HM : Bagian 10

1277 Words
"Aku punya hatimu, tapi tidak ragamu." ? ? ? Bel istirahat telah berbunyi 5 menit yang lalu. Dan di sinilah sekarang Nadya dan Nayla berada, di tempat di mana kumpulan siswa berdiri berdesak-desakan demi mendapat sepiring makanan. Nadya dan Nayla yang memang mempunyai badan sedikit lebih ramping dan lebih kecil itu langsung menyusup dengan mudahnya. "Kamu yang beli minum, aku beli makan ya, Nad." kata Nayla lalu menyusupkan diri ditengah kumpulan siswa lain yang sedang menunggu atrian. Nadya sendiri langsung menuju tempat Mak Edah untuk membeli jus mangga dan juga jus jeruk seperti biasanya. "Mak, aku jus biasa ya!" kata Nadya yang telah berhasil menyusup dan sampai di barisan paling depan. "Siap neng," kata Mak Edah lalu menyiapkan pesanannya. 5 menit kemudian pesanan Nadya telah siap, cewek itu akhirnya keluar menuju meja yang kosong. Nadya mendudukam diri dengan tenang menunggu Nayla datang membawa makanannya. "Nih, gila capek sumpek pula." kata Nayla yang kini sudah duduk di depan Nadya dengan menyeruput jus jeruknya. "Hehe sama kalau gitu, makasih ya." kata Nadya kemudian memakan baksonya dengan lahap. "Boleh gabung?" tanya siswa di belakang Nadya. Reflek Nadya langsung menoleh ke arah belakang. "Eh Revan." panggil Nayla sedikit gugup mengingat dirinya yang menyalahkan Nadya kemarin. Sedangkan Nadya menaikkan alis kirinya. Ada apa dengan Revan? Tumben minta gabung, biasanya cowok itu selalu gabung dengan anak cowok lainnya. "Jadi boleh gabung?" tanya Revan sekali lagi. "Boleh." "Gak." Ucap Nayla dan Nadya berbarengan. Nadya langsung menggelengkan kepala dengan cepat. "Gak boleh, Ketos dilarang duduk di sini!" "Nad, gak boleh gitu dong lihat semuanya udah penuh, kasihan." kata Nayla dengan nada memelas. Ah sial sekali, Nadya terpaksa berbagi tempat duduk dengan cowok sinting itu. Tanpa menunggu jawaban Nadya, Revan segera mendudukan diri di sebelah Nadya dan langsung memakan nasi gorengnya dengan santai. "Modus!" kata Arisen tajam kepada Revan saat dirinya mendudukan diri di sebelah Nayla. "Arisen!" tegur Nayla kepada Arisen agar tidak memulai keributan. "Lo tukeran sini!" perintah Arisen tajam. Uh cemburu dia. "Gak, udah sih sama aja." kata Revan masih dengan tampang santai. Sebenarnya dalam hati ia takut juga, dirinya tidak ingin di cap sebagai orang ketiga, tapi demi mendapatkan Nadya dia tidak akan takut! "Nad, tukeran sama Nayla ya?" pinta Arisen memelas. Nadya hanya menggelengkan kepala singkat. Dirinya benar-benar malas jika harus berpindah tempat duduk hanya karena Arisen. "Udah si, Sen. Kamu makan aja." kata Nadya dengan lembut agar Arisen tidak ribut lagi. "Ya." kata Arisen cuek lalu melahap makanannya dengan kesal seperti anak kecil yang merajuk meminta mainan. Nadya dan Nayla hanya mampu geleng-geleng melihat tingkah Arisen ketika cemburu. "Lucu ya, Sen. Aku punya hati kamu, tapi raga kamu gak bisa aku miliki." batin Nadya lalu melanjutkan makannya dengan tenang. "Sekeras apapun aku berusaha bahkan sudah sedekat ini, tapi lihat Nadya tak menengok ke arahku sama sekali." kali ini Revan hanya mampu tersenyum kecut sambil menatap Arisen yang sedang merajuk. ? ? ? Sepasang 'mantan' pacar itu telah menyusuri jalan menuju rumah Nadya. Seperti kata Arisen tadi pagi, Nadya pulang dengan dirinya. Arisen melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Menikmati waktu sorenya bersama dengan Nadya. Tak ada yang tahu jika dirinya sangat mencintai cewek yang duduk di boncengan motornya itu. Tapi terpaksa keadaan yang membuat dirinya harus mengakhiri hubungan mereka. Di perempatan jalan Arisen mengambil arah kanan, Nadya langsung mengernyit bingung. Arah rumahnya itu harusnya lurus bukan belok kanan. Mau kemana sih Arisen ini? "Kok belok?" tanya Nadya sedikit berteriak sambil memegang pengait helmnya. "Kepo. Lihat aja nanti." kata Arisen dengan nada mengejek. Sudut bibirnya melengkung ke atas melihat wajah kesal Nadya dari spion motornya. "Kamu gak apa-apa kan pulang telat, Nad?" tanya Arisen kembali fokus ke jalanan. "Gak tau. Gak apa-apa mungkin." katanya dengan sedikit ragu. "Oke." Arisen memberhentikan motornya di depan cafe. Distandarkan motor itu lalu menyuruh Nadya turun dari motornya. Setelah melepas helm Arisen mengajak Nadya berjalan menjauhi cafe. "Lah kirain mau masuk ke sana, Sen?" tanya Nadya bingung sambil menunjuk cafe di belakang mereka. "Mahal tauk. Kita jalan-jalan aja habisin sore bareng." kata Arisen sambil mencubit pipi Nadya gemas. Nadya hanya mampu memanyunkan bibir sambil mengusap pipinya. Setelah berjalan cukup jauh mereka memilih untuk duduk sekalian membeli makan dari pedagang kaki lima disekitar sana. Mereka duduk di dekat taman yang cukup indah dengan latar belakang matahari terbenam. "Kamu gak cari pacar baru gitu, Sen?" pancingan Nadya membuka pembicaraan diantara mereka. "Belum kepikiran, gini aja dulu." jawab Arisen ringan sambil menabok pipi sebelah kiri Nadya. "Tapi kita lucu ya, Sen." kata Nadya mengalihkan pandangannya ke arah taman. "Maksudnya?" "Kita temen, ah mantan sih lebih tepatnya tapi jalan berdua kaya pacaran." ucap Nadya yang kini menatap wajah Arisen. Hatinya sedikit nyeri saat mengucap kalimat itu. Teman hanya teman tidak akan pernah kembali. Arisen diam mematung menatap wajah cantik cewek di depannya ini. Jika saja Nadya tahu alasan sebenarnya ia memutuskan hubungan ini mungkinkah tetap seperti sekarang? "Gak apa-apa kan kaya gitu? Toh kalau temen-temen bilang pacar aku itu gini gitu aku gak pernah nolak. Mereka taunya kita masih pacaran, Nad." sahut Arisen sambil tersenyum manis. Nadya sendiri hanya mampu tersenyum kecut. Apa maksud Arisen? Mereka putus namun semua orang menganggap mereka masih pacaran? Apa tujuan Arisen seperti ini? Arisen tidak rela melepasnya? Atau Arisen hanya tidak mau Nadya terlalu mengatur dirinya? Jika seperti ini namanya Nadya dianggap teman oleh Arisen jika berdua, dan jika ada orang lain mereka seperti pacaran? Lagi-lagi Nadya harus tersenyum kecut. Hatinya terasa nyeri, luka kemarin siang belum mengering harus tersiram air garam gara-gara ucapannya sendiri tadi. Bodoh. "Kalau jodohnya juga akan ketemu kok, Nad. Nikah itu kan tinggal nunggu jodohnya. Kalau jodohnya kamu ya siapa tahu kan?" kata Arisen menghibur Nadya. Ia sadar dirinya sudah menyakiti cewek di depannya ini, namun ia juga tak bisa berbohong jika dirinya juga sakit. "Kalau jodoh kamu orang gila gimana?" tanya Nadya sambil menaikkan satu alisnya. "Ya gimana kan emang jodohnya. Kalau orang gilanya yang di depan aku ini juga gak apa-apa." ucap Arisen diiringi tawa ringan yang diikuti tawa geli dari Nadya. Bukan karena Nadya mau-mau saja di bilang orang gila. Tapi karena ucapan Arisen yang seolah berkata bahwa cowok itu mengharapkan dirinya menjadi jodohnya. Ah perut Nadya terasa geli seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan disana. "Kok ketawa sih?" tanya Arisen. Nadya tak langsung menjawab karena pesanan mereka baru saja tiba. Setelah mengucap terimakasih kepada bapak penjualnya, Nadya baru menjawab. "Gak tau, ikut ketawa aja." jawabnya sambil menambahkan saus dan kecap di makanannya. "Aneh." ejek Arisen yang diabaikan oleh Nadya. Cewek itu sekarang sedang asik dengan makanannya. ? ? ? Setelah pulang dari kecan singkat dengan mantan, Nadya memilih berbaring sambil memainkan handphone nya. Dibukanya pesan dari beberapa teman dan juga grup kelasnya. Ada 3 pesan yang berhasil menarik perhatiannya. Deno Nad lg sm Arisen? 15.55 Iya td dia ajak jalan. Knp? 17.33 Nayla Ada pr gak Nad? 17.20 Ga tau jg. Blm buka buku 17.34 Ketos Sinting Hari Minggu ad waktu gk? 16.44 Oke pesan terakhir ini berhasil membuat Nadya bingung. Sebenarnya ada apa dengan Revan? Kemarin saja dirinya sibuk seperti kucing dan anjing. Tadi juga cowok itu aneh, sok dekat-dekat dengan dirinya. Ah gara-gara sampah permen milik Nayla! Ketos Sinting Hari Minggu ad waktu gk? 16.44 Mau ap? 17.40 Setelah itu Nadya memilih meletakkan handphone nya karena waktu telah mendekati magrib dan dirinya belum mandi sama sekali. *** Malam ini langit cerah penuh bintang. Nadya memilih duduk di depan jendelanya sembari memainkan poselnya. Deno Telat 18.30 Hehe ya maap 19.40 Enak ya jalan ma mantan? 19.41 Iya gimana lagi 19.42 Gemes gue sm si Arisen. Masih sayang sok putus. 19.43 Sm gemes gue 19.45 Nadya kembali menatap langit malam mengabaikan bunyi poselnya. Dirinya sibuk dengan pikirannya sendiri. "Mungkin gak sih kita bakalan balikan, Sen?" ? ? ?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD