Pertemuan Awal

1771 Words
Adzan subuh berkumandang seketika Reno terbangun dan langsung membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa bau alkohol semalam. Ia mengambil air wudhu dan langsung menunaikan shalat subuh. Reno memang sangat bar-bar sekali, tapi sikap luar biasa yang selalu tertanam di dalam dirinya adalah tidak pernah me-ninggalkan shalat. Menurutnya, shalat itu wajib, se-b***t apa pun sebagai manusia, sebar-bar apa pun sebagai manusia dan se-hina apa pun sebagai manusia, tidak boleh me-ninggalkan shalat. Shalat adalah pegangan luar biasa, karena dari situ manusia akan selalu ingat pada Sang Pencipta yaitu Gusti Allah. Reno berusaha untuk tidak meninggalkan kewajibannya, sebab suatu saat apabila sedang berada dalam kesusahan maka akan selalu ada Gusti Allah yang menolong di setiap waktu dan keadaan yang tidak terduga. Setelah menunaikan kewajibannya, ia langsung melanjutkan kembali tidurnya dan seperti biasa akan terbangun pukul delapan pagi. Selanjutnya, ia akan melanjutkan aktivitasnya dengan menyibukkan diri di bengkel dan bertemu dengan para pegawainya. Pagi pun tiba dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Reno bergegas mandi dan turun ke bawah untuk sarapan. Mbok Surti sudah menyiapkan makanan kesukaan Reno, ia langsung duduk di tempatnya dan melahap makanan yang rasanya sangat luar biasa itu. "Mbok memang selalu mantap tiap kali bikin makanan buat aku." "Hehe, Aden bisa saja." "Ini beneran enak, loh, Mbok. Banget malah." "Makan sendirian saja!" "Woy, Vin. Kok gak sekolah?" "Lah sekolah? Lu ngelindur, Bang? Ini 'kan sabtu, bego!" "Lah? Masa iya?" "Makanya liat tanggalan, Bang! Jangan liatin motor terus, jadi gak laku-laku 'kan, lu!" "Eh bangke! Apa urusannya tanggalan sama gak laku?" "Ya ada dong, Bang! Jadinya lu lupa sama umur dan gak nikah-nikah! Gimana, sih, lu!" "Idih! Nikah mah gampang, Dik! Senang-senang saja dulu, belum tentu nantinya saat sudah menikah bisa bebas. Pasti harus kudu bin wajib sama istri, kemana-mana bawa istri, malas banget!" *Terus istri lu kudu di rumah aja, gitu? Tega amat, lu, jadi laki, Bang." "Ini apa, sih, pagi-pagi sudah ramai banget." "Selamat pagi, Mih," sapa kakak beradik itu serempak. "Pagi. Ada apa? Kenapa pagi-pagi sudah ramai?" "Ah biasa, Mih. Anak muda," ucap Reno asal. "Biasa, Mih. Abang Reno lupa tanggalan, soalnya ngurusin motor terus, sih, ya Mih, jadi gak nikah-nikah, haha." "Wah bocil! Udah dibilang gak ada urusannya lupa tanggalan sama nikah!" "Ada dong, Bang! Kalau kamu gak nikah-nikah ya gak berubah-berubah kelakuan kamu itu!" "Mih, nikah tuh ribet! Nanti aja dah, gampang, masih muda ini, kok!" "Sudah tua, Bang! Maunya muda saja, haha." "Bocil menyebalkan sekali!" "Tapi, Dik, memangnya ada yang mau sama Abangmu itu?" tanya Mamih sambil mengolesi roti pakai selai. "Uhuk … uhuk …." "Eh, minum, Dik. Ya ampun, pelan-pelan coba makannya." "Mamih, haha, ya Allah pertanyaan Mamih bikin tersedak." "Mampus!" "Memang kenapa, sih?" "Ya, Mamih, tanya sama Kevin ada yang mau gak sama Abang? Kevin mana tau dong, Mih." "Menurutmu, Dik. Ada gak yang suka?" "Pasti adalah Mih, Abang tuh ganteng cuman gak bisa ngurus diri aja, sih dan lebih banyak waktu di bengkel daripada bersosialisasi." "Nah! Jadi, sekali-kali ajaklah abangmu itu main ke mall, Dik." "Idih! Ogah, Mih! Nanti di kiranya Kevin jalan sama gadung lagi, emangnya Kevin laki apaan? Hahaha." "Kevin, ih! Sekate-kate aja!" "Terserah apa katamu, lah, Dik!" "Tuh, 'kan, marah. Mamih, sih." "Kok Mamih? Ya karena Mamih mancing aja terus." "Sudah ah, berangkat aja. Disini berurusan kalian berdua tidak akan ada habisnya!" "Bye, Mih. Loveyou," ucapnya mencium pipi dan memeluk Mamihnya. "Bye, hati-hati ya, Bang." Reno berjalan keluar dan melajukan mobilnya ke tempat dimana ia mencari nafkah untuk dirinya sendiri. Ya memang, untuk saat ini hanya untuk dirinya sendiri tidak ada yang lain. *** Reno melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke arah bengkel. Selama perjalanan ia terus menggerutu mengingat sikap Mamih dan Kevin tadi. Sindiran mereka sangat halus sekali, tidak tahu saja kalau ternyata Reno itu adalah idola di kalangan wanita-wanita. Memang, untuk saat ini Reno memilih untuk sendiri lebih dulu, sampai puas merasakan masa lajang setelah itu baru akan memikirkan untuk menikah. Ia tak ingin dipusingkan dengan segala urusan istri jika sudah menikah, maka Reno akan mencari seorang istri yang mandiri dan bisa melakukan semuanya sendiri tanpa merepotkannya. Ia tak ingin seperti teman-temannya yang lain, setelah menikah lalu lupa waktu berkumpul dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan para istrinya. Padahal, sejatinya kita manusia itu butuh yang namanya hiburan, jika selalu berada di rumah bersama istri lalu kapan ada waktu hiburan? Reno berpikir tak ada hiburan paling asik dan menyenangkan selain bersama teman-temannya. Apalagi nanti jika sudah ada anak, ah pasti makin repot saja. Tidak ada waktu untuk main, tidak ada waktu bersama teman-teman dan sudah tidak akan ada waktu lagi untuk bersenang-senang. Aku tak mengerti kenapa banyak sekali yang memilih untuk menikah muda. Padahal menikah muda itu sudah pasti akan menyita banyak waktu santai. Di usia yang masih muda sudah harus mengurus rumah tangga, mengurus istri dan juga anak. Kenapa coba gak bekerja saja terlebih dahulu, lalu mengumpulkan uang baru setelah itu menikah agar tidak membuat susah anak istri kelak. Mamih dan Kevin itu sama saja, sukanya membully soal nikah, nikah dan nikah. Seakan tak membiarkan aku bebas untuk bisa berekspresi, aku begini karena ingin menikmati masa muda karena aku tau semua yang biasa kulakukan sebelum menikah akan tersita setelah menikah. Bahkan mungkin nantinya, aku tidak punya waktu untuk berpesta kembali dan aku juga tidak akan bisa touring lagi. Padahal, nanti juga jika sudah saatnya pasti aku akan menikah tanpa harus dirong-rong terus-menerus seperti ini, membuat ruang gerakku terbatas saja! Pokoknya aku tidak akan menikah sebelum mendapatkan kesuksesan dan aku terpuaskan dengan masa mudaku. Akhirnya setelah menempuh waktu yang cukup lama karena ini adalah weekend dan jalanan yang macet karena banyak sekali manusia yang lalu lalang dan hilir mudik, sampai juga di perusahan motor custom terbesar. Dari luar nampak terlihat minimalis tapi siapapun orangnya ketika melangkahkan kakinya masuk ke dalam perusahaan tersebut akan disuguhkan oleh pemandangan luar biasa berupa puluhan motor custom yang akan dikirim ke sang empunya maupun sedang di garap. "Selamat pagi, Bos," sapa Pak Tamrin-satpam- saat melihat bosnya turun dari mobil. "Pagi, Pak. Bagaimana pagi ini? Aman?" "Aman dong, Pak Bos." "Baiklah, Reno masuk dulu ya, Pak." "Silahkan Pak Bos." Reno melangkahkan kakinya masuk ke dalam perusahaan yang luar biasa itu. Sudah banyak pegawai yang menyapanya tadi di bagian aksesoris motor. Ya memang perusahaan ini benar-benar besar sekali, seperangkat motor ada semua peralatannya di dalam. Reno adalah pemilik terbesar di kota tersebut. Banyak sekali bengkel-bengkel kecil yang membeli barang di perusahaannya karena perusahaan tersebut sangatlah komplit. "Selamat pagi semua!" teriaknya saat datang dan menyapa pada pegawainya. Suaranya menggema di setiap sudut ruangan. "Selamat pagi Bos Muda!" sahut mereka secara bersamaan. "Selamat bekerja dan semangat, gue masuk ruangan dulu ya," balasnya dan di sahuti oleh mereka semua. Reno memang sangat luar biasa sekali terhadap pegawainya, tak ada sedikitpun ia membedakan mereka semua. Di matanya, semua pegawai itu sama. Maka dari itu, ia tak pernah ada niatan untuk membedakan mereka. Reno melangkah pasti menaiki lift untuk sampai ke lantai tiga, saat lift terbuka sudah ada Sesilia Putri Natan sang sekretaris yang menyambutnya dengan pakaian yang super minim dan riasan wajah yang terkadang macam ondel-ondel dan terkadang cocok di wajahnya. "Selamat pagi Pak Reno," sapanya. "Pagi Sesil, bagaimana kabarmu pagi ini? Makin cantik saja," goda Reno pada sekretarisnya itu yang memang gatal dan mungkin jika lelaki tampan di hadapannya itu bukan Bosnya sudah setiap hari mungkin akan digoda olehnya. "Ah, Pak Bos. Bisa saja, kabar Sesil baik-baik saja pagi ini, Pak." "Apa akan ada client yang datang?" "Kemarin perusahaan motor custom vespa menghubungi Sesil bahwa akan berkunjung ke perusahaan untuk bertemu Pak Reno untuk membicarakan bisnis kalian yang akan segera launching." "Oh begitu, baiklah. Aturkan jadwalnya setelah jam makan siang saja." "Baik, Pak. Dan kemungkinan yang datang anaknya." "Loh? Kenapa?" "Bapak Dedi Wijayanto sedang berada di luar kota jadi anaknya yang menggantikan. Namanya Rasela Mutiara Wijayanto." "Perempuan?" "Betul, Pak." "Memang dia bisa apa? Memang tau soal motor?" "Kalau sampai ke ranah sana, Sesil kurang paham, Pak. Tapi menurut kabar yang beredar, dia bisa merancang sesuatu yang biasa menjadi luar biasa." "Wow, menarik sekali rasanya. Oke aturkan jadwalnya dan ingatkan lima belas menit sebelum ia datang. Gue masuk dulu ya," sahut Reno. "Baik, Pak Bos. Siap laksanakan, enam sembilan." Langkah Reno terhenti saat mendengar Sesil menyebutkan kata enam sembilan tapi dengan nada yang bikin merinding juga d**a yang berdesir. Reno meliriknya tajam dan Sesil hanya tersenyum canggung dilirik oleh tatapan mematikan namun dapat membuat siapapun menjadi klepek-klepek di hadapannya. "Jangan menggoda gue, Sesil. Jika lu tak ingin gue terkam!" "Duh, seram amat, Pak. Seram atau enak tapinya, eh?" kikiknya membuat Reno menghembuskan nafas kasar. "Dasar! Bisanya menggoda saja! Goda yang lain napa, Sil. Jangan gue! Gue gak tergoda dengan lu, tau!" "Sesil juga gak ada niatan goda, Pak Bos. Ih Pak Bos aja yang kepedean," kekehnya membuat Reno mengusap kasar wajahnya frustasi. "Terserah Sesil deh, ah!" Reno masuk ke dalam ruangannya dengan menghentak-hentakan kakinya karena keki. Sesil terkikik melihat kelakuan bosnya seperti itu dan memang pemandangan seperti ini sudah sering dirasakan oleh Sesil setiap paginya. Jadi ini bukanlah hal baru yang terjadi tapi sudah sering. *** Reno sedang disibukkan dengan beberapa kertas desain motor custom yang akan dijual. Memang setiap ada pesanan motor custom itu Reno yang mendesain semuanya, dari rangka mesin, rangka motor hingga badan motor tersebut. Dan ada juga beberapa custom yang diinginkan oleh client, jadi mereka memang sudah mempunyai desain sendiri lalu diserahkan pada Reno dan minta dibuatkan yang mirip sekali dengan apa yang diinginkan. Reno sedang fokus dengan desainnya, ia memang senang sekali dengan desain. Menurutnya dapat mendesain motor dengan sempurna ada kepuasan tersendiri di dalamnya dan bangga dengan hasilnya. Motor Reno sendiri ada banyak dan semuanya hasil desain sendiri. Motor-motor gagah tersebut akan keluar jika ada acara plesiran atau touring dan kegagahannya akan berhasil membuat mata yang melihat terpesona dan juga berbinar. Telepon kantor berdering dan membuat Reno terkejut karena sedang asik dan fokus desain. Ketika sedang asik dengan dunia desain maka pikirannya akan melayang dan lupa akan sekitar. Ia menghembuskan nafas kasar ketika mendengar telepon berkali-kali. "Bos, apakah tertidur?" tanya seseorang di sebrang sana. "Tidak! Ada apa! Mengganggu saja!" "Mohon maaf, Bos. Jam makan siang akan tiba dan lima belas menit kemudian Ibu Rasela akan datang." "Baiklah, gue makan siang di kantor saja. Tolong delivery makanan kesukaan gue." "Baik, Bos." Telepon mati, Sesil dengan cekatan langsung memesan beberapa makanan kesukaan bosnya itu. Jari lentiknya menari-nari di benda pipih milihnya yang berwarna pink dan mulai memilih makanan. Bosnya itu makan sangat banyak sekali, jadi sengaja ia memilih beberapa makanan yang sangat disukai bosnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD