TIGA

675 Words
Selamat Membaca Syafa menghembuskan nafas lelah, mau tidak mau ia harus melakukan ini, tugasnya sebagai mahasiswi perawat bukan hanya dikampus, tapi saat saat seperti ini juga diperlukan. Saat diperjalanan pulang tadi, Syafa melihat ada kecelakaan Ibu ibu yang menabrak tiang listrik dekat dengan warung nasi padang Uda Jaja, tempat langganan Syafa membeli makan siang. Syafa membuka tas ransel kuliahnya, entah sebuah keberuntungan atau tidak, hari ini Syafa baru saja mendapat mata kuliah tentang pertolongan, dan kini ia benar benar melakukannya. "Ada yang bisa di bantu bu?" Syafa menggeleng pelan "Sejauh ini tidak, tapi tidak tahu jika nanti" jawab Syafa tanpa melihat siapa yang bertanya. Tangan Syafa lincah mengobati dan menutup luka  besar korban kecelakaan didepannya ini. Hanya pertolongan pertama. "Tolong cepat telfonkan ambulan ya. Ini sementara saya hanya memberikan pertolongan pertama. Luka ibu ini sangat banyak dan membuat darahnya banyak keluar" pinta Syafa Orang orang panik, saling seru menyeru, rintah memerintah untuk menelfon ambulan tanpa ada inisiatif satu sama lain untuk memanggil atau menelfon ambulan. Orang yang tadi bertanya kepada Syafa menghembuskan nafas lelah, apa apaan ini. Dasar orang indonesia! Tidak ada inisiatifnya. "Halo? Ambulan? Tolong, ada kecelakaan didaerah komplek perumahan cempaka. Korban luka parah" Setelah mendapatkan jawabannya, orang tersebut menutup ponselnya. Lalu melihat perawat cantik yang tengah memberikan pertolongan pertama. *** Syafa menyeka pelan keringat yang ada di dahinya, lelah. Kata itu menghinggapi Syafa setelah sampai di kamar asramanya. Seragam nya yang berhamburan darah sudah Syafa rendam menggunakan pemutih pakaian. Syafa mengambil ponselnya, lalu menyerit heran melihat poup chat di layarnya +62838076334*** Hajii *hai Siapa ini? Udah mana kesan pertama chatnya typo lagi. Syafa menyimpan ponselnya. Tidak ada niatan untuk membalas pesan dari orang yang tak ia kenal. +62838076334*** is calling Syafa menghembuskan nafas lelah "Halo? Dengan siapa ini?" "Assalamualaikum" Syafa membelakan mata kaget, bagaimana bisa? "Eh. Maaf. Waalaikumsalam" Orang dari ujung telefon tersebut terkekeh "Ini saya, polisi yang membantu kamu tadi. Ingat?" Syafa reflek mengangguk walau tahu orang tersebut tidak akan melihatnya "Inget dong. Briptu Januar kan? Ada apa ya Pak?" "Jangan panggil bapak dong. Kita seumuran. panggil januar saja" "Oke deh" kekeh Syafa di akhir kata "Kamu sudah di rumah?" "Udah ko Jan, selamat kok" "Ya sudah. Save nomor saya ya. Selamat beristirahat. Assalamualaikum" "Waalaikumsalam" KLIK Sambungan terputus, Syafa menyimpan kembali ponselnya dan berniatan wudhu untuk shalat asar yang belum sempat ia lakukan saat di rumah sakit tadi. Baru saja berniat untuk berjalan keluar dari kamar. Bunyi dering ponsel Syafa mengintrupsi Syafa untuk melihat ponselnya. Tentara cakep is calling Eh? Musa? Menelfonnya? Ada apa nih "Halo?" "Ck. Lama sekali sih mengangkat ponselnya. Kamu kenapa? Gak apa apa kan? Tadi saya lihat kamu ada di TKP kecelakaan. Kamu baik baik saja? Tidak ada yang lecet bukan? Semua baik? Saya... sayaa" Syafa terkikik dalam hati, ini ada apa sih? "Kenapa Mus? Saya baik baik aja kok. Tadi kebtulan balik kuliah jadi lewat deh. Ohh iya, tiba tiba nelpon ngagetin aja" *** "Udah kan?" Musa menghembuskan nafas kesal, lalu menyimpan kembali ponselnya di saku baju PDH nya. "Ya elah Mus. Kau ini. Tanggung jawab lah dengan kau punya tugas. Kau kan sudah kalah, jadi harus menjalankan taruhan ini" Musa mengacuhkan perkataan teman selettingnya itu, lalu kembali mengambil s*****a berpeluru dan bersiap untuk melanjutkan latihan menembaknya "Ingaaat. 3 bulan ya kau harus dekat dengan wanita perawat itu" Musa bungkam, bodo amat dengan segala celetukan teman teman seletingnya yang mengingatkannya dengan taruhan bodoh itu. "Mus---" "Anggota. Cepat. Kembali ke lapangan" ucap Musa tegas tak terbantahkan. Musa lelah, maka ia sengaja mengubah situasi, memposisikan dirinya sebagai komandan "Siap. Komandan" ucap teman teman seletting Musa yang memiliki pangkat dibawah Musa Musa fokus ke depan. Ke titik dimana peluru ini harus berakhir Doorrr Doorrr Dorrr Gerakan Musa terhenti, lalu menurunkan senjatanya. 3 bulan? Mendekati perempuan? Bagaimana bisa? Selama ini Musa hanya dekat dengan Kakaknya, Adiknya, Mamahnya, para Aunty, Omma serta Grandma dan sepupunya. Lalu sekarang ia harus mendekati seorang perempuan? Sepertinya ia harus kursus dengan kakak iparnya nanti. Ya. Musa akan ke grup 3 agar taruhannya berjalan lancar. Tapi tunggu, apa ini tidak terlalu jahat pada kesan pertamanya mendekati perempuan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD