Perdebatan Di Rumah Reno

1316 Words
Satu minggu sudah Reno dan Tama berada di kampung halaman Vivi. Reno berangsur-angsur membaik, hatinya mungkin masih terluka dan pasti lukanya pun masih basah namun ia berusaha untuk bangkit dari keterpurukan. Ini semua berkat Vivi, ya gadis cantik yang selalu tersenyum manis. Walaupun banyak sekali ujian yang menerpa hidupnya, ia akan selalu tersenyum dan menipu semua orang seakan semua baik-baik saja. Gadis itu berhasil membuat Reno kuat dan bangkit dari jurang kehancuran. Andai saja jika saat itu tidak ada Vivi yang membuka pikirannya dan menguatkan mungkin saat ini Reno masih berlarut dengan rasa sakit dan kecewa. Memang benar, lebih baik jujur tetapi menyakitkan daripada dibohongi dan mengetahui semua yang terjadi dari orang lain. Reno semakin dekat dengan Vivi, kedekatan mereka membuat hati Tama tenang. Ia merasa sepupunya berhasil memberikan kehidupan dan semangat baru untuk sahabatnya. Tama tidak menjawab ucapan Reno saat itu. Ia tak bisa mengambil keputusan apa-apa untuk hidup Vivi. Jadi, Tama membuktikannya pada Vivi dan merebut hati juga perhatian gadis itu dengan caranya sendiri. Dan lihatlah, sepertinya Reno berhasil membuat Vivi jatuh cinta padanya. Pipinya selalu merona setiap kali bertemu dengan Reno. Detak jantungnya selalu berdegup kencang apabila berada di dekat lelaki itu. Namun, satu hal yang belum Vivi ketahui yaitu Reno masih mempunyai istri. Vivi berpikir, lelaki itu kemarin menangis tergugu karena patah hati dan putus cinta. Padahal, kejadian yang sebenarnya adalah itu sakit hati karena perbuatan sang istri. Tama seakan enggan ikut campur urusan mereka, sekali lagi ia tak bisa mengambil keputusan untuk kehidupan sepupunya. Jadi, mempersilahkan Reno dengan caranya sendiri untuk menyakinkan Vivi dan menceritakan semuanya termasuk ia sudah menikah. Berat? Pasti, karena sampai detik ini Reno belum mempunyai keberanian untuk menceritakan semuanya. Mereka sudah kembali ke Bekasi satu minggu yang lalu. Vivi juga ikut kembali ke kota, Tama merasa khawatir meninggalkan Vivi sendirian di rumah besar itu. Walaupun tetangga pada baik, tetap saja ia merasa khawatir sepupunya tinggal sendirian terlebih lagi dia seorang perempuan. Dan dengan berat hati, Vivi menurut ikut kembali ke kota. Selama satu minggu ini komunikasi Reno dan Vivi sangat lancar hingga satu bulan mereka masih intens komunikasi. Pekerjaan Reno juga berjalan lancar, lelaki itu seperti mendapatkan suntikan semangat baru. Papih dan Mamih merasa tenang juga senang melihat anak sulungnya itu kembali ceria seperti sebelumnya walaupun sikap dingin masih menghiasi dirinya. Kevin heran melihat perubahan abangnya, aneh rasanya bisa melihat Reno berubah menjadi lebih baik dalam waktu satu minggu setelah pulang berlibur dengan Tama. Kevin berpikir, apakah abangnya itu bertemu dengan seseorang yang berhasil menarik hatinya? Atau mungkin jangan-jangan Sela yang sudah membuat Reno kembali seperti ini? Tapi … rasanya tidak mungkin jika Sela, mengingat wanita itu belum juga kembali ke rumah. Mungkin dia merasa bebas karena tak di kekang oleh abang. Keluarganya sempat menelpon dan menanyakan keberadaan Reno namun Mamih enggan menjawab dan hanya memberitahu bahwa abang sedang liburan, setelah itu? Mereka menghilang entah kemana. Seharusnya, jika keluarga yang baik itu datang ke kediaman Bastian dan meminta maaf juga membicarakan selanjutnya itu harus seperti apa dan bagaimana. Namun sepertinya, dari keluarga Dedi tidak ada itikad baik untuk meminta maaf karena sampai saat ini belum datang ke rumah. *** Semakin hari Reno semakin b*******h. Gairah hidupnya mulai terlihat lagi, Kevin sudah menyelidiki semuanya, ternyata abangnya itu sedang jatuh cinta. Abangnya jatuh cinta kedua kalinya pada seorang gadis cantik, kulit putih, pipi merah dan bibir ranum juga hijab yang selalu menutupi kepalanya menambah kecantikan luar biasa dari gadis itu. Kevin memang terlihat diam, cuek bahkan dingin tapi jika sudah menyangkut keluarganya, ia pasti akan bergerak. Hatinya sungguh lembut, ia memilih lebih baik dirinya yang terluka daripada keluarganya. Info lain yang sudah didapatkan oleh Kevin adalah gadis itu ternyata anak yatim piatu. Kevin masih melakukan hal yang sama, memberikan air doa kepada keluarganya. Sungguh, ia merasa sangat khawatir apabila masih ada virus dari Sela yang masuk ke dalam diri keluarganya. Ia akan menjaga keluarganya hingga titik darah penghabisan. "Bang." "Kenapa Dik?" "Lu kenapa, Bang?" "Hah? Kenapa apanya?" "Gue perhatikan belakangan ini, lu terlihat sangat bahagia. Senyum tak pernah lepas dari bibir lu." "Iya, Bang. Mamih juga perhatikan itu. Belakangan ini … Abang terlihat sangat bahagia sekali. Padahal sebelumnya Abang terlihat sangat terpuruk." "Dia berubah, setelah pulang sama Tama dari kampung halamannya 'kan?" sahut Papih. "Iya, benar. Kamu ketemu siapa, Nak?" "Hah? Gak kok, Mih. Gak ketemu siapa-siapa." "Atau … jangan-jangan kamu ketemu Sela disana? Kalian janjian? Terus Sela berhasil membuatmu masuk lagi ke dalam perangkapnya? Iya? Hah? Ya Allah Reno! Jangan sampai itu terjadi lagi!" ucap Mamih histeris. "Mamih, tenang! Reno gak ketemu Sela kok, Kevin gak masuk ke dalam perangkap Sela lagi. Tenang ya," jawab Reno menenangkan. "Mamih … Mamih … takut … takut kehilanganmu, Nak." "Mih, tenang. Reno baik-baik saja. Jangan terlalu banyak pikiran." Papih menggenggam tangan Mamih menenangkan. "Kalian tenang saja. Reno pasti baik-baik saja. Jangan khawatir ya." "Kalau bukan Sela lalu siapa yang sudah berhasil merubah lu, Bang?" pancing Kevin. "Gue benar-benar melihat lu itu beda. Lu seperti mendapatkan semangat baru, mendapatkan hidup baru. Semuanya sangat terlihat jelas." "Gue harap, lu kali ini tidak gegabah, Bang. Gue gak akan minta lu cerita di depan Mamih dan Papih, tapi gue benar-benar minta kali ini … lu harus bisa jaga diri." "Tenang, Dik. Gue tau yang terbaik buat diri gue." "Hm … rencananya Reno mau menceraikan Sela, Mih, Pih." "Apa???" ucap mereka serempak. "Reno, pikirkan lagi, kamu tau bukan sesuatu yang halal namun sangat dibenci itu adalah perceraian. Jangan gegabah, tolong pikirkan lagi!" "Papih! Biarkan saja anak kita menceraikan perempuan itu! Itu lebih baik! Reno pasti akan bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik untuk dirinya sendiri dan keluarga kita!" "Cukup, Mih! Tidak semua permasalahan diselesaikan dengan perceraian! Kita tidak pernah tau bukan apa alasan dan tujuan Sela berbuat seperti itu! Setiap manusia berhak untuk mendapatkan maaf dan berubah, begitu juga dengan Sela! Jangan gegabah! Usia pernikahan mereka masih sebutir jagung." "Justru karena masih sebutir jagung itu lebih baik! Lebih baik selesaikan sekarang daripada nanti! Lebih baik dilepas sekarang daripada nanti! Lebih baik sakit dan kecewa sekarang daripada nanti! Lagi pula ya, bukankah kita semua sudah disakiti olehnya? Lalu, tunggu apalagi? Dia sudah berhasil menipu kita semua!" "Mih, tenang." Kevin angkat bicara. "Papih benar, kita gak boleh gegabah. Allah itu Maha Pemaaf, dan--" "Kevin! Kenapa kamu membela perempuan durjana itu! Hah! Bukankah kamu benci padanya? Dan juga kamu yang membuat kami semua lepas dari perangkapnya tetapi kenapa sekarang kau seperti berubah pikiran?" "Bu-bukan seperti itu maksud Kevin, Mih." "Lalu apa!" ucap Mamih nyalang, matanya melotot tak suka pada pendapat anak bungsunya. "Mih, apa kita gak malu nantinya? Abang baru menikah hampir tiga bulan, lalu selesai begitu saja? Mau simpan dimana muka kita semua menahan malu? Iya 'kan?" "Dan bukan hanya itu saja, Gusti Allah itu Maha Pemaaf, Mih. Jika Gusti Allah saja bisa memaafkan umat-Nya, kenapa kita tidak? Bukankah kita juga umat-Nya? Memang perceraian sangat dihalalkan, namun di sisi lain hal itu juga dibenci oleh Gusti Allah." "Tapi Kevin--" "Sudah! Sudah! Cukup! Kenapa malah jadi kita semua yang bertengkar seperti ini hanya karena perempuan durjana itu! Sudah cukup! Jangan diperdebatkan lagi! Reno baik-baik saja dan sepertinya benar kata Papih dan Kevin, jangan mengambil keputusan dengan gegabah. Reno akan memikirkan semuanya kembali agar tidak ada penyesalan di kemudian hari." "Tapi, Ren--" "Mih, sudah ya, cukup! Jangan berdebat lagi, jaga kesehatan Mamih. Reno gak mau Mamih sakit lagi gara-gara memikirkan ini semua. Percaya sama Reno ya, pasti akan bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kita semua." "Tenang ya, semua pasti akan baik-baik saja dan pasti akan ada jalan keluarnya." "Tapi … Reno punya rencana untuk …." "Rencana apa, Bang?" tanya Kevin memancing kembali abangnya untuk berbicara. "Abang akan menikah lagi!" ucapnya tegas. "Apaaa!!" teriak seseorang dari arah yang berbeda. Ucapan Reno membuatnya terkejut, bukan hanya dirinya yang terkejut tetapi keluarga Reno pun terkejut. Terkejut karena ucapan tegas anggota keluarga mereka dan terkejut karena kedatangan orang yang benar-benar tidak mereka harapkan kedatangannya untuk saat ini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD