Bab. 3 Back to Home

1485 Words
Malam kian merambat jauh, ketika sebuah mobil mewah meluncur cepat di ruas jalan tol menuju ke arah selatan. Kendaraan itu tampak mengurangi lajunya dan berbelok ke sebuah kawasan apartemen. "Mau diantar sampai mana Nona?" tanya sopir mobil itu dengan ramah. "Di depan saja Pak!" sahut Keyza yang seketika merasakan mobil itu berhenti tepat di tempat yang ditunjuknya. "Terima kasih," ucap gadis itu sambil menoleh ke arah Dev yang tampak mengangguk kecil. Sopir segera turun dan membukakan pintu buat Keyza. Gadis itu tampak tertegun ternyata lelaki yang dipanggil pak itu masih muda dan cukup manis. Berbadan kekar layaknya seorang bodyguard. "Terima kasih Mas," ucap Keyza sambil tersenyum. "Sama-sama," balas lelaki itu sambil membalas senyum gadis itu. Keyza tampak berdiri, tetapi ketika sopir itu membuka pintu mobil. Ia sekilas melihat Dev yang sudah membuka topengnya. Pria itu tengah menyandarkan kepalanya ke belakang sambil memejamkan mata. Gadis itu pun terkesima melihat ketampanan Dev yang begitu sempurna. Keyza pun membalikkan badan dengan pandangan tetap mengarah ke mobil mewah itu sehingga tanpa ia sadari jidatnya kejedot tiang listrik. Duk ...! "Haduh," pekik Keyza sambil mengusap dahinya, "tiang listrik sialan, ga boleh liat orang seneng dikit." Gadis itu pun spontan memukul besi panjang itu. Tanpa Keyza sadari Dev dan bodyguardnya mentertawakan gadis itu yang terlihat dari kaca spion. "Kasihan," ucap Dev sambil tertawa kecil. "Dia terpesona sama ketampanan Tuan," sahut Jon sambil tersenyum. "Itu resiko kalau melihat wajahku," sahut Dev dengan percaya dirinya sehingga membuat Jon tampak menggeleng. *** Mentari tampak menyingsing ke ufuk barat. Ketika seorang gadis berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah bercat putih. Di mana tempat itu mempunyai banyak kenangan. Sudah lima tahun berlalu dan kini ia kembali dengan sebuah harapan dan semangat baru tentunya. Dengan mantap gadis itu melangkah memasuki halaman rumah itu dan menepis segala keraguan yang sempat terbesit di hatinya. Ia lalu menekan bel, tidak lama kemudian daun pintu itu pun terbuka. Seorang wanita cantik keluar dan terkejut ketika melihat siapa yang datang. “Keyza!” panggil wanita itu sambil memeluk dengan erat. “Akhirnya kamu pulang juga, mami sudah menunggumu.” Keyza tampak menarik seulas senyum mendengarnya, ada rasa rindu dan benci yang mulai membaur menjadi satu. “Ayo masuk!” ajak wanita itu sambil merangkul Keyza dan menuju ke dalam rumah. Mata indah Keyza menelisik seisi ruangan yang dilewatinya. Semua barang masih tertata di tempat yang sama, seperti terakhir ia meninggalkan rumah itu. Langkahnya terhenti ketika sampai di ruang makan. Di mana seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik tengah duduk sambil mengaduk segelas teh. “Siapa yang datang Din?” tanya wanita itu sambil menatap lurus ke depan, seketika jantungnya berdetak sangat cepat ketika melihat seorang gadis yang sedang berdiri di hadapannya. “Aku pulang Mi,” ucap Keyza sambil tersenyum, ia segera menghambur ketika wanita yang dipanggil mami itu berdiri dan menyambut kedatangan putri tercintanya. “Mami sangat merindukanmu Nak,” ungkap Mami Rosa dengan mata yang mengembun. Ia kemudian memeluk putrinya dengan erat dan hangat. “Mami apa kabar?” tanya Keyza sambil melepas pelukan, kemudian ia menatap ibunya dengan saksama. Tidak ada yang berubah Mami Rosa masih terlihat awet muda dengan beberapa guratan yang tampak di sudut netranya. Ada kebahagiaan yang terpancar dari sorot mata wanita itu. Tanpa melepas senyumnya Rosa pun menjawab, “Mami baik-baik saja sayang, kenapa kamu tidak memberitahu jika mau pulang?” Ia balik bertanya dengan menatap lekat-lekat putrinya yang kian bertambah dewasa dan cantik. “Aku ingin buat kejutan untuk Mami, “ jawab Keyza sambil tersenyum manis. Mami Rosa merasa terharu sekali mendengarnya. Seketika kerinduannya yang selama ini mengunung telah terbayarkan. “Kamu sudah makan?” tanyanya dengan penuh perhatian "Sudah Mi," jawab Keyza singkat. "Kalau begitu temani mami minum teh ya!" ajak Rosa sambil mengelus kepala putrinya yang tampak mengangguk. Mami Rosa mengajak putrinya untuk duduk bersama. Setelah lima tahun tidak bertemu, banyak yang ingin ia tanyakan dan tentu mendengar cerita dari anak gadisnya itu. “Jadi kapan kamu akan wisuda?” tanya Mami Rosa setelah mendengar cerita Keyza. “Seminggu lagi Mi,” jawab Keyza yang sudah tidak sabar ingin menyandang gelar sarjananya. “Alhamdulillah … akhirnya kamu akan jadi sarjana,” ucap Mami Rosa dengan bangga. “Aku ingin Mami mendampingiku saat wisuda nanti," ujar Keyza kembali. “Itu pasti sayang,” sahut Mami Rosa sambil menatap putrinya dengan penuh cinta. Setelah cukup lama berbincang dan melepas rindu dengan Mami Rosa, Keyza segera menuju ke kamarnya untuk beristirahat. Gadis itu tampak tertegun ketika memasuki ruang pribadinya. Di mana semua barang dan dekorasi kamar itu tidak berubah. Hanya sprei saja yang tampak baru diganti. Bahkan ia masih mencium wangi parfum white lily yang dahulu sering dipakai ketika masih duduk di bangku SLTA. Dirinya pun merasa kembali ke masa itu. Keyza segera menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Waktu cepat sekali berlalu dan sekarang ia sudah kembali lagi ke rumah ini. Tiba-tiba gadis itu tampak terkejut dan sontak terbangun ketika sesuatu jatuh di atas perutnya. Ia segera mengambil biji buah leci dan menoleh ke arah pintu di mana Dina sedang menertawainya. “Aku kira setelah lima tahun kamu sudah berubah, ternyata masih sama,” ujar Dina sambil mengunyah. “Dasar rese, eh sejak kapan bahasa lu jadi kamu aku?” tanya Keyza sambil memperhatikan penampilan Dina yang berubah, terutama rambutnya yang sudah seperti bulu jagung. Dengan gemulai Dina kemudian melangkah masuk sambil melengokan badannya yang seksi dan menjawab, “Emang lu ga tahu kalau sekarang gue mainnya kelas atas.” “Oh … naik level dong bagus lah,” sahutnya Keyza sambil tersenyum simpul. “Ya begitu lah, zaman semakin moderen Key. Sekarang booking dan bayar melalui online,” jelas Dina yang mambuat Keyza menarik nafas panjang. “Jadi Mami masih menjalani profesi itu?” tanya Keyza dengan raut yang menunjukan ketidaksukaannya. Din tampak menggeleng dan menjawab, “Sudah hampir sebulan ini, Mami mencoba untuk tidak menerima bookingan lagi.” “Mencoba?” Keyza kembali bertanya setelah mendengar jawaban Dina yang janggal. “Lu kira keluar dari dunia malam itu gampang? Harus pelan-pelan meninggalkannya. Tidak bisa main pergi begitu saja. Apalagi mami sudah punya pelanggan tetap, orang-orang penting dan kelas atas,” jelas Dina kembali. Keyza tampak berpikir sesaat dan menebak, “Jangan bilang kalau lu yang gantiin mami?” Dina tampak mengedipkan matanya yang seperti ulat bulu dan menjawab, “Kalau ada kesempatan kenapa tidak? Lagi pula gue melakukan profesi itu tanpa paksaan dari siapa pun juga. Dina adalah asisten pribadi dan tangan kanan Mami Rosa. Bekerja di dunia malam adalah keputusannya sendiri. Tanpa paksaan dari siapa pun karena ia ingin terbebas dari kemiskinan yang membelenggu hidupnya. Meskipun begitu, Keyza tidak merasa sungkan berteman dengan Dina, hanya merasa prihatin saja. Keyza menatap Dina dengan saksama dan bertanya lagi, “Setiap gue tanya kabar mami lu bilang suka sakit, tetapi tadi gue lihat baik-baik saja?” “Sengaja, biar lu semakin merasa bersalah sama mami, jadi gue bohong deh. He … he …,” sahut Dina sambil terkekeh. “Dasar ulat bulu, tukang ngibul,” celetuk Keyza sambil mengerucutkan bibirnya. "Oh ya karena lu sudah pulang, gue akan pindah ke apartemen," ujar Dina memberitahu. "Kenapa lu ga tinggal di sini saja bareng kita?" tanya Keyza yang tidak merasa keberatan serumah dengan wanita itu. "Kehidupan kita berbeda Key, lagi pula kalian ingin memulai hidup baru bukan?" tolak Dina dengan halus. "Terima kasih ya Din, selama gue kuliah lu sudah temenin mami," ucap Keyza yang jadi merasa tidak enak. "Santai, apa yang gue lakukan itu belum seberapa atas kebaikan yang telah mami berikan. Asal lu tahu ya, mami melakukan profesi itu. Supaya lu bisa sekolah tinggi, pintar agar tidak pernah merasakan susah dan kerasnya hidup di kota Jakarta ini. Beruntung banget lu punya nyokap kayak mami. Coba jadi anak gue, udah laku mahal tuh," ujar Dina dengan bijaknya, tetapi ujung-ujunganya bikin kesal. "Sial," umpat Keyza dengan sewot, tetapi apa yang telah Dina katakan membuatnya sadar. Akan pengorbanan seorang ibu yang begitu besar, meskipun mengunakan cara yang salah. "Sudah ah, gue mau siap-siap buat pindah,” ujar Dina sambil hendak berlalu. “Buru-buru banget sih, mentang-mentang sudah punya apartemen” sindir Keyza yang membuat Dina menghentikan langkahnya. "Iya dong dibeliin om, biar puas kalau kita mau anu," sahut Dina sambil tersipu malu. Keyza tampak mengernyitkan dahinya dan bertanya, "Lu sama om anu, ngapain itu?" Dina tampak menghela nafas panjang dan menjawab, "Entar kapan-kapan gue jelasin. Sekarang lu belum cukup umur." Ia kemudian berlalu dari kamar Keyza. Keyza merasa terharu sekali ternyata ibunya mulai meninggalkan profesi itu. Ia jadi teringat sebab dirinya pergi dari rumah ini dan memilih indekost. Hal itu disebabkan pertengkaran hebat pada suatu malam. Di mana Keyza dengan keras mendesak meminta Mami Rosa untuk berhenti menjadi mucikari, tetapi ditolak dengan alasan belum waktunya dan perdebatan antara ibu dan anak itu pun tidak dapat dihindari. Namun, semua sudah berlalu. Kini Keyza dan Mami Rosa sudah siap memulai hidup yang baru. Tentu dengan kisah yang penuh arti akan perjuangan hidup dan cinta sesungguhnya. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD