DUA

1016 Words
*** Entah sial atau apa, Sisi sama sekali tak menyangka jika hari ini akan ada anak baru masuk ke sekolahnya. Dan yang membuat Sisi ingin menghilang sekarang juga, anak baru itu bernama Axelio Vilandra. Ax, dulu Sisi memanggilnya seperti itu. Tepatnya dua tahun yang lalu, saat mereka masih duduk di bangku SMP kelas 3. Ax adalah satu-satunya cowok yang berhasil mengusik kehidupan Sisi yang damai. * * * "Ax, ini mau ditaruh dimana?" Sisi berdiri di sebelah Axel yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Kedua tangan Sisi tampak bergetar membawa semangkuk bakso dan segelas es teh melati kesukaan Axel. "Taruh aja situ!" jawab Axel cuek dengan pandangan fokus menatap layar ponselnya. Sisi mengangguk dan meletakkan bakso dan es teh di meja. Tangan Sisi masih bergetar saat meletakkan bakso itu hingga sebagian kuahnya tumpah dan tak sengaja mengenai seragam Axel. "AAWWSSHH. PANAS!" teriak Axel sambil berdiri dari kursinya. Ia menatap baju putihnya yang sedikit kemerahan terkena tumpahan kuah bakso. "MATA LO DITAROH DIMANA? KENAPA BISA SAMPE TUMPAH? LO NGGAK TAU KUAH INI PANAS? BEGO BANGET SIH LO?" sembur Axel. Sisi langsung menunduk takut. Kedua tangannya saling bertautan dan tubuhnya bergetar hebat. "Ma--maaf Ax. A--aku nggak sengaja. Itu ta--tadi panas banget kuahnya!" "LO PIKIR GUE PEDULI?" Axel melepas seragamnya dan menyisakan kaos putih yang melekat di tubuhnya lalu melemparkan seragamnya ke wajah Sisi. "BERSIHIN. AWAS KALO MASIH ADA NODA MERAHNYA!" Sisi memegang baju Axel dengan tangan bergetar. Ia masih menundukkan wajahnya sampai punggung Axel menghilang dari pandangannya. Dengan langkah gontai, Sisi melangkah meninggalkan kantin dan langsung menuju ke toilet. Ia harus segera membersihkan baju Axel. Jangan sampai Axel semakin murka karenanya. * * * "Woi, disini lo!" tepukan dipundak kanan Sisi membuat gadis itu berjengit kaget. "Sialan. Kaget bego!" sungut Sisi sambil menoyor kepala seorang cowok yang baru saja membuatnya kaget. "Lo nggak denger udah bel tadi?" cowok berambut lurus dengan model belah samping itu tampak berjalan santai disebelah Sisi. Namanya Dipta Anugrah, wakil Ketua Osis SMA BAKTI DUA. Sisi hanya menggeleng pelan membuat kening Dipta mengernyit. Tidak biasanya si cerdas ini berjalan sambil melamun. "Lo kenapa, Si?" "Hah? Kenapa?" tanya Sisi balik. "Tumben lo nggak fokus? Ada masalah sama anak-anak?" tanya Dipta dan Sisi hanya menggeleng pelan. "Hal apa yang membuat cewek cantik di sebelah gue ini ngelamun, hm?" Sisi menghentikan langkahnya. Ia ingin menanyakan satu hal pada Dipta tapi suara Bu Yola membuat Sisi mengurungkan niatnya. "Sisi. Dipta. Kok masih ada diluar. Ayo masuk!" titah Bu Yola. "Iya, Bu!" jawab Sisi dan Dipta serempak. "Lo sih!" sungut Sisi sambil menyikut pelan lengan kiri Dipta. "Kok gue? Lo kali yang ngelamun pagi-pagi!" Sisi berdecak pelan dan tak menanggapi komentar Dipta. Ia memilih duduk dibangkunya disusul Dipta yang duduk disebelahnya. Dipta dan Sisi. Ketua dan wakil Osis yang kompak dan tegas. Mereka dijuluki sebagai couple Disi. Selain kompak, mereka juga serasi. Banyak sekali teman-temannya yang menjodohkan mereka. Tapi hingga saat ini Sisi menganggap Dipta sebagai partnernya walaupun berkali-kali Dipta mengutarakan perasaannya. Dipta duduk lalu melirik ke arah Sisi, ia memainkan alisnya naik turun, berniat menggoda Sisi. "Ntar pulangnya gue anterin ya!" tawar Dipta. "Gue bisa pulang sendiri, Dip. Lagian gue bisa pesen ojol!" "Ya kan sayang uangnya, daripada buat bayarin ojol, ditabung kan bisa?" desak Dipta. "Udah okein aja, Si. Lumayan gratis, ojolnya cakep lagi!" sambar Ades yang duduk dibelakang Sisi. "Lo kira gue ojek online!" timpal Dipta sewot. "Mau ya, Si!" Dipta kembali menoleh Sisi, melayangkan tatapan memelasnya. "Anterin gue aja, Dip. Daripada Sisi nggak mau!" kini suara Sarah menyahut, dia duduk tepat dibelakang kursi Dipta. "Lo mau nikung Sisi?" protes Ades dengan nada sengit. "Loh emang lo pacaran Si sama Dipta?" tanya Sarah sambil menatap Sisi. Sisi hanya menggelengkan kepalanya. "Noh liat. Mereka nggak pacaran jadi nggak ada istilah tikung menikung!" "Daripada gue nganterin lo, mendingan lo bawa deh motor gue, Sar!" sahut Dipta membuat Ades langsung tergelak. Ia membayangkan Sarah menaiki motor Ninja Dipta. Sementara badan Sarah kurus dengan rambut model ikal. "Ngapa lo ketawa gitu?" sungut Sarah. "Kagak!" balas Ades sambil nyengir lebar. Perhatian mereka berempat langsung teralihkan ke depan, menatap Bu Yola yang tiba-tiba masuk. "Selamat pagi anak-anak!" suara Bu Yola terdengar berat dan menggema. "Pagi Bu Yola cantik dan sexy!" jawab semua murid serempak. Bu Yola tidak akan tersinggung dengan jawaban anak didiknya karena itu semua atas permintaan Bu Yola sendiri. "Terima kasih anak-anak!" Sisi dan Dipta terkekeh sambil menggelengkan kepalanya sementara ada sebagian murid yang mencibir. Ada yang menggerutu pelan dan ada juga yang menahan tawanya. "Ibu memberi kabar baik untuk kalian semua. Mulai hari ini akan ada anak baru. Ayo masuk Axel!" Mata Sisi seketika melotot lebar. Ia beralih menatap pintu kelasnya dan tak lama kemudian cowok yang ia benci selama ini muncul sambil menebar senyumnya. Suasana kelas yang tadinya hening mendadak riuh. Suara yang mendominasi kebanyakan dari kaum hawa. Bahkan ada sebagian dari mereka yang terang-terangan merayu Axel. "Ya ampun. Halalin dedek, Bang!" "Woi. Sekolah aja belum kelar, kawin aja pikiran lo!" "Bunuh adek di rawa-rawa, Bang!" "Gue sebenarnya dari kelas 1 pengen bunuh lo!" sahutan-sahutan itu suara dari anak cowok. "Kekepin gue, Bang!" "Sekalian aja kasih bumbu trus masak di atas kompor api sedang!" "Itu ukep bego!" Suara tawa terdengar begitu nyaring tapi tidak untuk Sisi. Ia menundukkan pandangannya sambil meremas jari-jari tangannya. "Gila. Mereka langsung baper liat bule Arab!" celetuk Dipta. "Sudah. Sudah. Ibu harap kalian bisa tenang!" suara dari Bu Yola membuat suasana kelas hening seketika. "Ayo, perkenalkan diri kamu!" titah Bu Yola sambil beralih menatap Axel yang berdiri di sebelahnya. Axel mengangguk dan berdiri menatap lurus ke depan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelas dan matanya terkunci pada satu sosok yang sedang menundukkan kepalanya. "Halo guys. Nama gue Axelio Vilandra. Kalian bisa panggil gue Ax!" ucap Axel singkat. "Baik. Silahkan duduk di tempat kosong, Ax!" ucap Bu Yola ramah. Axel kembali mengedarkan pandangannya dan menemukan satu kursi kosong ada diposisi paling belakang. "Bagaimana Ax, apa kamu sudah menemukan tempatmu?" tanya Bu Yola. Axel mengangguk dan tersenyum. "Sudah, Bu." "Oke. Tunggu apa lagi?" Axel menggeleng pelan. "Tapi saya tidak mau duduk dibelakang, Bu. Saya hanya ingin duduk disebelah Delisia Xiena!" *** Sbya, 07 Mei 2018 *ayastoria
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD