Bab44 - Hari yang Terlalu Singkat

1401 Words

Pagi itu, Miura terbangun bukan karena alarm atau cahaya matahari, tapi karena aroma kopi hitam pekat yang memenuhi kamarnya. Begitu membuka mata, ia mendapati Yulianto duduk di sofa, menatap layar ponselnya sambil sesekali tersenyum tipis. Di meja kecil, ada secangkir kopi untuknya, lengkap dengan roti panggang yang dioles selai stroberi. Miura mengucek matanya, rambutnya masih berantakan seperti awan badai. “Mas Yuli… itu sarapan buat aku?” tanyanya, suaranya serak tapi manja. Yulianto menoleh, tersenyum tipis. “Buat kamu, iya. Tapi kalau nggak mau, ya… buat aku semua.” Ia pura-pura mau menggigit roti itu. Miura buru-buru bangkit, berjalan pelan sambil memeluk guling. “Nggak, nggak! Itu punyaku!” Ia mengambil roti dari tangan Yulianto, lalu duduk di sampingnya. “Lihat, Lao Po… kamu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD