Part 2

1225 Words
Aku duduk diatas gedung sekolah menatap pemandangan kota yang sibuk dari sini. Dengan tetesan air mata yang kutahan sebisa mungkin, suap demi suap aku memakan nasi goreng yang telah ku buat. Nasi goreng dalam muluku telah bercampur dengan air mata yang tidak berhenti menangis memikirkan kejadian pagi tadi. " Apa yang harus aku lakukan lagi Raka? Agar kamu menoleh kearahku." Batinku dengan isakkan. "Apa kesalahanku sampai sebegitunya kamu membenciku." Raungku *** Olive's PoV " Hei, dek! Boleh masuk?" Aku menolehkan sedikit kepala dari balik pintu takut mengganggunya. "Kakak! silahkan kak, Ada keperluan apa?" Jawabnya ramah mempersilahkan ku duduk. "Sibuk?" " Tidak terlalu." Aku mengatur nafas mencoba merangkai kata agar tidak menyinggungnya. "Kenapa marah-marah tadi pagi dengan Nia? Kasian loh,Ka. Anak orang kamu buat nangis." "Kenapa? Kakak mau bela dia sama seperti Aileen?" Liriknya mengangkat alis mata. " Kurang apa coba? Nia itu anak yang manis, cantik, oia yang paling penting dia baik." Raka membuang nafas. "Aku nggak suka aja, dia sangat agresif sebagai wanita." " Ka, dia seperti itu karena kamu, cintanya kepadamu yang membuat dia berubah. Setahu kakak, Nia itu anaknya pendiam, itu yang Aileen bilang ketika dia bertemu Nia. Nah ! karena kamu dia berubah, tahu ngga? Dia rela masuk IPA hanya untuk menjadi Dokter demi kamu." " Cinta nggak bisa dipaksa kak." Jawab Raka " Lagian dia masih kecil, pake cinta segala. 7 tahun kak. 7 tahun beda dia dengan Raka." Raka menunjukan angka 7 kearahku. "Apa nya yang salah, banyak kok pasangan yang saat ini berbeda jauh umur mereka, why not?"Sambungku mencoba membela Nia. " Lagian kamu udah sepantasnya menikah." Tambahku. " Iya, tapi bukan dengan dia." Raka memotong perkataanku. "Dicoba dulu Ka, kaka suka dengan dia. Nanti kalau dia udah bosan ngejar kamu. Kamu bakalan nyesel loh." Godaku. " Kakak ada keperluan lain?, Kalau tidak, aku mau makan siang di luar." Raka berdiri dari tempat duduknya. Aku menggodanya lagi." Kalau kamu nggak mau, kakak kenalkan saja dia dengan teman kakak sesama dokter." " Terrserah." Jawab Raka cepat. *** Aileen's PoV Aku mencoba menghampiri Nia di rumahnya, sejak pelajaran berakhir tidak ku temukan batang hidungnya. Aku juga heran apa yang dilihat Nia kepada kakakku yang sedingin es itu, ya aku akui kak Raka itu ganteng. Ganteng banget malah, dengan tinggi 185 cm serta bentuk badan yang sangat menggiurkan, aku jamin setiap wanita akan rela memberikan tubuhnya untuk kak Raka. Awas saja Nia termasuk salah satu wanita seperti itu, aku tidak akan rela. Tanpa salam dan ketukan pintu, aku masuk menerobos rumah Nia dan langsung berlari ke kamarnya. Ya siapa tahu dia melakukan sesuatu yang di luar akal sehatnya. Walaupun aku merasa dia tidak punya akal lagi setelah bertemu si dingin kak Raka. " Oh syukurlah Tuhan." Kataku berhamburan ke ranjang Nia yang ukuran Queen size. " Kenapa? Kamu pikir aku bakalan lakuin hal gila,hah? Seperti bunuh diri" Tuduh Nia. Aku mengangkat bahu. Nia menyandarkan tubuh mungilnya di besi tempat tidur." Nggak bakalan kali, kalau bunuh diri itu sama saja memberi kesempatan emas buat cewek- cewek lain buat dekatin yayangku my baby handsome in the world...BIG.... NOOOOOO" Teriaknya memekakkan telingaku. "Ya, kupikir bakalan nyerah ngejar kak Raka yang sok jual mahal dan belagu itu." " Leen, mungkin nggak ya aku itu kurang tinggi kalinya makanya kak Raka nggak suka." Tanya Nia sekenanya. "Emang sih kalau kamu berdiri dengan kak Raka kayak melihat anak ama bapak, secara Raka tingginya aduh hanya dia dan tuhan aja yang tahu, nah kamu hanya setinggi biji kecamba." Aku mencoba membuat suasana lucu. BUUUKKKK. Nia menumpukkan bantal ke wajah cantikku. " Dasar calon kakak ipar tiri. " teriakku " Kalau tahu bakalan nyiksa kayak gini , nggak bakalan ku restuin ama abangku yang super duper ganteng dan sok oke." " Alien.. Alien." Dia mendekatiku " Sekali lagi manggil Alien, ku jamin bakalan memihak kak Raka lihat aja ntar, dasar kakak ipar durhaka." Aku pura-pura marah. "Iya...iya sorry deh. Bisa nggak ya tinggiku bisa nambah gitu, buat ngimbangin tingginya suami masa depanku?" Nia mengedip genit. "huahaha,dasar kecamba, sekali kecamba nggak bakalan bisa jadi kelapa. huauauuahahha" Aku tak bisa menahan tawa dengan pertanyaan lugu Nia. Nia merajuk." Kan...kan..pake ngeledek, ngak kakak nggak adek sama aja bikin atit hati." "Nah!!" sambungnya bangkit semangat 45. "Bagaimana kalau kita ngirim kaka Raka keluar angkasa? Disana kan dekat tuh ama matahari, siapa tahu bisa melumer kayak coklat?" lanjutnya tak kalah b**o. " Rela,buk? Hmm setahu ane dirimu nggak bakalan hidup kalau nggak liat tuh Gunung Himalaya." "Iya juga sih." Sungut Nia "Atau aku implan p******a gimana?, ya siapa tahu doi lirik dikit, dikit aja juga nggak apa-apa. Apalagi kalu disentuh." Lanjut Nia polos. Kayaknya otak sobat gue ini udah nggak bisa ketolong lagi. " Dasar ABG m***m . Jangan pikir kak Raka bakalan tambah cinta, yang ada dia bakalan tambah benci. Kak Raka itu sukanya yang natural aja." Aku mengingatkan. " udahlah! Bisa nggak ya sehari aja nggak bicara tentang suami masa depanmu itu?" Nia hanya geleng- geleng kepala. Ok, fix sahabatku gila. Kami berdua sama-sama hening. Nia sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan diriku memikirkan sesuatu sambil melihat sekeliling kamar Nia. " Nia!" Aku memecahkan keheningan. "hmmmmm" Jawabnya singkat. Drrrtttt. Sebelum melanjutkan pertanyaan yang ingin ku lontarkan, telfon Nia berdering. " Yoii my brotha." Sahut Nia ceria. "Udah kakakku sayang." Oh, telfon dari kakak Nia, dia sering bercerita tentang betapa perhatian dan sayangnya Abang Nia kepada dia. " Iya, nanti kalau udah tamat sebelum masuk kuliah Nia bakalan ngunjungi kakak deh. jangan, kak. Kakak nggak perlu hampiri Nia. Nia tahu kakak sibuk. " Beres kakakku, masih ada kok, Nia nggak boros-boros juga. Ok, bye bye." "Kak Keinan?" Tanyaku " Ya gitu deh," Jawabnya singkat. "kayak apa sih wajah kak Kei? Perasaan nggak ada fotonya deh disini." "Kak Kei nggak kalah jauh juga sih gantengnya ama kak Raka, tapi nggak sejudes abang ente. Kak Kei baik amat malah." " Sekarang dia dimana? Apa pekerjaannya? Kok jarang nengokin adeknya, udah 2 tahun di sini nggak pernah liat tampangnya?" " Oops, kayak polisi aja nih. Satu-Satu dong tanyanya. Kak Kei lagi dikampung, kalau pekerjaannya mungkin gembong n*****a kali ya." Jawab Nia enteng. "What!" Mataku melotot pingin keluar. " are you serius?" "Huhahahahhah, enak aja. Kak Kei orang nggak gitu juga kali." "Kurang asem nih bocah, pikirku beneran loh Nia. pantas aja punya rumah kontrakan segini besarnya, biaya dari mana coba? Kak Kei kan di kampung atau jangan- jangan kaka kei raja minyak yah?" Tanyaku asal. " Iya raja minyak, minyak urut kale." " By the way bus way. Apa rencana selanjutnya buat melumerkan hati ka Raka?" "Kalau aku perkosa kamu rela ngga?" Tanya Nia tanpa ada keraguan. Sekali lagi Nia hampir berhasil mencopotkan kedua belah mataku yang indah ini, karena argumennya. Oh Tuhan apa yang telah Kau perbuat terhadap sahabat hamba. BUKKKKKKKK. Kali ini aku yang menimpuknya pakai bantal. Aku menatap tajam Nia" Awas aja macam-macam, Nia!! Aku selalu mendukungmu untuk merebut hati Kakakku. Please, jangan pernah menjatuhkan harga dirimu, jika kamu lelah menyerahlah. Jujur Nia aku takut kamu akan kecewa." Hanya terlihat sorot kesedihan dimata Nia, dia hanya menghembuskan nafas berat. Aku tahu betapa cintanya Nia terhadap kak Raka. Namun apa daya, kakakku yang satu itu belum luluh juga. Sudah 2 tahun ku lihat perjuangan sahabatku ini, masih adakah harapan untuk Nia?. Aku juga tidak sanggup melihat apa yang terjadi dengan Nia, jika ku beri tahu kalau Kak Raka itu sudah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD