Chapter 2

1319 Words
Semua orang melirik bangku pojok kelas yang sudah ada orang sedari pagi hingga sekarang. Rambut gondrongnya adalah ciri khas membuat semua orang tau siapa lelaki itu. Layla baru memasuki kelasnya dan tidak menengok kearah manapun karena matanya sibuk dengan buku pelajaran. Windi menepuk-nepuk bahu Layla hingga gadis itu mengalihkan pandangannya. "Itu Arhan" Layla melihat kearah tunjuk Windi, "dia ngapain?" Windi menggeleng tidak tau, "dia udah di sini dari pagi dan sebelum Kia dateng, lo tau kan Kia selalu dateng jam enam tepat?" Layla mengangguk, "biasanya Arhan berangkatnya telat La," Windi menatap kearahnya. "Apa?" "Atau karena lo hingga Arhan berangkat pagi?" "Ha? Haha ga mungkin lah, ada-ada aja lo ini" Windi memicingkan matanya, "lo... pacaran sama Arhan kan?" Mata Layla melotot, "iya" Semua orang melongo mendengar jawaban Arhan yang sudah berdiri di samping meja keduanya. "Apaan sih lo! Nggak! Jangan didengerin. Gue nggak pacaran sama dia." Bantah Layla cepat melihat semua mata menatapnya tidak percaya. Arhan tidak suka berdekatan dengan para gadis dan berita ini sungguh mencengangkan. Arhan masih berwajah datar, seragamnya yang tidak rapih membuatnya terlihat cool. Sebenarnya banyak gadis yang mengagumi ketampanan Arhan, hanya saja mereka takut mendekatinya karena dia sangat kasar. Arhan menatap Windi yang juga melihat kearahnya, "lo sahabatnya?" Windi meneguk salivanya kasar dan mengangguk dengan terbata. "Awasi dia. Jangan sampai dia berdekatan dengan cowo manapun, atau lo yang gue--" tangan Arhan mengisyarakatkan akan membunuhnya. Windi kembali meneguk salivanya takut, "apaan sih lo, dia takut tau! Lagian gue mau deketan sama siapapun itu bukan urusan lo" Tangan Arhan berada di atas meja dan wajahnya mendekati wajah Layla, "lo milik gue dan itu urusan buat gue." Mata Layla mengerjap melihat wajah Arhan sangat dekat dengannya, tangannya mendorong wajah Arhan dari hadapannya dengan berani. "Gue bisa liat muka lo dari jauh." Windi menutup mulutnya melihat keberanian Layla sahabatnya. Layla menengok saat tangan Windi menoel-noel tangannya, "apa?" Windi menggeleng saat Arhan menatapnya juga. "Arhan?" Arhan menengok dan berdiri dengan santai saat ibu Ika sudah memasuki kelas Layla. "Lo keluar. Ini bukan kelas lo" usir Layla. Ibu Ika melirik Layla lalu Arhan, "kembali ke kelasmu." "Saya pindah kelas." Semua orang melongo melihat Arhan dengan santainya kembali duduk di tempat yang tadi dia meletakan wajahnya di atas meja. Ibu Ika menghela nafasnya dan membiarkan Arhan ada di kelasnya. Layla menggeleng tidak percaya melihatnya, anak itu sungguh berani. *** Layla melepaskan genggaman Arhan yang sungguh kuat, dia menjadi aneh sendiri saat mata mereka semua melirik ke arahnya yang berjalan beriringan dengan Arhan, si singa sekolah. "Lepasin tangan gue" bisik Layla dan diabaikan Arhan. "Arhan" "Lepasin tangan gue. Mereka ngeliatin kita bodoh!" Arhan menghentikan langkahnya dan mendorong Layla ke arah tembok dengan kasar, tangannya mencengkram rahang Layla. Layla meringis mendapatkan perlakuan seperti itu, matanya melirik semua orang yang menatapnya prihatin. "Jaga ucapanmu b******k, lo milik gue dan gue berhak melakukan apapun terhadap lo." "Diam dan turuti ucapan gue. Karena gue senang saat lo turuti semua ucapan gue." Arhan kembali menjadi normal dan menarik tangan Layla lembut seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Wajah Layla terlihat pucat, jujur saja dia takut ketika melihat kekerasan di depan matanya sendiri, bukan. Dia menjadi korbannya. Arhan melirik Layla yang diam tidak berbicara. Semua mata masih mengikuti langkah mereka hingga memasuki kantin yang terasa sepi juga saat kedua orang itu datang sambil bergandengan tangan. Windi yang mengikuti keduanya jadi kikuk sendiri, dia menarik Yuda untuk menemaninya. Yuda yang sudah mengenal Arhan dengan baik hanya biasa saja seolah dia bukan orang jahat. "Lo nggak gugup? Kita ngikutin dua orang itu dari tadi dan gue ngeliat sahabat gue sendiri dikasarin sama dia" ucap Windi tanpa nyawa. Dia sungguh khawatir melihat perlakuan Arhan kepada sahabatnya. Yuda tertawa pelan, "tenang aja, Arhan nggak sejahat itu." Windi menengok cepat dengan mata tidak setujunya, mulutnya yang akan berseru tidak jadi karena takut terdengar Arhan. "Gue liat dia cengkeram rahangnya Yud!" Yuda mengerjapkan matanya saat tangan Windi mengikuti cara Arhan tadi. Windi langsung melepaskannya dan menggerutu, "dia nggak jahat tapi bahaya" Windi melanjutkan jalannya tapi berbeda dengan Yuda yang masih terdiam terkejut Windi berani melakukan hal tersebut pada dirinya. Windi tidak tau jika Yuda lebih berbahaya dari Arhan. Yuda dan Arhan adalah dua orang yang berbahaya dan sangat kejam. Hanya saja wajah Yuda tidak sedatar Arhan dan perilaku kejamnya dia tutupi sebaik mungkin. "Yuda! Ayo!" Yuda terbatuk pelan, "i..iya" *** Layla sudah sadar dan mengabaikan kejadian tadi dengan cepat, dia tipe orang yang tidak mengambil pusing masa lalu yang membuatnya takut. Dia sedang mengantri memesan makanan dan itu disuruh Arhan, Layla tidak menolak? Tentu saja dia menolak tapi daripada dia tidak makan maka dia mengalah untuk memesankan makanannya juga. Dari kejauhan mata tajam Arhan tidak teralihkan dari Layla, Yuda tertawa pelan melihatnya. "Kayaknya lo udah jatuh sama tuh nerd" "Keliatannya lo juga udah jatuh sama sahabatnya" Senyum di wajah Yuda hilang, Arhan mendengus sinis. "Kita jatuh pada gadis yang nggak sesuai ekspetasi kita Yuda. Dan gue seneng itu." Arhan melirik tubuh Layla. "Setidaknya dia menganggap kita orang biasa, nggak seperti yang lainnya." "Mungkin sahabat Layla berpikiran gitu juga? Itu bukan urusan gue. Yang gue tetapkan, jaga dia sebelum orang lain menjaganya." Yuda terdiam mendengarnya, Arhan benar. Prang Keduanya menengok mendengar keributan itu. Layla terjatuh bersama pecahan mangkuk yang sudah dia bawa tadi. "Awh!" Ringisnya pelan. "Lo apa-apaan sih Zam? Ga usah kasar bisa kan?! Lagian lo nyerobot antrian, kasian mereka yang udah nunggu dari tadi!" Azzam lelaki brandalan ini mendorong kuat Layla. Gadis yang tidak mengalah untuknya. "Gue udah bilang, gue dari tadi ngantri. Lo yang nyerobot" Layla berdiri dengan berani tangannya memperbaiki letak kacamatanya. "Lo ga tau diri banget. Semua orang tau lo dan pengikut lo yang sesat itu yang nyerobot antrian. Jadi cowo itu jangan lèmès mulutnya! Lo berandal sekolah yang nggak berguna sama sekali" Nafas Layla tidak teratur saat mengeluarkan unek-uneknya, "lo udah mecahin mangkuk dan membuang makanan gue!" Teriak Layla kesal. Dia sudah menunggu sangat lama dan dengan mudahnya Azzam membuangnya dengan tidak bertanggung jawab. Tangan Azzam mengepal kuat mendengar perkataan Layla yang sudah menyinggung perasaannya. "Tutup mulut lo" "Kenapa? Lo nggak bisa bales ucapan gue? Lo biasanya berkoar-koar kayak anjing yang minta makan" Plak Layla terjatuh dan Azzam menjambak Layla kasar, "tutup mulut lo b******k" Layla meringis mendapatkan perlakuan kasar dari Azzam yang melebihi Arhan tadi. "Azzam! Lepasin sahabat gue!" Teriak Windi memukuli tangan Azzam yang mencengkeram rambut Layla. "Diam! Pergi!" Windi terjengkang mendapatkan dorongan Azzam. "Awh" ringis Windi, Azzam menengok dan langsung melepaskan Layla. "Lo gapapa?" Windi menghindari sentuhan Azzam, "lo bukan sahabat gue." Ucap Windi menarik Layla berdiri. Azzam menatap Windi, "gue ga nyangka lo sekasar itu Zam, lo bukan Azzam yang gue kenal." Windi akan meninggalkan Azzam tapi tidak jadi karena dihadang Yuda dan juga Arhan. Arhan mengepalkan tangannya melihat penampilan Layla yang berantakan. Tangan Layla yang tadi sempat mengusap pipinya langsung turun saat mata tajam Arhan menatapnya. Merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan pula. Mata Arhan turun melihat siku Layla yang terluka karena pecahan beling. "Gue pesenin makanan lain" pamit Layla namun tangan Arhan mencekalnya dan menariknya untuk berlindung di belakang Arhan. Yuda pun menarik Windi saat tangan Azzam akan menyentuh bahunya. "Lo udah cari masalah sama gue" ujar Arhan. Azzam menatap Arhan dan juga Yuda bergantian, dan akan beranjak pergi. "Mau kemana? Gue belum selesai ngomong" Azzam kembali ke tempatnya, "lo udah buat makanan gue nggak kemakan dan lo," Arhan melirik Layla, "dan lo nyentuh milik gue." Arhan melangkah maju tapi ditahan Layla, "jangan berantem. Makanan bisa dibeli lagi." Arhan melepaskan tangan Layla kasar, "dia udah kurang ajar nyentuh milik gue." Arhan menatap Azzam dengan kilatan amarahnya. Bugh Bugh Brak "Arhan!" Seru Layla menarik mundur Arhan yang akan menyerang Azzam yang sudah terbaring di lantai. Windi terlihat terkejut, "Yud! Pisahin elah! Kenapa diem aja!" Yuda menarik lengan Arhan, "udah, dia udah dapet balasan lo" Yuda melirik Layla yang sama terkejutnya dengan Windi. Tanpa mengatakan apapun Arhan menarik Layla menjauhi mereka. Yuda menghela nafasnya dan membawa Windi saat Azzam memanggil namanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD