Kalimat ijab qabul akhirnya mengalun memenuhi ruangan sempit itu. Kedua saksi sudah mengucap sah. Satu kecupan Wira daratkan pada kening Rinai. Wira mencium punggung tangan Om Steven dan Harum sebagai permintaan restu. Hati Satrio yang hancur, setidaknya terobati dengan senyuman tulus dari bibir mungil Rinai. Gadis yang terbaring di ranjang pasien itu masih terlihat lemas dan pucat. Satrio memeluk Wira singkat dan mengucap selamat. Sebagai seorang ksatria seperti yang tersirat pada namanya. Satrio bersikap tegar. Dia ikut bahagia karena Rinai berada pada orang yang seharusnya. “Gue memang selalu kalah satu langkah di belakang lu, Tan! Congrats, ya, Bro!” “Lu memang sobat terbaik gue, Sat! Moga lu cepet dapet pengganti Rinai di hati lu! Sorry, untuk hal ini gue gak bisa ngalah!” K

