”Al?!”
Aku langsung celingukan begitu menginjakkan kaki di lantai satu stasiun, sudah ada suara cempreng yang sialnya familiar meneriakkan namaku. Aku tarik lagi trolley handle, karena tadi aku harus mengangkat koperku saat menuruni tangga.
”Al?!” Oh god save my face. Aku langsung mendorong koperku ke arah Akbar, menghalangi dia yang sudah merentangkan kedua tangannya, setelahnya pasti akan memelukku. Akbar pikir aku kembali setelah 10 tahun pergi. Lebay sekali.
Aku berjalan melewati Akbar yang sedang memberengut begitu saja. Tak aku hiraukan juga, dia yang harus berlari mengejarku sambil menyeret koper milikku. ”Ahelah. Ini perempuan satu. Kagak ada terima kasih, terima kasihnya sama sekali udah dijemput.” Aku menoleh ke arah Akbar yang sudah berhasil mensejajari langkah kakiku. ”Peras
