Pertemuan Kedua

1572 Words
Reno akan kembali disibukkan kembali dengan desain yang menumpuk setelah ia mengantar Sela hingga pintu keluar kantor. Selama melangkah masuk kembali ke dalam ruangan, senyum merekah tidak pernah hilang dan juga lepas dari bibir pinknya itu. Semua karyawan merasa heran dengan perubahan sikap bosnya tersebut. Ada beberapa yang berusaha untuk masa bodo dan ada juga beberapa yang berpendapat bahwa bosnya itu sedang merasakan jatuh cinta. Reno yang sedang merasakan bahagia berusaha untuk tidak mempedulikan mereka semua. Ia asik saja melangkahkan kakinya dengan sangat ringan. Sesil melongo melihat bosnya yang menurut gadis tersebut sangat aneh namun seketika ia seakan paham pada perubahan bosnya dan terkekeh geli. Rupanya, bos sedang merasakan jatuh cinta. Terlihat sekali dari sorot matanya yang berbinar, ah aku sekarang mempunyai saingan tapi tak apalah jika itu bisa membuatnya sangat bahagia dari pada jomblo terus. Lagi pula, dia sepertinya memang tidak tertarik padaku. Dan jelas saja tertarik dengan Nona Rasela, mereka sepadan. Sama-sama kaya, cantik dan tampan, terlebih lagi wajah Nona Rasela yang cantik, putih, bersih dengan mata sipit yang membuatnya semakin cantik. Jika dibandingkan denganku jelas sangatlah jauh, ucap Sesil dalam hatinya. Di dalam ruangan CEO Reno kembali mengambil pena dan mulai me-narikan jari-jemari indahnya di atas kertas putih bersih. Ia perlahan mulai mencoba mendesain sesuai dengan yang diinginkan oleh Rasela. Pikirannya mulai melayang, dengan cekatan jari-jemari itu bergerak cepat membuat rangka atau konsep yang diinginkan. Ia membuat sesuatu yang luar biasa, sesuai dengan ciri khas yang punya nantinya. Ia mendesain motor custom sesuai dengan diri Rasela. Motor yang feminim untuk gadis yang cantik, dewasa, menawan dan memberikan nuansa sedikit angkuh di dalam desain tersebut. Angkuh di sini dalam artian bahwasannya gadis tersebut tak ingin dan mungkin tak suka apabila jika ada yang meremehkan kemampuannya. Cukup memakan waktu lama hingga jam pulang kantor tiba, ia menyandarkan punggungnya di kursi dan mulai me-lemaskan semua anggota tubuhnya yang terasa sangat lelah. Ia kembali memandang kertas putih di hadapannya yang perlahan namun pasti sudah terisi oleh desain yang masih 30% saja. Ia menarik nafas panjang, merasa sulit juga mendesain motor untuk seorang gadis. Lelah juga ya, kupikir rasanya akan sama seperti mendesain motor custom untuk lelaki ternyata berbeda. Kali ini, aku mendesain harus benar-benar memakai hati dan perasaan yang lembut agar menjadi desain indah luar biasa sesuai dengan karakter seorang gadis. Tapi tak apalah, belajar memahami permintaan seorang gadis melalui Rasela. Saat bibirnya menyebut nama Rasela, tiba-tiba ujung bibirnya tertarik dan membentuk sebuah bulan sabit lalu sorot matanya menunjukan sesuatu yang luar biasa namun sulit diartikan olehnya. Ia merasakan ada kebahagiaan sendiri yang hinggap di hatinya ketika bertemu dengan gadisnya tersebut. Gadisnya? Apakah Reno sudah mulai merasakan jatuh cinta? Dan berencana untuk menjadikan Rasela sebagai gadisnya? Atau mungkin wanitanya? Atau mungkin sekaligus menjadi miliknya? Segala macam pikiran berkecamuk dan menari indah di dalam pikirannya. Saat lamunan sedang dinikmati, tiba-tiba ketukan pintu membuatnya terkejut. Sesil melongokkan kepalanya dan tersenyum manis. Memang gadis itu terkadang suka konyol tingkahnya dan menurut Reno itu aneh. Beruntung saja, ia cantik dan juga mempesona jadi lumayan menarik peminat ketika ada yang berkunjung ke kantor, langsung deal custom lalu sering datang ke kantor hanya untuk bertemu dengannya. "Ada apa?" "Boleh masuk, Pak?" Reno menganggukan kepalanya saja. "Pak, ini sudah jam pulang kantor, hehe. Apakah Sesil sudah boleh pulang?" "Memang sekarang pukul berapa?" "Sekarang pukul setengah lima sore, Pak." "Baiklah, silahkan pulang." "Bapak gak pulang?" "Gue masih ada urusan, lagian ini 'kan kantor gue, Sesil, ya suka-suka gue, dong." "Hehe, iya juga ya. Ya 'kan barangkali Bapak mau pulang bareng Sesil, gitu." "Sepertinya bukan gue yang mau pulang bareng, tapi lu, Nona Sesil." "Haha, Bapak menyebalkan ih. Ya sudah, Sesil pamit pulang duluan ya, Pak. Jangan lupa makan malam, Pak, jika di kantor hingga larut malam." "Siap Nona Sesil." "Hehe, assalammualaikum." "Waalaikumsalam, hati-hati di jalan, Sil." Sesil berlalu pergi meninggalkan Reno yang masih berdiam diri di ruangannya dengan pikirannya yang entah sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan di dalam otak mungilnya itu. *** Reno kembali melirik desain yang dibuatnya, tanpa terasa ia menarik ujung bibirnya menjadi bulan sabit dan merasa ada kepuasan sendiri bisa membuat sesuatu yang baru sesuai dengan karakter seorang wanita. Ini adalah hal baru, ya betul. Biasanya, Reno akan membuat desain motor custom untuk para lelaki yang sudah sangat ia hafal seperti apa dan bagaimana keinginannya namun kali ini berbeda. Halnya sama yaitu membuat desain motor namun untuk seseorang yang luar biasa. Rasela, seorang wanita yang sempat diremehkan oleh Reno mengenai keahliannya namun dalam seketika dapat membuat lelaki itu terpaku karena pengetahuan luar biasanya. Entah mengapa hati lelaki tampan itu merasa sangat bahagia sekali melihat Rasela berceloteh ria dengan sangat riangnya. Apakah mungkin Reno merasakan sebuah rasa yang luar biasa seperti jatuh cinta? Namun apa mungkin? Seorang lelaki tampan, dingin, bahkan tak pernah merasakan cinta bisa jatuh cinta pada seorang Rasela? Jika memang begitu, maka Allah sudah membolak-balikkan hatinya menjadi lembut. Jam sudah menunjukkan hampir maghrib, cukup lama juga Reno berangan-angan dan kembali mendesain. Adzan maghrib mulai berkumandang, Reno menyimpan pena di atas nakas dan berlalu pergi ke dalam kamar rahasianya. Ia mengambil air wudhu lalu melaksanakan shalat maghrib. Setelah selesai, ia langsung bergegas untuk kembali pulang ke rumah. Sebelum ia melangkahkan kaki ke parkiran, setiap harinya selalu mengontrol anak buahnya yang memang kebagian shift malam untuk mengerjakan motor-motor custom yang akan di jemput oleh empunya. Setelah dirasa semua aman dan terkendali, Reno lalu melangkahkan kaki ke parkiran dan pulang ke rumah. *** Seminggu berlalu, desain motor custom yang memang didesain khusus untuk wanita dan akan segera diluncurkan sudah selesai dikerjakan. Sekarang sedang dalam tahap pembuatan. Selama satu minggu ini, Reno dan Rasela sering sekali bertemu walau hanya sekedar untuk minum kopi atau ngobrol yang lebih banyak obrolannya tidak jelas. Ada saja bahasan yang akan mereka bahas agar tidak membosankan dan mati obrolannya. Ya seperti sekarang ini, mereka sedang duduk di sudut sebuah kedai kopi yang bernuansa klasik yang dikelilingi oleh ukiran indah juga cantik, dan tidak lupa es kopi yang menemani mereka menambah kedekatan di antara mereka. Saat ini obrolan mereka adalah mengenai masa-masa saat berada di bangku sekolah menengah atas. Ternyata, banyak sekali gadis-gadis yang mengejar Reno dan salah satunya adalah Rasela. Tawa mereka terdengar sangat nyaring ketika mendengar kejujuran dari salah satunya. "Jadi, kau adalah salah satu gadis-gadis aneh itu yang ingin mendekati aku? Haha," tawanya semakin menggelegar. Sela menekuk wajahnya namun ia juga merasa geli menyadari kelakuannya dulu. "Hei! Aku memang ingin mendekatimu, tetapi aku tak aneh seperti mereka semua! Buktinya, aku tak pernah melakukan apapun yang gila seperti mereka untuk mendapatkan perhatianmu! Ingat aku dan mereka beda levelnya, ya!" "Yakin?" Reno memajukan wajahnya dan menaikkan satu alisnya. Sela terpaku melihat pemandangan di hadapannya itu, ini adalah kali kedua ia bisa melihat wajah tampan Reno sedekat ini dan menghirup kembali aroma tubuhnya yang membuat Sela melayang. "Reno! Jangan mempermainkanku!" "Hei! Aku ini kakak kelasmu, sudah seharusnya kau memanggilku kakak, haha," ledeknya lagi. "Ish! Baiklah, Kak Reno! Mengapa kau sangat menyebalkan sekali!" sanggahnya melipat kedua tangannya di d**a. Reno tertawa melihat gadis ayu di hadapannya yang sedang merajuk itu. "Oh ayolah, jangan merajuk seperti itu. Jangan membuatku menerkammu dan jangan membuatku melumat bibirmu tanpa ampun!" ancam Reno membuat Sela menarik bibirnya dan tidak memanyunkannya lagi. Melihat respon Sela yang seperti itu membuat Reno tak bisa lagi menahan tawanya, ia kembali tertawa dan merasakan bahagia bersama gadis itu. Sedangkan Sela? Jangan ditanya lagi, dia sudah sangat kesal sekali pada lelaki di hadapannya itu. "Sudahlah Tuan Reno! Jangan membullyku terus!" "Nona manis, aku tak membullymu. Hanya saja, kau terlihat sangat menggairahkan ketika sedang marah, kesal dan merajuk seperti itu," goda Reno mengerlingkan matanya. Sela memutar bola matanya malas. "Apakah seorang Reno Alvian yang kukenal diam, cool, acuh namun kenyataanya m***m? Oh Tuhan, kenyataan macam apa ini?" "Jangan menggodaku, Sela! Jika tak ingin aku menggendongmu keluar dari restoran ini." "Reno! Hentikan sikap mesummu itu! Ish!" "Baiklah, baiklah! Sudah jangan merajuk lagi sayang. Sungguh, aku tak kuat melihat bibir ranummu yang sangat menggoda itu." "Hm … sudah Reno! Kita bahas pekerjaan saja." "Baiklah. Kita tutup pembahasan masa lalunya." "Jadi, sudah sampai mana motor custom yang aku inginkan? Kau tidak lupa, bukan?" "Oh tidak, bagaimana mungkin bisa lupa tentang semua itu. Apalagi, desain dan motor custom tersebut untuk gadis cantik yang di hadapanku ini. Semuanya beres, desain sudah sesuai dengan yang kau inginkan, bahkan aku membuatnya persis seperti karaktermu dan saat ini sudah tahap pembuatan. Mungkin akan memakan waktu sekitar dua sampai tiga minggu. Tak masalah, 'kan?" "Luar biasa sekali. Memang, kehebatanmu tak diragukan dan tak akan ada yang menandingi. Aku terkejut mendengarnya, aku tak menyangka semuanya berjalan sangat cepat sekali. Sungguh, aku tak sabar ingin sekali cepat melihat hasilnya yang luar biasa." "Sabar, semuanya butuh waktu. Tapi, aku janji akan selesai dengan cepat agar dapat segera launching sesuai dengan apa yang kau inginkan." "Kau memang bisa diandalkan." "Selalu. Aku akan selalu bisa diandalkan olehmu, Sayang." Sela menatap Reno dengan tatapan berbinar, ia tak menyangka lelaki di hadapannya itu sungguh sangat memporak-porandakan hatinya dan membuatnya semakin ingin dekat dengan lelaki itu. Sela mempunyai tujuan yaitu menikah dengan Reno. Ia sebenarnya merasa tak yakin jika keinginan dan tujuannya itu akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, namun tak ada salahnya untuk mencoba. Sela akan mencoba semua hal agar bisa mendapatkan Reno, sebab dengan ia bisa bersama lelaki itu maka perusahaannya akan semakin maju karena di dongkrak oleh perusahaan Reno dan keluarganya akan semakin kaya raya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD