Sakit

1116 Words
Jam masih menunjukan pukul setengah tujuh pagi tapi sekolah sudah ramai entah kesambet apa para murid ini. Bahkan anak-anak Rebels yang selalu datang mepet kini sudah pada bertengger di parkiran tepatnya di atas motor mereka masing-masing. Mereka baru akan masuk kelas saat bel berbunyi. Dan sekarang para barisan lelaki tampan itu sedang melancarkan hobinya. Menggoda para siswi yang tengah parkir di sana. "Cewek suiw-wit, nengok dong. Eaaaa." Setelah cewek itu menoleh ke arah mereka gelak tawa langsung terdengar membuat gadis yang digoda tersipu malu hingga wajahnya menjadi merah. "Buset, kalau Arpen yang godain anak orang langsunh berubah jadi kepiting, haha," ujar Alan. "Tenang, baru permulaan," ucap Arfen. "a***y!" "Eh neng buset dah glowing bener, pake scincare berapa kilo itu?" Lagi-lagi suara Arfen mampu membuat mereka semua tertawa. Namun gadis yang digoda malah menampilkan wajah tak senang. "Satu ton Abang Arpen," balas Gavin membuat tawa mereka semakin menjadi. Namun tawa itu tiba-tiba senyap ketika sebuah mobil berwarna biru mengkilap berhenti tepat di sebelah motor Kenzie. Cowok itu masih duduk di atas motornya memperhatikan siapa yang akan keluar dari dalamnya. "Waduh siapa tuh?" tanya Roni. "Anak baru bukan?" tanya Alan. "Kinclong anjir kek cewek tadi glow," sahut Arfen. "Pasti tajir," ucap Gavin. Tak lama si pemilik mobil mengkilap itu turun sampai membuat mereka tercengang dan lihat, mulut Arfen terbuka lebar karenanya. Si pemilik mobil itu segera memutari mobilnya dan membukakan pintu satunya. Kini mereka menebak-nebak kalau ada putri cantik yang cowok itu bawa. "Aurel?" gumam Kenzie sangat pelan. Yah, yang ada di dalam mobil mewah itu adalah Aurel dengan kekasihnya, Reyhan. Mobil baru milik Rey membuat mereka semua pangling. "Gila sih Rey tajir bener, ganta-ganti mulu mobilnya," ucap Alan. "Kok gue curiga dia buka jasa penyewahan mobil ya?" sahut Gavin. "Keknya pikiran kita satu server Gav," balas Alan. Aurel tersenyum malu ketika Rey membukakan pintu untuknya. Apalagi Rey sempat tersenyum. Tapi ketika keluar tak sengaja matanya bertemu dengan mata tajam Kenzie yang berada di depannya gak tau kenapa tatapan itu sangat menakutkan, tatapan yang sangat persis ditunjukan Kenzie ketika dia marah. Apakah Kenzie marah? Tapi kenapa? "Yuk sayang." Suara ajakan lembut Rey berhasil menyadarkan Aurel. Dengan tergesa gadis berjaket pink itu meraih tangan Rey untuk digenggam dan segera pergi. "Buseet masih pagi udah disuguhin adegan kayak gini. WOI GUE MASIH DI BAWAH UMUR NJING!!!" teriakan Arfen lagi-lagi berhasil membuat mereka tertawa kencang tapi tidak dengan Kenzie. Sebenarnya dia ini kenapa sih, tiba-tiba ada rasa aneh ketika melihat Aurel bersama Rey, seperti ada rasa tidak suka. "Gue kelas!" ucap Kenzie mengakhiri tawa mereka. "Eh tunggu bos," ujar Roni ikut menyusul lalu diikuti yang lainnya. ••• Aurel dan Rey berjalan beriringan hingga di depan kelas Aurel. Kelas mereka berbeda. Namun Rey tetap mengantar gadis itu sampai kelasnya dengan selamat. "Makasih," ujar Aurel membuat Rey mengangguk. "Aku sayang kamu," kata Rey, kalimat itu adalah kalimat yang akan sangat Aurel rindukan nantinya. "Aku juga." Rey yang gemas mengacak rambut Aurel singkat. Ingin Rey mencium kening gadisnya namun Rey juga tau tempat. Segera cowok itu pergi dari hadapan Aurel. Aurel juga langsung masuk ke dalam kelasnya. Di sana sudah ada Bela dan Feli yang duduk santai. "Percaya deh yang berangkat bareng," sindir Feli. Aurel tersenyum kikuk lalu langsung duduk di samping Bela. "Eh kalian tau nggak?" "Yakali lo belum bilang kita udah tau, lo pikir kita cenayang?" ucap bela dengan sinis, membuat Aurel jengah dan memanyunkan bibirnya. "Kemarin gue dianterin Kenzie pulang," ucap Aurel membuat Feli dan Bela sama sama membulatkan matanya tak percaya. "Kok bisa? Bukannya lo pulang bareng Rey?" Aurel menggelengkan kepalanya. "Rey ada rapat Osis lama, jadi gue nunggu eh ada anak sekolah sebelah mau godain gue langsung tiba-tiba aja tuh si Kenzie muncul terus nendang cowok-cowok itu. Gue kaget pertamanya tapi berkat cowok itu gue aman." Feli dan Bela saling pandang penuh arti. "Cieee lo baper yaa?" Goda Feli. "Apaan enggak! Eh tapi anehnya tadi Kenzie kayak nggak suka gitu pas lihat gue bareng Rey. Tatapannya nyeremin anjir." "Atau Kenzie yang suka sama lo?" tanya Bela. "Ngaco lo! Nggak mungkin lah!" Tentu saja Aurel akan menampik hal itu. "Kan siapa tau aja." "Selamat pagi anak-anak." Ketiga gadis itu terkejut ketika mendengar suara guru pengajar yang kini sudah ada di bangkunya. "Selamat pagi bu," jawab semua murid serentak. Guru itu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. "Aurel," panggilnya. "Saya bu?" tanya Aurel sambil menunjuk dirinya sendiri. "Ya, sini kamu." Aurel berjalan ke depan. "Tolong kamu ambilkan buku tugas teman teman kamu di meja saya," ucap guru itu dan Aurel mengangguk. "Mau gue bantu nggak?" tanya Dimas si Ketua kelas namun Aurel menggelengkan kepalanya. "Enggak makasih," tolak Aurel membuat semua murid bersorak karena Aurel baru saja menolak permintaan Dimas. Tanpa menghiraukan celotehan tak bermutu teman-temannya gadis itu segera keluar pergi ke ruang guru mengerjakan apa yang disuruh. Letak ruang guru yang lumayan dekat membuat Aurel tak perlu capak berjalan. Sesampainya di sana gadis itu mengucapkan salam dan langsung memasuki ruang guru. Tatapan para guru tak lepas dari Aurel pasalanya gadis itu cukup dikenal. "Mari bu, assalamu'alaikum," ucap Aurel saat akan meninggalkan ruangan itu. Sebenarnya Aurel merasa canggung ketika dijadiakan pusat perhatian tapi bagaimana lagi. Ketika sudah menginjakan kaki di lantai dua dan saat melewati kelas 12 IPA-2 gadis itu menyempatkan menengok ke dalam kelas yang tak lain adalah kelas Reyhan. Senyum Aurel terangkat ketika melihat kekasihnya yang terlihat serius mengerjakan soal di buku hingga dia tidak melihat bila ada seseorang di depannya, alhasil? Brukk! "Auww!" Tubuh Aurel tersungkur setelah menabrak entah siapa itu. Langsung saja Aurel bangun dan membereskan bukunya yang berserakan. Saat gadis itu mendongak guna melihat siapa yang dia tabrak metanya seketika melotot saat melihat Kenzie yang juga tengah menatapnya dengan wajah datar dan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana. Tak ada niatan untuk membantu. "Seenggaknya bantuin kek!" omel Aurel. "Bacot!" bentak Kenzie langsung melengos pergi. Melihat sikap Kenzie membuat Aurel sedikit bingung, kenapa dengan cowok itu, saat Aurel berusaha meraih tangannya saat itu juga Aurel tau apa yang tengah Kenzie rasakan. "Lo sakit?" tanya Aurel ketika Kenzie menatapnya. "Enggak," jawab Kenzie cepat. Tidak mau percaya begitu saja, Aurel mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Kenzie dan benar saja, "Badan lo panas, sepertinya lo demam," ujar Aurel. "Nggak usah sok perduli!" Setelah mengucapakan itu Kenzie berbalik badan hendak pergi namun lagi tangan Aurel berhasil meraih tangannya. "Ikut gue ke UKS," ujar Aurel menarik lengan Kenzie. Cowok itu berusaha melepaskan cekalan Aurel namun gadis itu tak membiarkannya lolos. "Lo apa-apaan sih?" bentak Kenzie ketika Aurel mendudukannya di depan UKS. "Sat!" Murid yang dipanggil Sat itu berhenti dan menghampiri Aurel. "Tolong taruh di kelas gue ya? Kalau ditanya gue ke mana, bilang aja gue ada di UKS," ujarnya. "Oke." Setelah itu dia pergi dan kini hanya ada Aurel dan Kenzie. Berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD