Audisi

1163 Words
Satu perusahaan heboh setelah mendengar pengumuman dari Manager HRD, Tuan Muda Saba membuat audisi mencari istri. Tidak terkecuali, dari kalangan eksekutif sampai tukang cuci WC asalkan jenis kelamin wanita boleh mendaftar. Wanitanya juga harus perempuan tulen, bukan wanita jadi jadian. Kalau ketahuan memalsukan identitas akan dihukum seberat beratnya. Hukuman berat apa, gak tau pokoknya berat. Mungkin disuruh mangku bumi, entahlah. "What, apa otaknya terantuk. Ada apa dengan model model cantik yang dikencani nya, si casanova malah cari istri dari kalangan perusahaan yang kebanyakan buruk semua." Di kamar mandi mereka bergosip sambil make up, ibarat upik abu berharap jadi cinderella. Bermimpi menikahi sang pangeran tampan Samson Batara. "Bagaimana, apa dandanan ku sudah cantik?" tanya yang satu pada yang lain nya. "Tolong ambilkan photo aku yang terbaik. Kalau aku terpilih, aku tidak akan melupakan kalian," ujar yang kurus tinggi langsing. Delilah keluar dari toilet, semua yang di kamar mandi menoleh padanya. "Hi Dela, kamu ikut audisi juga?" tanya seorang karyawan berbadan penuh daging. "Audisi apa?" tanya Delilah kebingungan. Dia baru sampai langsung ke toilet karena mengayuh sepeda jadi beser. "Apa Manager tidak memberitahu kamu, Tuan Saba mencari istri?" tanya yang bermata sipit. Sudah lama ia mengumpulkan uang mau operasi kelopak mata ganda ke korea namun belum kesampaian juga. "Hahaha, tentu saja dia tidak diberitahu karena percuma saja tidak akan terpilih juga. Dengan penampilannya itu, kita yang sudah termasuk kategori jelek ternyata masih ada yang lebih jelek, ck ck ck ck," sambung yang berdada besar, membusungkan dadanya kali aja si tampan Saba nyari yang d**a montok. Hm, ya sudah kalau gak boleh ikut. Toh aku cari suami orang biasa asalkan setia, bukan Ceo sombong yang suka main perempuan itu. Yeakh, siapa sudi jadi istrinya. Gumam dalam hati Delilah keluar dari kamar mandi di depan locker bertemu Supervisor. "Dela, hari ini ada audisi Ceo mencari istri. Karena semua karyawan wanita ikut serta, kamu bantu saya mencatat nama nama mereka. Nanti kamu yang akan memanggil mereka satu persatu." Supervisor memberi tugas Delilah. "Baik, Pak," jawab nya. *** Di ruangan Aula yang luas, Delilah menyusun daftar nama nama peserta yang ikut audisi. Peserta hanya diminta berjalan di depan Tuan Saba, dari ujung ke ujung panggung. "Baiklah..," gumam Delilah menarik nafas pelan. Ada Sekitar lima ratus lebih kontestan yang ikut audisi, dari mulai janda sampai anak gadis. Yang sudah bercerai dan bahkan sudah menikah lagi ada beberapa, tidak mau ketinggalan. "Hanya suami gila yang membiarkan istrinya ikut," gerutu Delilah saat melihat catatannya. Aula sudah dipenuhi para kontestan, berkelompok menurut devisi masing masing. Tinggal menunggu CEO tampan memasuki ruangan. Tibalah saat yang ditunggu tunggu, eng ing eng.. Tuan Saba masuk Aula dengan sangat tampan, aura dingin dan putih pucat seperti vampir. Tidak terlihat ada tanda tanda kehidupan yang terpancar dari wajahnya, bibirnya merah seperti baru menghisap darah. Sesuai julukannya sang casanova, banyak barang bekasnya di mana mana teronggok jadi sampah rongsokan. Seolah ada aturan tertulis bahwa setiap perempuan yang sudah berkencan dengan Saba tidak boleh lagi dipakai orang lain. Itu karena ada seseorang yang nekad berkencan dengan perempuan bekas Saba, keesokan harinya juniornya putus, ujungnya terpenggal. Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani menggunakan wanita bekas Saba, lumayan sedikit berkurang juga perempuan yang mengejar uangnya atau sekadar mendapatkan pelukan darinya karena takut akan berakhir jadi barang rongsokan. Hanya perempuan yang butuh uang saja yang mau berkencan dengan Saba, I think. Sekarang sang casanova mencari istri, akankah petualangan cintanya akan berakhir setelah menikah is the question and big NO for the answer. "Baiklah para kontestan diharap tenang, acara akan segera dimulai." Manager HRD menenangkan suara suara yang terdengar memenuhi Aula seperti suara lalat hijau bergerombol mengerumuni feses. "Tuan Saba yang akan memilih sendiri, jadi harap berlapang d**a bagi yang tidak terpilih. Harap jangan terlalu gembira bagi yang menang," lanjut kepala HRD membuka kata sambutan. "Delilah," panggil Kepala HRD, Delilah bergeming. Ck, "Dela!" panggil HRD lagi sedikit lebih keras. "Eh i-ya, saya Pak," jawab Delilah tersipu, apa dia ketahuan dari tadi mencuri pandang pada Ceo yang tampan dan memang sangat tampan bukan kaleng kaleng. Manager melotot pada Delilah agar fokus dengan tugasnya. "Hehe," Dela cengengesan maju ke depan membawa catatannya. Saba mengernyit melihat penampilan Delilah seketika perutnya bergejolak mual serasa mau muntah, amit amit jeleknya. Delilah memanggil satu persatu nama nama peserta audisi. Hm, Saba terpesona mendengar suara Dela yang lembut sangat merdu di telinga. Kupu kupu berterbangan di wajah saba seperti di taman bunga. Saba jadi tidak fokus melihat kontestan, tatapannya tak lepas dari Delilah sambil senyum senyum sendirian. Sepertinya kamu telah menemukan pemenangnya, bahkan sebelum audisi dimulai. Dalam hati asisten Jedan melihat pada Saba dan Delilah bergantian. Menjelang Sore setelah satu kali istirahat, sampailah pada peserta urutan terakhir. Tidak ada lagi yang tersisa di dalam ruangan Aula selain Manager HRD dan Delilah, berhadapan dengan Saba dan asisten Jedan. "Kamu, berjalan di situ!" titah Saba pada Delilah menunjuk panggung. Delilah terperangah. "Saya tidak ikut mendaftar, Tuan," tolak nya keberatan. "Apa! Kenapa kamu tidak ikut, bukankah saya perintahkan semua wanita tidak terkecuali harus ikut! Apa kamu bukan wanita!" Bentak Saba tiba tiba marah, ternyata ada karyawan yang berani membantah perkataannya Delilah terjengkit kaget tidak terkecuali manager HRD. "Maaf, Tuan?" ucap Dela tertunduk ketakutan pada tatapan Saba yang tajam. "Berikan satu alasan, kenapa kamu tidak terdaftar atau kamu akan dipecat sekarang juga dan jangan lupakan hukuman yang akan kamu dapatkan!" Saba menghardik dengan suara keras menggelegar. Delilah semakin menciut. Aih, kemana lagi nyari kerja yang menerima orang bertampang jelek. Lagi pula gaji di Saba group paling banyak diantara semua perusahaan di ibu kota. Batin Delilah gelisah takut dengan ancaman Saba. Manager HRD menelan ludah susah payah, menanti dengan berdebar apa jawaban Delilah karena dia yang salah. Tidak inform pada Delilah adanya pengumuman CEO mencari istri. Dia kira karena Delilah terlalu jelek jadi ya percuma saja ikut, toh tidak akan terpilih. Mana aku tau kalau Tuan Saba nyari yang jelek, batinnya mulai keluar keringat dingin. "Karena anda bukan tipe saya, Tuan!" jawab Delilah takut takut, seketika HRD bernafas lega. "Hahahaha." Saba tertawa terbahak bahak, memegangi perutnya. Jedan sebagai asisten yang mengasuh Saba sedari kecil baru kali ini melihat nya tertawa sampai terpingkal pingkal bahkan keluar air mata. Ternyata tertawa Tuan muda sangat indah, sehingga Jedan mengabadikan di ponselnya. Cekrek, cekrek 3x. Ada enam photo yang dapat ditangkap termasuk wajah Delilah yang termasuk, sengaja. Semoga ini jadi kenangan yang indah bagi anda berdua, batin Jedan. "Banyak perempuan yang mendamba jadi kekasihku, kamu bilang aku bukan tipe kamu. Apa kamu tidak ngaca betapa jeleknya kamu, aku mau tau tipe kamu seperti apa?" tanya Saba. "Jelek seperti saya, Tuan," jawab Delilah suara pelan. "Hahahaha." Saba kembali tertawa. "Jedan, aku memilih nya," tegas nya meninggalkan ruangan Aula. "A-apa!" Delilah terperangah. "Baik, Tuan muda. Silahkan Nona ikut saya, please!" Asisten Jedan suara memaksa, agar Delilah jangan membantah. Delilah ngalah dirinya diseret Jedan mengikut berjalan di belakang Saba. Tiba tiba Saba berbalik badan, Delilah terjengkit kaget. "Beri hukuman pada Manager HRD, kenapa perempuan buruk ini tidak ikut Audisi!" titah Saba pada Jedan, menatap sinis menunjuk Delilah. ****** to be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD