03

870 Words
"Gak mungkin lah laki lo macem-macem," "Ya kan siapa tau," "Bisa aja sih dia lagi nyembunyiin sesuatu dari lo, tapi kalo untuk selingkuh gak mungkin lah." "Kenapa gak mungkin? Bisa aja kan?" Memei tidak habis pikir dengan ucapan Aya barusan. "Kok lo mikir nya kayak gitu? Rafa udah bucin akut ke lo gak mungkin lah, Ay." "Kamu gak tau aja, Me." Aya menghela napas. "Gak tau apa?" Aya diam dengan mata yang tertuju ke arah Al yang sedang makan. "Papi nya Rafa dulu itu pernah selingkuh, kamu tau gak istilah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, kamu tau kan maksud aku?" Entah mengapa Memei langsung terdiam. "Bisa aja kelakuan Rafa yang sebenernya gak jauh beda kan dari Papi nya?" "Gak, gak mungkin Rafa tega kayak gitu ke elo. Gue juga yakin banget Rafa masih takut sama bokap lo, gak akan dia berani macem-macem." "Ya semoga aja." Balas Aya dengan lemah. "Udah gede seharusnya tidurnya itu sendiri jangan sama Mami Papi lagi," "Gak mau!" Al mengeratkan lingkaran tangannya pada leher Rafa ketika dirinya hendak diturunkan di box bayi nya. "Tidur di sini apa di luar?" "Di lual," Rafa berjalan menuju balkon dan menurunkan Al di balkon kamar, setelah itu Rafa menutup pintu balkon juga tirai meninggalkan Al sendirian di sana. Rafa tersenyum dan tinggal menunggu anaknya menangis memohon untuk masuk karena memang hari sudah malam. Kening Rafa mengkerut lantaran sang anak tidak bersuara sedikitpun, penasaran juga sedikit khawatir, Rafa pun membuka pintu balkon dan terdiam. Al terlihat asyik dengan mobil-mobilan yang kemungkinan tertinggal di balkon, mengotak-atik mobil-mobilan tersebut sambil duduk bersandar di pembatas balkon. Al menatap ayahnya yang tengah memperhatikannya dan tak lama langsung membuang muka. "Al kenapa di luar, Nak? Udah malem ayo masuk, kita bobok." Aya datang ke balkon dan sempat terkejut melihat anaknya berada di balkon tengah malam. "Papi suluh Al bobok sini." Suara Al terdengar menyedihkan dengan raut wajahnya yang sengaja dibuat memelas. Aya langsung menatap Rafa dan Rafa pun menggelengkan kepala. Aya tidak berbicara apapun pada Rafa. "Yuk kita masuk, di sini dingin udah gitu banyak nyamuknya. Al bobok sama Mami, ayo masuk." Aya berbungkuk untuk meraih tangan mungil Aya. Al bangkit berdiri, sambil bergandengan tangan dengan Aya anak itu masuk ke kamar. Tak lupa saat melewati Rafa, Al menjulurkan lidahnya dan terlihat benar-benar mengesalkan bagi Rafa.  Rafa datang ke ruang makan sambil menggendong Al yang masih mengantuk. Terlihat Aya sedang menyiapkan sarapan untuk mereka dan entah mengapa rasa tidak enak hati muncul pada diri Rafa. Rafa mendudukkan Al di kursi makan anaknya lalu menatap Aya yang sama sekali hanya diam sibuk menata makanan. "Kayaknya aku pulang agak malem, kamu sama Al makan malem duluan aja." Aya mengangguk tanpa menatap wajah suaminya. "Kenapa?" Bukan Aya yang bertanya melainkan Al. Al bertanya dengan kedua mata yang masih tertutup serta kepala yang bertumpu pada dua tangannya. Di dalam hati Aya merasa lega mendengar pertanyaan Al, karena pertanyaan Al termasuk sudah mewakili rasa penasarannya. "Anak kecil mau tau aja." Begitulah jawaban Rafa. Aya kesal sendiri mendengar jawaban yang keluar dari mulut Rafa. Aya menatap Al yang hanya diam dengan kedua mata yang masih terpejam, Aya benar-benar berharap Al mau kembali bertanya dan nyatanya tidak. "Al harus pergi sekolah, cepet habisin sarapannya." Aya membantu Al untuk duduk dengan tegak dan mendekatkan piring yang berisikan roti pada Al. Dengan keadaan masih sedikit mengantuk Al pun mulai memakan roti nya, mata anak itu tertuju pada orang tuanya yang sedang diam sibuk dengan sarapan mereka masing-masing. Walaupun tidak mengerti apa yang tengah terjadi, Al merasa kesal melihat kedua orang tuanya diam tidak seperti biasanya yang selalu mengobrol hingga kadang dua orang itu lupa jika sudah memiliki anak. "Mami Papi kenapa sih?" Rafa dan Aya kompak menoleh. "Diem-diem telus, Al kesel." "Sok ngerti amat soal kesel, ngomong R aja belom sabi." Sahut Rafa kembali melanjutkan makan setelah tadi sempat terhenti. Al menatap Aya, "Papi ada malahin Mami ya?" Aya langsung menggeleng karena memang apa yang Al tanyakan tidak benar. "Abisin sarapan sama s**u nya, ntar telat ke sekolahnya." Ujar Aya. "Awas ya kalo Papi malahin Mami, Al ngadu sama opa nanti telus Al juga ikut malah sama Papi!" Kata Al dengan wajahnya yang garang. "Apa yang kamu sembunyiin dari aku?" "Gak ada, emangnya apa?" Aya tertawa kecil, "kok jadi malah nanya balik? Jawab dulu pertanyaan aku." "Kenapa kamu jadi curigaan gini sih sama aku? Kamu pikir aku lagi macem-macem?" "Kalo enggak terus apa dong?" Rafa menghela napas. "Jawab pertanyaan aku," "Pertanyaan apalagi? Aku gak ada sembunyiin apa-apa dari kamu," "Kamu selingkuh?" Rafa menggeleng. "Jujur aja," "Aku gak gila, aku masih waras, aku masih sadar. Aku sadar aku punya anak istri, untuk apa aku selingkuh?" Mata Aya mulai berkaca-kaca. "Perasaan aku tuh gak mungkin salah, aku tau kamu lagi sembunyiin sesuatu dari aku. Kalo emang ada ya udah jujur dong!" Aya mulai emosional, nada suaranya juga sedikit naik tanpa memikirkan Al yang sedang bermain tidak jauh dari mereka. "Mami," Rafa yang hendak membuka suara terpaksa mengurungkan niat mendengar suara Al, anak itu tengah berlari ke arah mereka sambil memegang mainan robot nya. "Jawab dulu pertanyaan aku," desak Aya. Rafa menghela napas panjang. "Iya ada yang aku sembunyiin dari kamu," Aya meremas sendiri tangannya dengan perasaan yang semakin tidak enak. "Besok aku harus pergi ke Amerika, sama Jasmin."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD