Langit Semarang tampak bersih malam itu. Jendela kamar rumah mereka di Semarang Barat terbuka lebar, angin mengusap tirai dengan lembut, membawa aroma melati dari halaman belakang. Di dalam kamar yang tenang itu, hanya ada Miura dan Yulianto, berbaring bersebelahan di atas ranjang, saling memandang dalam hening yang hangat. Phoenix sudah terlelap di kamarnya setelah berlarian seharian, dan akhirnya malam ini, malam yang ditunggu-tunggu itu datang: malam milik mereka berdua. "Miura..." Yulianto membuka percakapan dengan suara rendah. Ia memutar tubuhnya menghadap istrinya, mengusap ujung rambut Miura yang menjuntai ke pipi. "Ada satu hal yang tak pernah aku tanya, karena aku takut... takut jawabanmu akan membuatku hancur. Tapi malam ini... aku ingin mendengarnya." Miura mengangguk perlaha

