ENAM

1543 Words
*** Axel menyesap batang rokoknya lalu mengepulkan asap putih itu ke udara. Berkali-kali ia melirik kearah pintu ruang Osis yang belum juga terbuka. Merasa bosan, Axel melempar rokoknya ke tanah dan menginjaknya dengan gemas. Dibawah sana terlihat 3 batang rokok bekas yang sudah mati dan terlihat gepeng. Axel masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Hari semakin siang dan matahari semakin terik. Jemarinya mengetuk setir kemudi dengan pandangan sesekali melirik daun pintu bercat coklat itu. Setelah lama menunggu, Axel melihat Sisi keluar dari ruangan itu. Ia ingin menghampiri Sisi tapi melihat Dipta, akhirnya Axel memilih diam di dalam mobil. Senyumnya tersungging saat Sisi menolak tawaran Dipta. Matanya terus menatap sosok Sisi yang berjalan menyusuri koridor kelas dan akhirnya menghilang di balik pintu pagar sekolah. Tak menunggu waktu lama, Axel menjalankan mobilnya. Ia menghentikan mobilnya tak jauh dari tempat Sisi berdiri. Gadis itu tampak fokus dengan ponsel ditangannya dan tak lama kemudian Sisi mendongak. "Mau pulang bareng?" Axel akhirnya membuka suaranya. Sisi malah tak menghiraukannya dan memilih fokus dengan ponselnya lagi. Axel mulai geram, ia lalu menyalakan klakson beberapa kali dan usahanya membuahkan hasil. Sisi menyimpan ponselnya dan berjalan menghampirinya. "Lo bisa pergi nggak?" usir Sisi. "Nggak. Sebelum lo ikut gue!" "Gue nggak mau pulang sama lo, gue nggak mau liat muka lo dan gue nggak mau ada lo dihidup gue lagi!" Axel menelan salivanya pelan. Tak menyangka jika Sisi akan menolaknya mentah-mentah. Dulu saja gadis itu begitu penurut dan selalu patuh kepadanya. *Flashback On "Ax, maaf. Aku nggak bisa pulang bareng kamu. Aku-aku mau kerja kelompok dirumahnya Sila!" pamit Sisi sambil menundukkan pandangannya. "Kerja kelompok apa mau jalan?" tuduh Axel. Sisi menggeleng dengan keras. "Aku nggak bohong, Ax. Beneran ada tugas dan harus dikerjain bareng---" "Nggak bisa!" potong Axel cepat. "Cepet naik, gue anterin lo pulang!" Sisi tak menjawab lagi tapi ia menuruti perintah Axel. Sisi tau, Axel tidak akan langsung mengantarnya pulang tapi untuk di bawa pulang ke apartemennya. Ada saja pekerjaan yang Sisi lakukan disana. Sisi menoleh pelan menatap Sila yang berdiri di belakangnya sebelum sosoknya menghilang di balik pintu mobil Axel. "Gue ada tugas. Lo kerjain ntar. Gue mau keluar sama anak-anak." Sisi mengangguk dalam diam. *Flashback Off "Ngapain masih disini? Pulang sana!" usir Sisi. Axel terkejut tapi ia terdiam. Ingatan itu tiba-tiba muncul. Ia juga berpikir kalau pulang dan besoknya ia tidak sekolah, Daddynya pasti langsung melemparnya ke London. "Kok malah ngelamun? Pulang sana!" usir Sisi lagi. Axel tersadar dan menatap wajah Sisi yang tampak kesal. "Selama di skors, gue nginep di rumah lo!" *** Axel menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana yang catnya terlihat kusam. Matanya menatap langkah Sisi yang langsung menuju pintu rumah dan membukanya. Apa ini rumah Sisi? Pikir Ax lalu memilih turun dari mobil mewahnya. Tanpa permisi ia langsung masuk. Sisi membuka lemari pendingin kecil itu dan mengambil sebotol air mineral dingin. Meneguknya ditempat dan kembali meletakkan botol itu ketempat semula. "Lo nggak ngambilin gue minum?" "ASTAGHFIRULLAHAL ADZIM!" pekik Sisi sedikit berjingkat kaget. "Sejak kapan lo disitu?" Axel lalu duduk di sofa biru itu dan mengedarkan pandangannya. "Kan gue tadi bilang, gue mau nginep di sini!" Mata Axel menatap satu persatu foto yang terpajang didinding. Foto kedua orang tua Sisi dan disebelahnya terpampang foto Sisi yang masih kecil. Tertawa kearah kamera dan memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan cantik. "Gue nggak ngijinin lo nginep disini---" "Gue nggak perlu ijin dari lo!" potong Axel. "Gue haus. Mana minumnya?" Sisi mendengus dan menatap kesal kearah Axel. Axel benar-benar cowok paling menyebalkan yang pernah Sisi kenal. Sifat pemaksa dan suka seenaknya sendiri sepertinya tak akan bisa hilang darinya. Dan satu hal lagi, Sisi tidak mau ada Axel dalam kehidupannya, lagi. Tanpa berkata lagi, Sisi memilih masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Axel yang sedang duduk di ruang tamu dan menunggu Sisi mengambilkan minum untuknya. Tapi kali ini Sisi tidak akan menuruti perintah Axel. Karena ia bukanlah Delisia Xiena yang polos dan lugu. BRAK! Sisi melampiaskan kekesalannya dengan membanting pintu kamarnya. Lalu meletakkan tasnya dimeja belajar dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. "Kenapa gue harus ketemu lagi sama lo Ax?" lirihnya. "Kamar lo rapi juga!" Kali ini Sisi dibuat terkejut lagi. Ia menarik punggungnya dari tempat tidur dan menatap tajam Axel yang sudah berdiri diambang pintu kamarnya sambil bersedekap. "Siapa yang nyuruh lo masuk kamar gue? Gak sopan!" sungut Sisi sambil duduk di tepi tempat tidurnya. Axel tersenyum tipis lalu dengan santainya masuk ke dalam kamar Sisi dan langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur Sisi yang tidak begitu besar. "Iiih Axel. Jorok banget sih lo. Itu sepatu lo kotor. Minggir sana!" Sisi mencoba mengusir Axel yang kini tengah tiduran di atas kasurnya. Sisi semakin kesal saat melihat sepatu Axel yang ikut naik ke atas tempat tidur. "Berisik. Gue ngantuk!" "Ya udah sana pulang. Tidur dirumah lo sendiri kan bisa!" "Gue maunya tidur disini!" jawab Axel dengan mata terpejam. Sisi langsung memegang lengan Axel dan menariknya dengan kuat. "Bangun. Gue nggak mau ada bau badan lo nempel dikasur gue!" Tapi tarikan tangan Sisi tak membuat tubuh Axel pindah dari tempatnya. "Bangun Axel!" seru Sisi sambil menarik-narik tangan Axel. Axel tersenyum tipis dan tiba-tiba saja ganti mencekal lengan mungil Sisi. Mata Sisi seketika melotot. Adegan tarik menarikpun terjadi. Axel mencekal lengan Sisi dan berusaha menarik gadis mungil itu. "Axel, lepasin tangan gu----AAWWW!" Saat Axel melepaskan cekalan tangannya secara tiba-tiba, tubuh Sisi langsung terhuyung kebelakang dan pantatnya mendarat mulus di lantai. Ia meringis menahan ngilu. "AXEEEEL!" Axel bangun dan hanya terkekeh pelan tanpa ada niatan membantu Sisi berdiri. Ia malah beranjak dari tempat tidur Sisi dan melangkah keluar dari kamar Sisi. "Masakin. Gue laper!" *** Sisi mau tak mau turun juga ke dapur. Tangannya terus bekerja mengolah makanan sementara mulutnya terlihat komat-kamit. Menggerutu pelan karena Axel yang seenaknya sendiri. Bahkan Axel saat ini duduk dikursi kayu dan menatap kearahnya. "Lo baca apaan? Mantra ya?" tanya Axel saat melihat bibir tipis Sisi terlihat komat-kamit seperti sedang membaca mantra. "Iya. Gue lagi bacain mantra. Biar lo langsung koid habis makan ini!" jawab Sisi sensi. Axel tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. "Lo berubah ya, Si!" Sisi tak menjawab tapi ia sedikit kaget dengan ucapan Axel. Bahkan tangannya sempat terhenti sebentar. Wajahnya berubah sendu. Axel yang menyadari hal itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Sisi. Saat ini ia berdiri tepat dibelakang gadis itu, menatap punggung Sisi. Tangannya terulur menyentuh pundak Sisi dan memutar tubuh Sisi dengan paksa. "Mau apa lagi sih lo?" teriak Sisi dengan mata berkaca-kaca. "Nggak puas lo udah berantakan hidup gue dimasa lalu? Dan sekarang lo mau ngancurin gue lagi?" Axel tertegun menatap wajah Sisi yang kini sudah basah dengan airmata. Sisi menyeka pipinya dengan kasar dan juga hidungnya yang mulai berair. "Maksud lo apa masuk kedalam hidup gue lagi? Nggak puas lo udah bikin memori kelam dalam hidup gue?" Axel menggeleng pelan dan jemarinya terulur menyeka airmata Sisi. Sisi benar-benar tak menyangka mendapat perlakuan seperti ini dari seorang Axel. Semenjak mengenal Axel, tak pernah sekalipun Axel peduli padanya. Tapi apa yang dilakukan Axel kali ini membuat semua saraf Sisi seolah mati sementara. Ia terdiam kaku menatap bolamata Axel yang tampak teduh. Mata hitam itu dulunya selalu memancarkan kebencian dan amarah saat menatapnya. "Maafin gue yang dulu, yang selalu bikin lo nangis dan nggak bisa jaga perasaan lo. Maafin gue yang dulu, yang selalu membuat lo sakit." Sisi tak bisa menjawab. Ia merasakan jemari Axel mengusap pipinya lalu tangannya merayap dan berpindah ke belakang kepalanya. Sisi membiarkannya. Bukan, bukan membiarkannya. Tapi lebih tepatnya Sisi tak bisa berbuat apa-apa. Dan Sisi menyadari satu hal, wajah Axel kian mendekat. Hembusan nafas Axel menerpa sebagian wajahnya membuat mata Sisi terpejam perlahan. Sedikit demi sedikit Axel menekan tengkuk Sisi dan saat pucuk hidung mereka saling bersentuhan, pergerakan Axel terhenti seketika. Kedua mata Sisi terbuka dan Axel melepaskan tangannya dari tengkuk Sisi dengan perasaan kesal. Terdengar bunyi deringan hp dari balik saku jaket yang Axel pakai. Axel mendengus kesal saat menatal layar ponselnya. My Moms calling... "Ya. Mom," sapa Axel sambil melirik ke arah Sisi. Sisi tampak menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Detak jantungnya masih berpacu cepat akibat perlakuan manis Axel. "Udah jam berapa Ax. Kenapa belum sampai rumah juga?" suara Binar terdengar panik di seberang sana. Axel membuang nafas pelan sebelum menjawab. "Aku nggak akan pulang selama 3 hari, Mom---" "What? Memangnya kamu kemana?" "Aku--aku ada kegiatan sekolah, Mom." "Kegiatan sekolah? Menginap di sekolah?" "Mmm," Axel menggaruk tengkuknya. Apa yang harus ia katakan? "Menginap di rumah temen, Mom!" "Kenapa nggak tidur di apartemen aja? Paginya Mommy bakalan anterin sarapan kayak biasanya--" "Tidak, Mom. Aku dan temanku harus menyelesaikan tugas sekolah. Jadi--aku putuskan untuk menginap dirumahnya!" "Kamu nggak lagi boo'ongin Mommy kan, Ax?" Mata Axel sedikit mendelik. Entah kenapa Mommynya ini benar-benar mempunyai insting keibuan yang tinggi. "Tidak, Mom. Aku tidak lagi berbohong---" "Oke. Oke. Mommy percaya. Tapi besok ajak temanmu ketemu sama Mommy. Oke?" "Tapi, Mom---" "Menolak, akan Mommy anggap kamu berbohong Axel dan ingat, London sedang menantimu! Oke. Bye anaknya Mommy Binar. Have fun ya!!" Axel mendesah pelan saat sambungan telpon terputus. Selalu itu saja ancaman kedua orangtuanya. Pandangan mata Axel beralih menatap Sisi yang berdiri didepannya. "Besok ikut gue!" ucapnya singkat dan melangkah pergi, kembali duduk di kursinya. "Males gue. Siapa lo?" Sisi kembali menyibukkan dirinya dengan pekerjaan memasaknya yang belum terselesaikan. "Mommy pengen ketemu sama lo!" *** Surabaya, 12 Mei 2018 *ayastoria
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD