13. pengen kawin, aja

1105 Words
"Oca makan siang yuk?" Oceana yang mendengar itu sontak mendongakkan kepalanya menatap Anya dan Bella. Sejujurnya dia juga ingin sekali ikut makan siang. Terlebih lagi cacing-cacing perut Oceana sudah meronta-ronta meminta makan tapi pekerjaannya masih sangat banyak. Jika tidak dikerjakan sekarang, bisa-bisa dia terkena semburan maut dari mulut pedasnya Sean. Membayangkan saja sudah membuat telinga Oceana berdengung. "Kalian duluan aja, kerjaan gue belum selesai," jawab Oceana seraya kembali memfokuskan pandangannya ke arah layar monitor. Anya dan Bella saling pandang, sebelum akhirnya mengangguk mengerti. "Yaudah, kalo gitu kita duluan ... Nanti lo nyusul aja ke tempat biasa kita makan." "Good luck yah Oca." Oceana hanya menganggukkan kepala dan kembali fokus mengetik laporannya. Sementara teman-teman sudah berjalan pergi ke kantin kantor. Tak tak Terdengar jelas bunyi ketukan keyboard yang beradu. Jari-jari tangan Oceana tak henti-hentinya mengetik satu demi satu kata. Sesekali tangannya terlihat membuka lembaran dokumen. "Mbak Oca, tidak pergi istirahat?" tanya Lucas yang entah sejak kapan dia sudah berdiri di belakang kubikel Oceana. "Iya belum nih, masih ada sedikit kerjaan," jawab Oceana seraya tersenyum simpul. "Ohya Lucas, Panggil aja Oca tanpa embel-embel Mbak." Bukan apa-apa, Oceana hanya merasa kurang suka dipanggil dengan sebutan Mbak. Masa dia cantik cetar membahana mirip Lisa blackpink dipanggil Mbak. Tidak lucu kan? Muehehe. Lucas menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tampak malu-malu. "Iya Mbak e-eh maksud aku Oca," jawab Lucas terdengar sangat kaku. Oceana yang mendengar kekakuan lucas sontak tersenyum simpul. "Nggak usah kaku gitu, ngomongnya biasa aja ... lagian kita kan udah jadi teman sekantor." "Teman?" tanya Lucas ekspresinya tampak berbeda. Oceana menganggukkan kepalanya. "Iya teman ... kenapa lo nggak mau yah berteman sama gue?" tanya Oceana seraya menatap mata Lucas. Dengan panik Lucas menggelengkan kepala pelan seraya mengibas-ngibaskan tangannya "M-maksud gue nggak gitu, gue mau kok ... Gue seneng banget malah bisa mendapatkan teman kayak lo." "Syukurlah, jadi mulai sekarang kita udah resmi berteman." "Iya, Ohya ...." Lucas menyodorkan sebotol minuman yang baru dibelinya ke arah Oceana. "Ambil ini." Oceana menatap botol minuman yang Lucas sodorkan kepadanya dengan tatapan bertanya-tanya. "Itu buat gue?" tanya Oceana seraya menunjuk dirinya sendiri. Lucas menganggukkan kepalanya seraya tersenyum simpul. "Iya, tadi gue beli minuman dua. Satu buat lo dan satu lagi buat gue," jelas Lucas panjang lebar. "Oh, oke makasih banyak," jawab Oceana seraya tersenyum lalu mengambil botol minuman yang ada di tangan Lucas. "Tau aja lo kalo gue lagi haus. Hehe." Baru juga Oceana ingin membuka tutup botolnya tetapi tiba-tiba saja Sean datang dan langsung merebut minuman pemberian Lucas dari tangan Oceana. "Wah kebetulan banget saya lagi haus." Oceana yang mendengar itu sontak terbelalak kaget. "Bapak apaan sih? Itukan minuman yang dikasih Lucas buat saya kenapa malah Bapak yang ngambil?!" dengus Oceana kesal seraya berusaha mengambil kembali minumannya. "Sini balikin!" Sean melirik Oceana sekilas, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Lucas. "Anak baru siapa namamu?" "Nama saya Lucas Pak." "Oke Lucas, minuman ini saya ambil nggak apa-apa kan?" tanya Sean seraya melototkan matanya, seakan-akan mengkode Lucas untuk mengiyakan pertanyaannya. "Tapi itu kan ...." "Tuh kamu udah dengar sendirikan? minuman ini boleh saya ambil." Dengan cepat Sean menyela ucapan Lucas seraya tersenyum meledek. Oceana menatap Sean dengan tatapan tidak percayanya. "Lho, mana bisa gitu Pak, Lucas aja belum selesai ngomong udah Bapak potong!" "Yah bisalah, orang ganteng dan kaya Raya seperti saya ini mau ngapain aja bebas," ujar Sean memuji-muji dirinya sendiri dengan penuh percaya diri. Ciuh, rasanya Oceana ingin muntah mendengar betapa narsisnya Sean, iya Ganteng sih ganteng tapi sayang kewarasannya sangat diragukan. "Please Pak, balikin minuman itu. Mending Bapak beli aja yang baru," ujar Oceana mencoba membujuk Sean. Pasalnya Oceana sudah sangat haus. Dia mau beli sendiri tapi mager. Namun bukannya mengembalikan minuman Oceana, Sean malah meneguk minuman itu hingga habis tidak menyisakan sedikitpun. "Iyaiya ini saya balikin," ujar Sean dengan wajah songongnya dia meletakkan botol kosong itu di atas meja Oceana. Oceana yang melihat itu sontak melototkan matanya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Dia benar-benar tidak habis pikir. Bos macam apa dia? Padahal dia kaya Raya tapi bisa-bisanya dia mengambil minuman karyawannya sendiri. Benar-benar nggak elit banget. "Bapak kok jadi orang nyebelin banget sih, giliran botol udah kosong baru dikasihin ke saya!" demel Oceana penuh kekesalan. "Iya saya tau kok, saya orang ganteng." Oke fiks tidak usah diragukan lagi, Sean 100% aneh. Pasalnya Oceana ngomong apa tapi dia jawabnya apa. Bener-benar nggak nyambung. 'Dahlah, Oca. Orang waras mah ngalah aja.' ••• Tak terasa jarum jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Oceana terlihat baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam apartemennya. Dia melemparkan tasnya ke atas kasur sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya. Oceana kembali terlonjak duduk sesaat setelah mengingat paket yang baru saja di dapatkannya. Dia segera mengambil paket itu. "Kira-kira isinya apaan yah?" tanya Oceana pada dirinya sendiri. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Oceana segera membuka paket itu, begitu dia berhasil membuka paketnya, mata Oceana langsung terbelalak kaget. Bagaimana tidak kaget. Paket itu ternyata berisi Album solonya Baekhyun bukan hanya satu, tapi dua album sekaligus dari yang pertama sampai yang paling terbaru. Namun anehnya dia tidak menemukan satupun petunjuk siapa yang orang yang mengirimkan ini. "Aneh banget, tapi yaudahlah gapapa, lumayan kan gue bisa dapet album gratis," ujar Oceana seraya tersenyum senang. tidak ingin mengambil pusing masalah ini. Lagian rezeki tidak boleh ditolak kan? Oceana kembali merebahkan tubuhnya. "Huft, capek banget," keluh Oceana seraya menutup dahinya dengan pergelangan tangan. Tidak hanya, tubuhnya yang terasa capek tapi pikirannya pun ikutan terkuras habis. Hari ini, entah kenapa kelakuan aneh Sean semakin menjadi-jadi. Rasanya Oceana tidak tahan lagi bekerja dengannya. Kalau begini caranya, Oceana pengen cepat-cepat kawin e-eh salah, maksudnya nikah. Muehehe. Di sisi lain, Dante terlihat duduk di kursinya seraya menghembuskan asap rokoknya. Sementara Di depannya sudah berdiri dua orang anak buahnya. "Jadi gimana apa kalian udah berhasil menemukan semua informasi saya inginkan?" tanya Dante tanpa menatap anak buahnya. "Maaf Bos, kami belum berhasil menemukan satu informasi pun," jawab anak buahnya dengan sesopan mungkin. "Orang itu sepertinya bukan orang biasa, sangat sulit mendapatkan informasinya Bos." Dante yang mendengar penjelasan dari anak buahnya sontak mendongakkan kepalanya menatap kedua anak buahnya. Sebelum akhirnya dia mematikan puntung rokoknya. "Hmm kalo begitu cari terus dan jangan berhenti sampai kalian berhasil mendapatkannya," jelas Dante dengan santai. Namun terdengar sangat tegas. "Baik bos kami mengerti," jawab mereka seraya menunduk hormat lalu segera pergi meninggalkan ruangan Dante. "Gue nggak nyangka, ini akan jadi sangat merepotkan," gumaman Dante seorang diri seraya menyandarkan punggungnya. "Terlalu banyak lalat yang berkeliaran." Sementara itu, di waktu yang bersamaan namun ditempat yang berbeda. Lelaki berhoodie terlihat duduk di depan layar, dimana terdapat rekaman yang dia ambil secara diam-diam, tidak ada kata yang terucap di bibirnya. Lelaki itu hanya menyentuh bibirnya seraya menyeringai dengan sangat misterius.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD