sederhana milik keluarga Yulianto, masih ada satu cahaya kecil yang menyala: dari ruang belakang, tempat Miura melangkah perlahan dengan pakaian olahraga gelap, menyelinap melewati Yulianto dan Phoenix yang tertidur di ruang tengah. Kadang, Phoenix tertidur di sofa, menempel pada ayahnya yang masih duduk dengan laptop terbuka. Kadang pula Yulianto sudah tergolek di lantai beralaskan karpet bulu, dengan Phoenix tergeletak di pelukannya, boneka harimau kecil masih menempel di tangan. Pemandangan itu selalu menghentikan Miura sejenak. Ia berdiri di ambang pintu, menatap mereka. Laki-laki yang pernah ia tinggalkan karena dunia, kini menjadi dunia yang tidak ingin ia tinggalkan. Dan anak kecil yang dulunya hanya khayalan tentang masa depan, kini menjadi alasan dari semua yang ia perjuangkan.

