Mine

1330 Words
Kini hanya ada Aurel dan Kenzie di dalam UKS, sebenarnya ini adalah tindakan yang salah. Bisa saja nanti ada orang lewat terus mengada-ada cerita bila Aurel dan Kenzie sedang itu. Tapi meninggalkan Kenzie sendiri di sini? Aurel tak akan tega meski Kenzie menyebalkan tapi ini hanyalah tentang kemanusiaan. Hampir setengah jam cowok itu menutup matanya. Tenang, tidak ada wajah dingin dan seram di sana. Kenzie terlihat lebih tampan ketika tidur. Andai saja Aurel ini bisa selingkuh mungkin Kenzie akan menjadi pilihannya namun sayangnya Aurel sudah tidak bisa mencintai cowok lain selain Reyhan. Ah mengingat Rey, Aurel jadi takut kalau cowok itu salah paham nantinya. Untuk mencegah hal itu terjadi Aurel segera membuka ponselnya dan membuka room chatnya dengan Rey. Chelsea Aurelia : Reyhan? Reyhan Aldama : Ya sayang? Sudut bibir Aurel terangkat hanya karena Rey memanggilnya sayang. Padahal sudah sering tapi entah kenapa rasanya selalu berbeda. Chelsea Aurelia : Aku di UKS nemenin Kenzie, dia sakit. Kamu nggak marah kan? Ada rasa takut dalam diri Aurel, dia takut kalau Rey marah. Reyhan Aldama : Oh, keberatan gak kalau aku nyuruh kamu balik ke kelas? Oke, sepertinya ini bukan pertanda bagus. Sebaiknya Aurel menuruti perintah Reyhan. Chelsea Aurel : Iya aku ke kelas. Maaf udah buat kamu marah. Reyhan Aldama : Iya, balik buruan. Biarin Kenzie nanti aku bilangin temenya biar jagain dia. Chelsea Aurel : Iya Rey Read. Chatnya hanya dibaca oleh Reyhan dan itu artinya ucapan cowok itu tidak bisa dibantah. Aurel memasukan kembali ponselnya ke dalam saku roknya lalu segera berdiri untuk pergi dari tempat itu. Saat hendak berjalan mata Aurel sempat menatap wajah tenang milik Kenzie, ada rasa tidak tega. Aurel menarik nafasnya dalam lalu detik berikutnya dia berjalan pergi. Namun baru selangkah tangan gadis itu ditahan oleh seseorang dan orang itu adalah Kenzie. Aurel berbalik badan, mata Kenzie masih terpejam tapi tangannya memegang lengan Aurel. "Jangan pergi," ujar Kenzie dengan mata yang masih tertutup. Lagi, Aurel merasa iba dan kasihan. "Maaf Ken, gue nggak mau ada yang salah paham," ujarnya sambil melepaskan cekalan Kenzie. Cowok itu membuaka matanya lalu mengubah posisinya jadi duduk. Wajahnya tambah pucat dan matanya juga masih memerah. "Siapa? Reyhan?" tanya Kenzie, Aurel mengangguk. "Lo istirahat aja ya? Badan lo makin panas, entar gue panggilin Gavin buat jagain lo," kata Aurel sambil menidurkan kembali Kenzie, dan Aurel juga sempat memegang dahi dan pipi Kenzie dengan punggung tangannya. "Gue mau lo yang jaga." Aurel bingung, harus apa sekarang. Di satu sisi dia takut Rey salah paham dan di sisi lain Aurel juga tidak mau meninggalkan Kenzie dalam keadaan seperti ini. Aurel menghela nafasnya lalu kembali duduk di kursi samping tempat tidur Kenzie. "Yaudah lo tidur lagi gih?" katanya. Tangan Kenzie terulur mengambil tangan Aurel dan meletakkannya di atas mata Kenzie. Aurel sempat bingung namun setelahnya dia tau apa yang harus dia lakukan. Gadis itu mengelus kelopak mata Kenzie dengan pelan agar cowok itu nyaman. "Kenapa cowok nyebelin kek lo bisa sakit? Mana nyusahin!" gumam Aurel pelan. Drrrttt ... drrttt .... Ponsel Aurel kembali bergetar. Kenzie membuka sebelah matanya untuk mengintip apa yang dilakukan Aurel. Cowok itu sebenernya tidak benar-benar tidur. Kepalanya tambah pusing. Reyhan Aldama : Udah balik? Sudah Aurel duga. Gadis itu melihat Kenzie sekilas, cepat cepat Kenzie kembali menutup matanya. Chelsea Aurel : Bentar Reyhan Aldama : Cepet balik Aurel! Aurel menghela nafanya lagi. Tangannya terhenti untuk mengetik namun dengan cepat Kenzie merampas ponsel Aurel. "Eh mau lo apain?" Cegah Aurel namun cowok itu sudah menempelkan ponselnya di telinganya. Masalah nih! "Ken, please matiin gak?" "Diem Rel." Setelah itu sambungan tehubung, Aurel hanya bisa pasrah. "Halo sayang, udah balik?" "Ini gue Kenzie!" "Mau apa lo! Mana Aurel, lo apain cewek gue ha!?" "Gak gue apa-apain, Aurel cuma jagain gue, gue sakit." "He lo kira Aurel siapa harus jagain lo! Lo sakit ya sakit sendiri gak usah ganggu Aurel. REL BURUAN KELAS!" "Iya." "Gak Aurel tetep sama gue." "Gue ke sana!" Tuuut ... tuuut .... Ya, sambungan terputus. Aurel langsung meraih ponselnya lagi. Dia sangat takut sekarang, gadis itu menatap Kenzie sengit. "Lo tuh apa apaan sih Ken!" bentak Aurel. "Gue mau lo ada di sini," jawab Kenzie santai. "Akh! Ngeselin lo!" Aurel langsung beranjak dari tempatnya lalu berjalan pergi. "Lo tetep di sini!" Kenzie mencagah Aurel dengan tangannya. "Lepas!" Aurel menghempas tangan Kenzie lalu segera pergi. Dalam hati Aurel sangat berharap kalau Rey tidak benar-benar akan menemui Kenzie. Ternyata dugaan Aurel salah besar. Reyhan dua kali lebih cepat bila sedang marah. Aurel terkejut ketika tubuh tegap Rey berada tepat di hadapannya. Tinggi Aurel yang hanya sedada membuat gadis itu takut menatap mata Rey. Langsung Aurel memeluknya menahan agar Rey tak melampiaskan amarahnya pada Kenzie. "Maafin aku," ucap Aurel. Rey tak menghiraukannya. Dia kesal dengan Aurel tapi dia juga kesal dengan orang yang membuat Aurel mengabaikan perintahnya. Kenzie. Mata Rey, menyapu setiap ruangan UKS, tangannya mengepal ketika melihat Kenzie yang berdiri di hadapannya cukup jauh tapi. "Lepas Rel," ujar Rey. Bukannya lepas, pelukan itu malah semakin erat. Rey sudah tidak tahan lagi apalagi saat melihat Kenzie tersenyum miring padanya. "Gue bilang lepas Aurel!" Rey melepaskan kasar pelukan Aurel dan yang membuat Aurel terkejut adalah Rey baru saja membentaknya. Tapi biarlah itu, sekarang yang penting, kedua cowok itu jangan sampi berkelahi. "Rey, berhenti di situ aku bilang!" Rey berhenti, Aurel dapat bernafas lega. Tapi Aurel tidak tahu bila kedua cowok itu tengah saling melempar tatapan tajam. "Kamu udah, ngabaikan perintah aku bukan," kata Rey. Aurel terkejut mendengarnya. Bugh! Aurel refleks menutup matanya ketika melihat Rey menghantamkan tinjuan yang keras kepada Kenzie. "REY UDAH!!" Aurel memeluk Rey dari belakang. Nafas Rey memburu. Kenzie yag tak siap harus merasakan nyeri di bagian rahangnya. Lihat saja tubuh cowok itu yang memang sedang tidak fit membuat darah keluar dari hidungnya. "Bangun lo! Pengecut! Lo udah buat gue babak belur kemarin dan sekarang gue bakal balas lo!" ujar Rey dengan nada tinggi penuh emosi. "Lo pikir gue takut?" Kenzie bangkit sambil mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Lalu cowok itu kembali tersenyum miring membuat Rey hendak melayangkan pukulan lagi. Pelukan Aurel juga berhasil dilepas oleh Rey. Namun pukulan Rey berhasil dihindari. Kenzie hendak melayangkan bogeman namun tenaganya yang sedikit membuat Rey gampang menghindar dan malah menendang perunya. Disusul cowok itu juga menginjak punggu Kenzie saat cowok itu tersungkur. "REY AKU BILANG STOP!" Tangis Aurel pecah. Tak menyangka bila kekasihnya akan senekat ini. "STOP REY!" teriak Aurel lagi. Plak! Reyhan diam begitu pula Aurel dengan nafas memburu dan air mata yang membanjiri wajahnya. Aurel menampar Rey sekuat tenaga agar dia sadar. Lima jari Aurel tercetak sempurna di kulit putih Rey. "Rel?" "Apa? Mau ngomong apa? Puas lo udah buat Kenzie kayak gini?" bentak Aurel sambil membatu Kenzie berdiri. "Kamu belain Kenzie?" tanya Rey tak percaya. "Iya, gue belain Kenzie. Lo itu kayak anak kecil tau nggak? Gue cuman bantuin Kenzie, dia sakit. Gue juga mau pergi bilangin temen-temennya buat jaga Kenzie, tapi lo malah datang marah-marah dan langsung hajar dia yang lagi sakit?" "Otak lo di mana sih Rey? Kalau Kenzie kenapa-kenapa emangnya lo mau tanggung jawab?" Reyhan hanya diam mencerna setiap perkataan Aurel yang nyatanya lebih membela Kenzie daripada dirinya. Miris. "Kamu lupa dia pernah bikin aku masuk rumah sakit?" tanya Rey. "Gue inget! Gue inget banget hari di mana lo udah buat gue malu. Lo bilang Kenzie yang ngeroyok lo tapi kenyataanya lo yang udah ngadu domba temen-temen Kenzie iya kan?" "Aku gak percaya sama kamu Rel, kamu kebih belain Kenzie yang bukan siapa-siapa kamu dibanding aku? Pacar kamu Rel. Aku pacar kamu. You are mine Rel. Kamu milikku." Rey berkata sambil mencoba menyentuh pipi Aurel tapi gadis itu malah menepis tanganya. "Iya, kamu emang pacar aku, tapi status bukan sebagi titik tumpu Rey, aku benci kamu!" Setelah itu Aurel berbalik badan membantu Kenzie yang dari tadi ada di sampingnya untuk berbaring. Gadis itu tak menghiraukan Rey yang ada di belakangnya. Aurel hanya fokus untuk membersihkan darah di wajah Kenzie yang semakin pucat. Tapi Kenzie masih sadarkan diri meski sayup-sayup. "Oke kalau emang itu mau kamu. Semoga bahagia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD