bc

Cincin Kawin Yang Tertukar

book_age18+
2.1K
FOLLOW
15.3K
READ
HE
arranged marriage
playboy
boss
drama
bxg
city
addiction
like
intro-logo
Blurb

Anggita begitu senang ketika mengetahui bahwa dia akan dijodohkan dengan seorang pria yang sangat sesuai dengan kriteria lelaki idamannya. Tampan, baik, dan mapan.

Namun rasa bahagianya terusik ketika dia mendapati sebuah cincin pernikahan yang berbeda sedang melingkar dijari suaminya.

Apa yang sedang terjadi pada suaminya?

Kemana cincin pernikahan mereka?

chap-preview
Free preview
Cincin Kawin Di Jari Suamiku
Suara sebuah mobil terdengar di teras rumah. Aku yang sedang berbaring dikasur di kamar sambil berselancar di dunia maya tersentak. Aku turun dari kasur dengan sekali langkah setengah melompat mendekat ke arah jendela. Aku tersenyum melihat mobil laki-laki yang minggu lalu sah menjadi suamiku telah terparkir di teras rumah kami. Aku hampir melompat kegirangan, persis seperti seorang anak yang menunggu ayahnya pulang membawakan sebuah mainan. Ternyata begini bahagianya seorang istri yang sedang menantikan kepulangan suaminya ke rumah, pikirku. Aku turun dari lantai dua dan berjalan cepat ke arah pintu agar suamiku tidak menunggu lama didepan. “Mas..” ucapku terengah-engah setelah membukakan pintu “Loh kamu kenapa dek terengah-engah begitu?” tanya suamiku dengan wajah khawatir. Segera dituntunnya aku masuk dan duduk di kursi ruang tamu. “Aku gak kenapa-kenapa, mas. Cuma kecapekan turun dari lantai dua tadi sambil lari-lari,” jawabku sambil tersenyum malu. “Astaga, kenapa harus lari-larian? Kan mas nunggu didepan, gak usah buru-buru buka pintunya.” Mas Ardi menggelengkan kepalanya. Wajahku memerah begitu menyadari tingkah konyolku. Segera aku ambil tas yang ada ditangan mas Ardi. “Mas mandi dulu ya, biar aku siapin makan malamnya,” ucapku sambil berdiri. “Iya, badan mas juga sudah gerah banget.” Mas Ardi melonggarkan dasi kemejanya, melepaskan sepatunya dan meletakkannya dengan rapi tempat sepatu. Mas Ardi memang tipe laki-laki yang tidak banyak menuntut untuk dilayani. Dia bahkan lebih mandiri dan lebih rajin dari aku. Hampir setiap pagi, Mas Ardi yang bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan. Terkadang aku malu namun mas Ardi selalu bilang padaku bahwa tidak ada yang salah dari suami yang ingin membahagiakan istrinya. Inilah salah satu hal yang aku banggakan dari sosok Mas Ardi. Aku dan mas Ardi berjalan ke lantai dua menuju kamar kami. Mas Ardi bergegas membuka bajunya dan memasukkannya ke keranjang baju kotor. Aku meletakkan tas kerja mas Ardi, mempersiapkan baju yang akan dipakainya di atas kasur dan bergegas menuju ke lantai bawah untuk menyiapkan makan malam. Setelah mandi, mas Ardi turun dari lantai dua menuju ruang makan. “Mas, aku masak makanan kesukaan mas nih. Nila asam manis dan cah kangkung.” Dengan bangga aku memerkan masakan karyaku didepan Mas Ardi. “Pasti enak nih. Istri mas yang cantik dan pintar.” Puji Mas Ardi tersenyum sambil mengusap pelan rambutku yang berhasil membuat wajahku memerah. Aku mengambilkan nasi ke dalam piring mas Ardi kemudian mas Ardi mulai menyendoki setiap masakanku kedalam piringnya. “Hmm.. beneran kan enak.” Mas Ardi mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku tersenyum malu dan ikut menyuapi makanan ke dalam mulut. Ketika sedang asyik menikmati makanan, tiba-tiba netraku terpaku pada jari mas Ardi. Cincin pernikahan kami tidak ada dijarinya. Aku langsung bisa menebak dimana cincin itu berada. Mas Ardi memang memiliki kebiasaan melepaskan cincin pernikahan jika akan mandi. “Mas mau kopi?” tawarku setelah membereskan meja makan “Gak usah dek. Mas mau langsung tidur aja. Mata mas sudah mulai mengantuk,” ucap Mas Ardi sambil berdiri dan mulai mencuci piring bekas makan tadi. “Sudah, mas ke kamar aja. Itu biar aku aja yang ngerjain,” cegahku berjalan ke tempat mas Ardi yang sedang berdiri mencuci piring “Gak apa dek. Biar sama-sama ke kamar. Masa aku ke kamar, kamu sendirian nyuci disini,” jawabnya sambil terus menyelesaikan cucian piringnya. Sungguh rasa syukurku berlipat-lipat setiap hari melihat sikap manis suamiku kepadaku. “Sudah, yuk kita ke kamar.” Mas Ardi mengelap tangannya kemudian menggenggam tanganku. Kami berdua berjalan ke kamar. Aku dan mas Ardi berbaring. Mas Ardi berbaring menghadapku dan aku berbaring didekapannya. “Hari ini mas banyak kerjaan ya? Kayaknya capek banget,” tanyaku “Iya dek. Banyak pekerjaan dikantor hari ini.” “Cuti kerjaku seminggu lagi mas. Pasti nanti kita akan sama-sama sibuk dan capek. Kalau aku berhenti kerja aja gimana mas?” tanyaku lagi “Mas dukung apapun yang membuat kamu bahagia. Kalau kamu mau berhenti kerja, gak apa-apa, kalau kamu mau tetap kerja juga gak apa-apa. Lakukan apapun yang membuat kamu bahagia dek. Kalau kamu mau bisnis juga boleh. Terserah, mas dukung apapun keputusan adek,” jawab Mas Ardi sambil mendekapku Aku memeluk Mas Ardi lebih erat. Sungguh aku sangat mencintai laki-laki ini. “Mas, aku sudah selesai datang bulan loh,” ucapku pelan setengah berbisik. Aku takut dia ragu menyentuhku karena hal itu. Diumur seminggu pernikahan kami, aku sama sekali belum pernah disentuh oleh suamiku. Hal itu karena aku mendapatkan datang bulan sehari setelah pesta pernikahan kami dan pada malam pertama kami sehabis pesta pernikahan, aku malah tertidur duluan karena terlalu capek seharian. Bukan jawaban yang aku terima dari mas Ardi, namun dengkuran halus yang terdengar di telingaku. Mas Ardi sudah terlelap tidur. Ku pandangi wajahnya yang kelihatan sangat lelah beberapa saat. Ku sentuh pipinya yang putih dan alisnya yang begitu tebal dan hitam. “Terima kasih mas, sudah bekerja keras untukku,” batinku. Aku pelan-pelan beranjak dari kasur. Kupindahkan tangannya yang sedang merangkulku dengan sangat hati-hati. Aku ingin buang air kecil. “Kenapa sih harus sekarang sesaknya? Kan lagi posisi romantis banget tadi,” dumelku sambil beranjak ke kamar kecil. Aku berjalan kecil menuju kamar kecil sambil berjingkat. Begitu selesai, aku ingin mencuci tanganku. Netraku melihat sebuah cincin di dekat wetafel. “Mas Ardi pasti lupa memakainya kembali setelah mandi tadi, ” batinku Aku mengambil cincin itu dari westafel, tapi aku tercekat karena cincin itu tidak terlihat seperti cincin pernikahan kami. Aku memperhatikan dengan teliti setiap detail cincin itu. Cincin itu benar-benar bukan cincin pernikahan kami. Desainnya sangat berbeda. Aku memperhatikan bagian dalam cincin itu. Terdapat ukiran tulisan K&A. Darahku berdesir seketika. Ada rasa panas mengalirr di tubuhku. Siapa K? “Apakah Mas Ardi salah mengambil cincin orang lain? Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Mas Ardi akan membuka cincinnya hanya jika dia akan mandi.” Aku memutar-mutar cincin itu berusaha untuk berpikir bagaimana jalannya cincin itu bisa ada di jari Mas Ardi. “Atau Mas Ardi sempat mandi di tempat lain? Lalu dimana cincin pernikahan kami?” Aku mulai geram. Tanganku bergetar. “Apa mas Ardi selingkuh di belakangku? Kenapa? Umur pernikahan kami bahkan baru genap satu minggu.” Air mataku menganak sungai. Aku menarik napasku dan menghapus air mataku. Aku meletakkan kembali cincin yang tadi aku pegang di tempatnya awal. “Mas Ardi pasti punya alasan untuk ini semua. Akan aku tunggu dia menjelaskannya sendiri padaku. Jika tidak, aku yang akan mencari tahu sendiri alasannya.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.9K
bc

TERNODA

read
198.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
44.9K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook