Perjanjian.

1374 Words
Delilah dibawa ke ruangan Ceo, di lantai paling atas. Tidak disangka ternyata ruangannya seperti sebuah rumah mewah. Rumah di dalam rumah. Ada sofa untuk bersantai, LED layar lebar, kamar, meja makan, bahkan dapur. Ada kolam berenangnya juga, lengkap dengan sarana olah raga golf mini. Delilah duduk di sofa, Asisten Jedan memberi nya surat perjanjian pernikahan. "Nona karena anda pemenang audisi maka anda berhak mendapat hadiah utama yaitu taraaaa....inilah dia Ceo Saba group yang tampan Samson Batara," ujar Asisten Jedan menunjuk Saba dengan merentangkan kedua tangannya. "Apa kau sudah bosan bekerja denganku, Jedan?" Saba kesal. "Maaf Tuan muda, tapi hanya Tuan besar yang berhak memecat saya," jawab Jedan dengan sombongnya. "Apa kau pikir aku tidak bisa memecat kamu, mau coba!" Saba nada mengancam melotot pada Jedan. Gleg, "Maaf, Tuan. Saya hanya bercanda agar Nona Dela tidak tegang," jawab Jedan ngeles lalu membacakan hadiah pemenang kontes Ceo mencari istri. "Selain mendapatkan hadiah utama yaitu Ceo tampan Samson Batara, anda juga akan mendapatkan hadiah tak kalah manarik lainnya yaitu hadiah ke dua berupa sebuah mobil sport BMW. Dan satu lagi, hadiah ketiga yaitu sebuah Apartemen deluxe yang baru di bangun di pusat kota lengkap dengan interior." Saba melotot, "Siapa yang bilang?!" sergah nya merampas kertas dari tangan Jedan. "Ini dari kakek anda Tuan, diberikan pada pemenang audisi," jelas Jedan, merampas balik kertas perjanjian. "Bagaimana dia tahu, ah! Aku lupa julukan kamu, si penghianat." Saba nada marah. "Hehe, terimakasih Tuan." Jedan menyerahkan surat perjanjian nikah pada Delilah.."Silahkan Nona, dibaca baik baik." Delilah membaca, mengerut dahi. Pihak I Nama : Syamsudin Son Batara. 26 tahun, jabatan : CEO Pihak 2 Nama : Delilah, lulusan SMA. 18 tahun, jabatan : Cleaning service. Isi perjanjian. 1. Menikah selama 1 tahun. 2. Wajib melahirkan anak. 3. Biaya hidup pihak 1 akan ditanggung pihak 2 4. Selama kontrak kedua pihak tinggal bersama namun tidak boleh ada sentuhan fisik. Delilah mengernyit, "Bagaimana bisa hamil kalau tidak ada sentuhan pisik?" tanya nya dengan polosnya menatap Jedan. Hah! Desah Saba. "Jadi kamu berharap juga aku sentuh, mau aku tidur dengan muka buruk mu ini! Bersyukur lah kamu tidak aku sentuh sehingga hidupmu tidak berakhir jadi rongsokan," ketus Saba mendorong kening Delilah. Ah! Pekik Delilah karena kuatnya dorongan Saba, hampir saja tubuhnya terbalik jatuh ke belakang. "Aish, kenapa aku menyentuh nya," gerutu Saba langsung ke wastafel mencuci tangannya. Cis, dengus Delilah mengusap keningnya. "Maaf Nona, tidak usah diambil hati. Pada dasarnya, Tuan muda sangat baik hati." Saba melototi Jedan, Jedan tersenyum tawar. "Tanda tangan!" senyum Jedan pada Delilah. "Baik apanya?" gumam Delilah masih bisa didengar Saba. "Tanda tangan atau mati!" tegas Saba ketus, melempar tisu bekas mengeringkan tangannya ke wajah Delilah. Orang tampan kasar sekali, batin Dela. *** Jedan membawa mobil ke Mansion Kakek Batara, Delilah duduk di depan di samping Jedan yang nyetir. Anehnya walaupun Delilah buruk rupa tapi dia sangat wangi. Wangi yang beda menyejukkan indra penciuman Saba ingin mendekat padanya, menyesal menyuruh gadis itu duduk di depan bersama Jedan. Sampai di mansion, Delilah digiring menghadap kakek untuk diperkenalkan sebagai calon cucu menantu. Kakek menyambut Delilah, melihat nya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kakek Batara sudah tau mengenai audisi di perusahaannya, ternyata ini pemenang nya. Kerena kakek tidak ada masalah dengan orang jelekk makanya ia tidak mempersoalkan nya. Tak ayal kakek Batara heran. Apa ada masalah dengan penglihatan Samson, kemana seleranya terhadap perempuan cantik pergi. "Samson, acara pernikahan akan dilangsungkan dengan meriah. Semua kolega harus diundang." ujar Kakek. "Tentu saja, bila perlu seluruh dunia tau,...." jawan Saba. Terutama Angel, dalam hati Saba menarik ujung bibirnya. "Siapa nama kamu, gadis manis?" tanya Kakek pada Delilah. Uwaeeek, Saba hampir muntah. Dasar kakek, paling suka dengan orang jelekk tapi nikah mau sama yang cantik. Batin Saba teringat neneknya kan cantik itu banget. Kalau gak dari mana dia mewarisi wajah tampannya kalau gak dari Nenek dan Kakek nurun ke Papa dan Mamanya juga cantik. "Dela kek, Delilah." jawab Delilah. "Mulai hari ini Dela tinggallah disini." ujar Kakek. "Sebaiknya nanti saja kalau jadi menikah, saya juga perlu mengemas barang barang dari kost-an." jelas Delilah. "Apa kamu berniat kabur?" ketus Saba. "Oh, tentu saja tidak. Hadiahnya sangat menggiurkan kenapa harus kabur," jawab Delilah. "Bagus, gadis pintar." Kakek tersenyum lebar, suara dan keharuman tubuh ini hanya dimiliki seorang bidadari yang berasal dari Surga. "Tidak perlu, Jedan sudah mengemas nya sekarang dan membuang nya jauh!" suara Saba ketus. "Ooo, maksudnya." Delilah melongo. "Iya Dela, ada di kamar Samson." Kakek tersenyum manis pada Delilah. "Tanggal pernikahan telah ditetapkan satu minggu dari sekarang," Saba. Secepat itu, batin Dela. ________ Satu perusahaan kembali heboh. Beberapa mereka protes dikarenakan Delilah tidak ikut audisi, bagaimana bisa menang. Karyawan yang ikut audisi membuat surat protes pada Manager HRD yang telah ditandatangani oleh semua peserta audisi tidak terkecuali. Brakk! Manager HRD mengebrak meja, rahang di wajahnya mengeras. "Apa kalian lakukan ini ingin menghancurkan karier saya! Saya sendiri sudah mendapat hukuman potongan gaji setengah bulan karena tidak mengikut sertakan Dela, siapa yang tau kalau Tuan Saba mencari yang terjelek diantara yang terjelek!" Manager suara keras marah marah pada perwakilan karyawan yang protes, matanya melotot seperti mau keluar dari rongga nya. Akhirnya perwakilan semua bubar, kembali ke devisi mereka masing masing dengan hati dongkol. Manager HRD terduduk lemas, setelah sendirian ia pun menangis meratapi gajinya yang tidak utuh. Di luar ruangan Manager. "Delilah si buruk rupa adalah pemenang audisi, benar benar gak fair. Si bos mah curang," si d**a montok protes. "Apa si bos sudah gila, masa milih yang paling buruk diantara yang buruk," celetuk yang lainnya. "Siapkan saja dandanan kalian yang paling buruk saat menghadiri pesta pernikahan siapa tau si bos berubah pikiran setelah melihat ada yang lebih buruk lagi dari si Dela," usul si Kurus tinggi langsing. "Memang harus begitu sebagai usaha terakhir. Aku akan datang dengan dandanan paling menjijikkan, tunggulah kau Dela," si montok menyeringai. "Tapi untuk apa Saba memilih yang terjelek? Apa mungkin untuk dijadikan tumbal, gak mungkin kan Tuan Saba mau tidur dengan Dela?" Semua mata tertuju pada si kutilang. "Kamu mau membuat gosip Tuan Saba melakukan pesugihan untuk menjadi kaya? Kalau ucapan mu kedengaran Tuan Saba, habislah kau!" Gleg, si kutilang menelan ludah sudah payah. * Di rumah kakek Batara. Setelah mandi Delilah make over dirinya menjadi buruk lagi, di kamar mandi. Itu karena Dela khawatir kalau kalau melakukan nya di ruang tidur, ada dipasangi CCTV. "Hm, orang kaya tidak bisa dipercaya," gumam Delilah. Tok tok tok. Terdengar suara ketukan di pintu. "Siapa?" tanya Dela. "Nona ditunggu di ruang makan, saatnya makan malam," suara pelayan rumah Kakek Batara. "Iya, sebentar saya keluar," jawab Dela segera membenahi pakaiannya lalu keluar dari kamar mengikuti si pelayan. Di ruang makan, sudah ada kakek duduk di meja makan ujung dan Saba sudah duduk samping kanannya. "Duduklah Dela, di sini," ujar Kakek menunjuk bangku sebelah kirinya. Hm, Delilah mengangguk setelah nya ia duduk hadap hadapan dengan Saba. "Ah, kakek yakin mau ngajak dia makan bersama?" tanya Saba seketika hilang selera. "Memang nya kenapa, ada masalah?Dia itu calon istrimu, pilihan hati mu," ujar Kakek Batara. Pilihan ku tapi bukan pilihan hatiku. Kalau gak melihat wajahnya, gadis buruk ini wanginya menyenangkan dan juga suaranya enak di dengar telinga. Lebih baik tidak melihat wajahnya, dari pada muntah. Dalam hati Saba. "Kamu pindah, duduk di sini!" tepuk Saba di bangku sebelah duduknya. Kakek Batara mengangguk tersenyum pada Delilah. "Pergilah Dela," ujar Kakek Batara. "Baik Kakek, permisi." Delilah bangun dari kursinya, pindah duduk di samping Saba. Selesai makan, Saba memanggil Delilah. "Kamu hanya satu minggu di sini, setelah itu ikut aku ke Apart. Sekarang aku pergi dulu," pamit Saba. Hm, Dela menganggu. *** Sepeninggal Saba, kakek Batara duduk bercengkrama dengan Delilah. "Delilah, cerita kan tentang dirimu?" tanya Kakek. "Cerita apa, kek?" tanya Delilah. "Tentang orang tua kamu misalnya," ujar Kakek Batara. "Orang tua saya sudah lama meninggal, saya diasuh nenek yang juga baru saja meninggal." jelas Delilah. "Sehari hari saya sekolah, mengulang pelajaran di rumah membantu nenek Almarhumah. "Baiklah Dela, anggap saja rumah sendiri. Kakek mau istirahat dulu," pamit kakek Batara hendak berdiri dia oyong hampir jatuh beruntung Delilah segera menangkap nya. "Kakek, gak papa?" tanya Delilah. "Sedikit pusing, maklum sudah tua," jawab Kakek senang atas perhatian Dela. "Saya akan mengantar kakek ke kamar, apa kakek tidak keberatan?" "Tentu saja tidak," jawab Batara. *** Tap love nya ya guys, follow akun juga biar terus terupdate.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD