik karena tidak terima dengan ucapan Kenzie. "Benerkan?" "Lo nyindir gue?" "Baperan," ujar Kenzie sambil tersenyum miring. "Serah!" sentak Aurel lalu kembali berbalik badan dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. "AJAK GUE MASUK AJA UDAH CUKUP KOK SEBAGAI UCAPAN TERIMA KASIH," teriak Kenzie dari luar pagar. Aurel yang akan memutar handle pintu lalu menoleh dengan tatapan tajamnya. "BERISIK!" balas Aurel. "ITU PUN KALAU LO TAU CARANYA BERTERIMAKASIH." Aurel memutar kedua bola matanya jengah, berurusan dengan Kenzie sangatlah menguras emosi. "OKE FINE LO MENANG!" Langsung saja dengan senang hati Kenzie memasukan motornya ke dalam halaman Aurel, setelah itu dia turun dan mengikuti Aurel masuk ke dalam rumahnya. "Rumah gue kecil jadi jangan banyak protes!" ucap Aurel kepada Kenzie. Benar memang rumah gadis itu sangat sederhana. Kenzie kira Aurel anak orang kaya tapi ternyata pemikiran Kenzie selama ini salah. Pantesan Kenzie jarang melihat Aurel di kantin. Kini dia berfikir kalau Aurel selalu membawa bekal dan memaknnya di kelas. Pandangan Kenzie terhenti saat dia melihat banyaknya mesin cuci di ruangan samping ruang tamu. "Lo buka laundry?" tanya Kenzie. "Gue rasa lo nggak buta?" Sindir Aurel. "Nyolot mulu, pms lo?" "Suka-suka gue mulut-mulut gue kenapa jadi lo yang sewot." Kenzie menghela nafasnya lalu pandangannya tak sengaja kembali menatap hal yang menarik perhatiannya. "Sejak kapan?" tanya Kenzie. "Apanya?" "Laundry." "Sejak gue SD kelas 6 saat bokap gue meninggal." Sontak cowok dengan jaket parasut itu menatap Aurel. "Sorry nggak maksud," ucap Kenzie merasa tak enak. "It's okey." "Tunggu sini, gue ambilin lo minum," ujar Aurel kemudian dia segera ke belakang untuk menyiapkan kotak obat dan minuman untuk Kenzie. Aurel rasa Kenzie tidak sedingin yang dia pikirkan. Kenzie juga tidak sejutek atau secuek yang orang-orang katakan, meskipun sedikit mengesalkan toh itu juga karenanya yang nyolot duluan. "Ekhem, lagi kasamaran?" "Mama?" Aurel menoleh kaget. "Eh enggak kok," lanjutnya menjawab pertanyaan sang Mama. Setelah menaruh baju-baju kotor, Ayunda-Mama Aurel kembali berjalan menghampiri anaknya itu. "Siapa Rel?" tanyanya. "Cuma temen." "Mama kira pacar baru." "Enggaklah yakali Aurel pacaran sama modelan cowok kayak dia," ujar Aurel. "Emangnya kenapa? Apa yang salah sama cowok itu? Ganteng dapet, keren juga dapet, kurang apa lagi coba?" tanya Ayunda. "Kurang akhlak!" jawab Aurel sambil mengangkat nampannya bersiap pergi. "Udahlah Ma, jangan jadi kayak netizen yang suka ngeship-ngeshipin hubungan orang." "Tapi kalau kamu jadi sama dia, Mama akan dukung seratus persen, dari pada sama Reyhan nggak jelas." "Emang Mama tau kalau cowok itu jelas? Aurel ketemu aja baru tadi pagi," balas Aurel. Ayunda langsung memasang wajah terkejutnya. "Tuh kan! Baru ketemu sehari aja udah berani datang ke rumah, fiks cowok itu lebih jelas dari pada Reyhan." "Mama!" Ayunda terkekeh. "Udah-udah buruan kasih minumnya, kasihan anak ganteng kehausan." "Ish!" Aurel mendengus lalu berjalan pergi meninggalkan Mamanya dan berjalan menemui Kenzie. "Lama ya?" tanya Aurel. Kenzie mendongak sambil menggeleng. Gadis itu langsung duduk di samping Kenzie. "Lo kenal?" tanya Kenzie sambil menujukan foto seorang laki-laki yang dia dapatkan dari meja di sebelahnya. "Yakali gue gak kenal Abang gue sendiri." "Abang?" Aurel mengangguk. "Dia Abang gue, Kevin namanya. Kenapa? Lo kenal juga?" Kenzie menggeleng. "Sekarang mana?" "Ada," "Mana?" "Di Swiss." "Ngapain?" "Jualan gorengan." "Gue nanya bener!" ujar Kenzie jengah. "Ya kuliahlah! Gitu aja pakai nanya!" sewot Aurel. "Sstt auw! Pelan b**o!" sentak Kenzie ketika Aurel menempelkan cairan dingin di pelipisnya. "Ck, ini udah pelan!" "Akh! Lembut dikit kenapa!" "Ini udah lembut ya? Kalau kasar tuh gini!" Gadis itu dengan sengaja menekan luka yang ada di sudut bibir Kenzie membuat cowok itu mengaduh kesakitan. "Sinting lo!" bentak Kenzie dan Aurel malah terkekeh. "Dasar lemah!" ledek Aurel. "Lo kira fighting lawan empat orang sekaligus nggak kewalahan? Mana lo cuman lihatin doang." "Dih kata siapa gue lihatin doang, orang gue bantu lo kok." "Ngapain lo?" tanya Kenzie nyolot. "Eh, gue bantu doa ya! Berkat doa gue lo masih ada di sini! Kalau enggak bisa aja lo udah ada di neraka sekarang," ujar Aurel sambil mengoleskan obat merah di setiap luka Kenzie. "Mulut lo!" Aurel tertawa ringan. "Canda elah, baperan lo kek perawan!" ujar Aurel membuat Kenzie menatapnya dengan waktu yang lumayan lama. "Ngapain lo lihatin gue kek gitu? Naksir lo sama gue?" "Mata lo bagus, gue suka," kata Kenzie. Autel terdiam, jangan baper tolong!! "Kok pipi lo merah?" Aurel segera memalingkan wajahnya membuat cowok di sampingnya itu terkekeh. Tapi tunggu dulu apa mungkin Aurel blushing hanya karena Kenzie bilang kalau dia suka matanya? Oh ayolah Aurel lo udah dibohongin Ketua Geng gila itu. "Gombalan lo receh!" umpat Aurel. "Tapi lo suka kan?" tanya Kenzie sambil menaik-turunkan alisnya. "Iya suka! Suka pengen gaplok muka sok ganteng lo!" "Deg-degan itu pasti," goda Kenzie. "Apasih nggak jelas banget! Udah ah!" Aurel lali berdiri dan membereskan obat luka yang tadi dia gunakan, setelahnya Aurel segera masuk untuk mengembalikan sekalian ganti baju. Melihat Aurel masuk ke dalam rumah mebuat Kenzie tersenyum tipis. Entah sudah berapa kali dia tersenyum dan itu semua kerena Aurel. Drrttt ... drrttt .... Kenzie berdecak saat dering ponsel telah menganggunya. Ada pesan masuk dari Gavin. Gavin : Ken di mana lo? Nih anak-anak lagi nyari bapaknya. Kenzie : Di rumah Aurel gue. Gavin : Anjir cepet amat perasaan tadi masih marah-marahan, sekarang udah ngapel aja. Ke sinilah Ken, anak-anak lo pada nyariin bapaknya nih. Kenzie : Bacot! Udah entar gue ke sana. Gavin : Oke bos sip! Kenzie memilih untuk hanya membaca pesan itu saat Aurel sudah ada di hadapannya. Dia juga langsung memasukan kembali ponselnya kedalam saku celananya. "Kenapa di masukin?" tanya Aurel bingung. "Kan ada lo." "Ha? "Udahlah percuma IQ lo cetek," ujar Kenzie meremehkan lalu dia segera meneguk minuman buatan Aurel hingga habis tak tersisa. "Haus banget kayaknya," sindir Aurel. "Pengennya sih nambah." "Hm, air gue abis, jadi kalau mau nambah lo harus bayar." "Peritungan!" "Nah itu tau. Lo nggak pulang?" "Ngusir?" "Kalau iya kenapa? Keberatan?" tanya Aurel sambil menaikan sebelah alisnya. "Berat badan gue cuma 60 jadi nggak terlalu berat." "Idih nggak jelas. Udah sana pulang lo!" usir Aurel terang-terangan. "Yaudah gue balik." "Nah dari tadi kek biar nggak nyusahin." "Sialan!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD