Chapter 3

1970 Words
Banyak lelaki tampan di sekeliling Xiao Rou saat ini. Menyebalkan, satu kata yang terus terngiang-ngiang saat ini di kepalanya saat ini. Tidak jauh darinya beberapa pengawal berdiri tegap membelakangi dirinya. Dia memainkan bunga yang tadi ia petik di dekatnya, entah apa nama bunga itu, Xiao Rou pun baru saja melihatnya. Sudah beberapa kali ia menghindar bertemu dengan para Pangeran termasuk Kaisar sendiri, tetapi anehnya kelakuan tidak sopannya tidak dipermasalahkan oleh siapa pun. Beribu cara gadis itu mencoba meninggalkan Istana akan tetapi, rencananya dengan mudah diketahui Ren Xi. Sesaat ia berpikir hidupnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya, sebelum bertemu para pria tampan itu. "Mau sampai kapan kau berada di sini?" Xiao Rou terlonjak kaget saat melihat lelaki albino itu kini berada di depannya. "Hari sudah menjelang siang, masuklah dan kita makan siang bersama," lanjutnya sambil membalikkan tubuh tanpa ingin mendengar penolakan dari bibir mungil gadis itu. "Aku mati pun bukan urusanmu," gumam Xiao Rou kesal dan kembali melamun menatap bunga di tangannya. "Aku akan memanggil si kembar jika kau tidak mendengarku," ancam halus sang Pangeran membuat Xiao Rou berdecak kesal. "Ck, jauhkan mereka dariku," jawab Xiao Rou sambil bangkit dan mengikuti langkah Ren Xi. Xiao Rou sudah beberapa hari ini selalu saja didekati oleh si kembar, Zhang An dan Tsau Yu. Tidak hanya mereka berdua, bahkan Chen Ryu dan Tsao Zhu juga ikut menggoda dirinya. Ingin sekali Xiao Rou berteriak dan melarikan diri akan tetapi, mereka semua bagaikan iblis yang ada kapanpun gadis itu ingin melarikan diri. "Selamat siang, Xiao Rou. Menikmati hari bersantaimu?" sapa Zhang An dengan senyum ramahnya, saat Ren Xi dan Xiao Rou tiba di pavilliun milik Kaisar. "Menjauh dariku," desis Xiao Rou yang langsung saja bersembunyi di balik tubuh besar Ren Xi. "Mengapa kau membenciku sampai seperti itu?" tanya Zhang An dengan wajah kecewanya. "Sudah aku katakan berulang kali, aku membenci lelaki tampan," jawab Xiao Rou sambil menatap tajam sang Pangeran ketiga. "Sudahlah, Zhang An. Jangan menggodanya lagi, Ren Xi akan kembali mengamuk jika di sekitarnya terlalu berisik," ujar Tsau Yu sambil merangkul pundak kakaknya. Zhang An langsung saja menatap Ren Xi yang hanya diam dengan wajah datarnya. Mengerti dengan tingkah sang Pangeran kedua hanya berdiam diri, Zhang An memilih kembali ke tempat duduknya. Tidak menunggu lama setelah mereka semua telah hadir kecuali Perdana Menteri yang entah ke mana, Kaisar memulai acara makan siang yang selalu diadakan untuk menyenangkan hati Xiao Rou. "Xiao Rou, daripada kau terus mencoba melarikan diri, bagaimana jika kau pergi keluar istana untuk mengenal Kerajaan Xia Pi?" ujar sang Kaisar membuat Xiao Rou menoleh. "Yang Mulia, Anda memberikan kesempatan untukku kabur?" jawab Xiao Rou menaikkan sebelah alisnya. "Aku yakin setelah kau mengenal Kerajaan Xia Pi, kau tidak akan pernah lagi berniat untuk kabur," jawab sang Kaisar sambil menyeringai. "Aku tidak yakin, tetapi aku terima tawaranmu," jawab Xiou Rou membuat mereka semua yang berada di sana tersenyum lega. "Kau akan pergi bersama Zhang An atau Tsau Yu, hanya mereka berdua yang bebas melakukan apa pun," ujar sang Kaisar membuat Xiao Rou tersedak minumannya. "Uhuk ... uhuk," "Kau tidak apa-apa?" tanya Zhuang Lie yang terlihat khawatir. "Tidak adakah orang lain yang bisa menemaniku selain mereka berdua?" jawab Xiao Rou menatap tidak percaya pada sang Kaisar. "Baiklah, kau akan pergi bersama Xiang Qing," jawab sang Kaisar sambil tertawa kecil melihat tingkah Xiao Rou. "Aku menolak!" jawab Xiao Rou dan Xiang Qing bersamaan. "Aku yang akan menemaninya," putus Ren Xi membuat semua orang menoleh. "Apa kau bercanda? Jika benar, itu sangat lucu," jawab Xiao Rou dan mendapat tatapan tajam dari Xiang Qing. "Baiklah-baiklah, aku akan menemaninya. Kau cukup berada di dalam istana, Ren Xi," putus Xiang Qing menyerah. Jika sudah seperti ini, Ren Xi sangat overprotektif sekali terhadap Xiao Rou. Dan karena itulah, Xiang Qing membenci Xiao Rou. Karena sudah membuat Ren Xi memperhatikan gadis itu daripada dirinya. Feng Yan hanya terkekeh melihat tingkah kedua manusia berbeda gender itu, ia tahu jika Xiang Qing cemburu pada Xiao Rou karena Ren Xi terlihat lebih hidup bersama dengan gadis itu. Mengingat beberapa minggu lalu gadis itu bersiteru dengan semua petinggi istana. –Flashback On– Siang hari yang terlihat begitu terik, matahari tidak malu-malu menampakkan dirinya dengan seluruh cahaya yang ia miliki. Terlihat seorang gadis yang terlihat melenggang begitu mudahnya menuju pintu keluar istana. "Nona, Anda tidak diperbolehkan keluar dari Istana Kerajaan. Ini adalah perintah dari Yang Mulia Kaisar," ujar salah satu petugas membuat Xiao Rou merengut kesal. "Lelaki tampan itu menyebalkan!" desis Xiao Rou yang langsung saja berbalik melangkah pergi. Para penjaga hanya menghembuskan napasnya kasar melihat tingkah gadis cantik yang mereka kenal sebagai seorang Dewi Penyelamat. Tanpa mereka duga, Xiao Rou berjalan ke arah tembok pembatas istana dengan luar istana, dengan lincahnya meski memakai pakaian cukup merepotkan, Xiao Rou memanjat pohon sekitarnya lalu melompat ke dinding pembatas. "Kau ingin turun dengan kedua kakimu sendiri, atau aku yang akan menyeretmu ke dalam kamar?" bisik Tsau Yu yang tiba-tiba sudah berada di sisinya. "Kau!" Xiao Rou terlonjak kaget dan mengakibatkan kakinya terpeleset. Tubuhnya yang limbung dan jatuh, membuat gadis itu menutup matanya. Dengan sigap seseorang menangkap tubuh mungil gadis itu dengan mudah. Perlahan Xiao Rou membuka matanya saat merasakan tubuhnya ditangkap seseorang. "Ka-kau, bagaimana bisa?" gumam Xiao Rou membelalakan matanya saat melihat siapa yang menangkap tubuhnya. "Aku bisa melihatmu," jawab lelaki itu pelan sambil menurunkan gadis itu dengan perlahan. "Jangan melakukannya lagi, jika kau terluka semua orang akan bersedih," ucapnya sambil meninggalkan Xiao Rou. Xiao Rou masih belum bergeming dari tempatnya dan menatap kepergian sang Pangeran Albino. Tap Tsau Yu turun dengan mudahnya dan berdiri di belakang Xiao Rou, sang Pangeran terakhir itu pun menatap Ren Xi tidak percaya. Ren Xi memang memiliki kemampuan untuk merasakan keberadaan orang lain akan tetapi, jika seseorang terjatuh tidak ada yang bisa mengetahui di mana orang itu akan terjatuh saat kau memiliki kebutaan. "Lakukan sebisamu, tetapi jangan sampai kau terluka," ujar Tsau Yu sambil mengacak rambut Xiao Rou. "Menyingkir dariku," desis Xiao Rou sambil meninggalkan sang Pangeran. "Hahaha, dia sangat lucu. Kalian melihatnya, bukan?" ujar Tsau Yu sambil tertawa. "Gadis itu bukan seseorang yang mudah menyerah," jawab Zhang An yang keluar dari belakang pohon yang menutupi tubuhnya sejak tadi. "Xiang Qing!" panggil Ren Xi dengan lantang, Xiang Qing yang berada tidak jauh dari sana pun langsung mendekati sang Pangeran Albino. "Aku akan mengobatinya," jawab Xiang Qing cepat sebelum Ren Xi meledak akan amarahnya. "Aku serahkan padamu, sembuhkan dia," ujar Ren Xi sambil menutup matanya dengan tangan kanannya. "Apa matamu terasa sakit lagi?" tanya Xiang Qing khawatir. "Aku baik-baik saja, pergilah," jawab Ren Xi yang langsung saja memberikan tubuh Xiao Rou yang masih membeku karena terkejut. Ren Xi berjalan menjauh meninggalkan mereka yang masih terpaku akan amarah Ren Xi yang sempat menguar tadi. Xiang Qing menatap iba sang gadis, Xiao Rou digendong tanpa ada perlawanan oleh Xiang Qing. "Jangan pernah membuatnya marah seperti itu lagi, Nona Xiao Rou," ujar Xiang Qing membuat Xiao Rou mengangguk cepat. Keesokan harinya Xiao Rou benar-benar berhati-hati agar tidak terluka, berbagai cara ia lakukan untuk melarikan diri. Ren Xi tampak hanya memperhatikannya dari jauh, merasa situasi menguntungkan dirinya Xiao Rou akhirnya bisa melewati gerbang istana. Dan betapa sialnya saat dirinya melihat para prajurit istana sedang berlatih bersama di sebuah lapangan yang mampu menampung 15.000 orang. "Seberapa luas Istana ini?" gumam Xiao Rou yang membeku di tempat saat melihat pelatihan yang cukup membuatnya merinding. "Yang Anda tempati selama ini adalah Istana utama, di sana benar-benar hanya tempat peristirahat para Pangeran, dan Yang Mulia Kaisar," jawab sang Perdana Menteri yang tiba-tiba sudah berada di samping Xiao Rou. "Istana Kerajaan Xia Pi begitu luas karena memiliki begitu banyak prajurit. Istana Kerajaan Xia Pi juga tidak menerima seorang perempuan," lanjut Xuen Zhi sambil menatap dalam sang gadis. "Lalu mengapa aku diharuskan tinggal di dalam istana? Jangan katakan bahwa aku adalah seorang Dewi Penyelamat, aku hanya manusia biasa yang menjadi buronan sebuah kerajaan," tegas Xiao Rou membuat Xuen Zhi menatap gadis itu dengan penuh tanda tanya. "Buronan?" Xiao Rou menutup bibirnya rapat-rapat dengan kedua tangannya setelah mengatakannya. "I-itu–" "Apa kau seorang narapidana atau seorang penjahat?" tanya Xuen Zhi menatap tajam gadis di depannya. "Bisa dikatakan seperti itu," jawab Xiao Rou lemah, ia tidak mungkin berbohong pada sang Perdana Menteri. Bisa-bisa ia dikembalikan di mana tempat ia berasal, dan Xiao Rou tidak ingin kembali. "Apa kau membunuh seseorang?" "Bukan seperti itu, aku hanya melarikan diri dari mereka," jawab Xiao Rou cepat. "Mereka?" tanya Xuen Zhi tidak mengerti. "Maaf, aku belum bisa mengatakannya," jawab Xiao Rou sambil tertunduk lesu. "Nona, kau bisa menceritakan semuanya padaku. Dan aku menjamin merahasiakan semua yang kau tutupi selama ini. Aku tidak meminta apa pun, hanya saja aku meminta Anda untuk tidak gegabah dan terluka," ujar Xuen Zhi sambil tersenyum menenangkan sang gadis. Xiao Rou terdiam, ia hanya mengangguk kecil sambil berlalu meninggalkan sang Perdana Menteri untuk memasuki Istana utama. Ia tahu hari ini tidak mungkin untuk melanjutkan pelariannya, ditambah semua prajurit tengah berlatih dengan sadis di depan sana. Xuen Zhi hanya melambaikan tangannya melihat kepergian sang gadis. Tidak jauh dari ia berdiri sang Kaisar terlihat sedang berjalan santai sambil tersenyum mendatangi sang Perdana Menteri. "Jadi, kau mendapatkan sesuatu, Xuen Zhi?" tanya sang Kaisar dengan kedua tangannya yang terlipat di belakang. "Hanya sebuah informasi kecil, Yang Mulia. Hamba akan terus mencoba melunakkan hatinya agar ia mau berbicara," jawab Xuen Zhi, Feng Yan menganggukkan kepalanya. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" tanya sang Kaisar sambil membalikkan tubuhnya. "Hamba sangat mengetahuinya, Yang Mulia," jawab Xuen Zhi sambil membungkuk hormat. "Baguslah, lakukan dengan perlahan," jawab sang Kaisar sambil berlalu pergi meninggalkan Xuen Zhi. Dua hari telah berlalu, Xiao Rou yang ini tengah begitu kesal karena keberadaan si kembar, Zhang An dan Tsau Yu. Di mana pun gadis itu berada, kedua Pangeran kembar itu selalu mengikutinya. "Ayolah, Xiao Rou. Sudah aku katakan, aku tidak berminat dengan seorang gadis. Apakah perlu aku mengubah wajahku menjadi jelek agar kau mau dekat denganku?" ujar Tsau Yu membuat Xiao Rou kembali melemparkan pedang ke arah Tsau Yu. "Sudah aku katakan untuk menjauh dariku, Pangeran Tsau Yu," desis Xiao Rou. "Ini tidak baik untuk kesehatan jantungku," gumam gadis itu sambil memijat keningnya. "Xiao Rou, kembalilah ke kamarmu. Hari sudah senja, kau harus istirahat untuk makan bersama kami nanti malam," ujar Zhang An dengan senyum lembutnya. "Baiklah," jawab Xiao Rou patuh dan berlari kecil meninggalkan si kembar. "Kita harus menghilangkan trauma gadis itu, Zhang An." Tsau Yu menatap lelah saudara kembarnya itu. "Itu tidak mudah, Tsau Yu. Sementara kita akan terus bersiteru dengannya," jawab Zhang An sambil melangkah menuju kediamannya. "Aku akan membantu," ujar sebuah suara membuat Pangeran kembar itu menoleh ke belakang. "Ren Xi?" Zhang An mengernyitkan dahinya. "Apa kau merencanakan sesuatu?" tanya Tsau Yu menatap tajam sang Pangeran kedua. "Tidak," jawab Pangeran Albino itu tenang. "Aku tahu kau tidak akan membantu dengan imbalan murah seperti 'aku hanya sedang bosan', waktumu terlalu berharga untuk membantu kami, Ren Xi," jawab Tsau Yu sambil memutar bola matanya jengah. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu," jawab Ren Xi tenang sambil meninggalkan kedua Pangeran itu. "Ren Xi selalu saja susah ditebak," gerutu Tsau Yu. Beberapa hari berikutnya Ren Xi selalu intens berada di dekat Xiao Rou, bahkan ia memilih untuk bersama Xiao Rou daripada bersama Xiang Qing. Xiang Qing yang melihat kedekatan Ren Xi dengan Xiao Rou membuatnya murka, bahkan ia sudah membuat racun untuk Xiao Rou. Akan tetapi usahanya sia-sia, Ren Xi dapat menciumnya. Dengan tenang Ren Xi meminum minuman Xiao Rou yang membuatnya jatuh pingsan berhari-hari karena racun yang ia minum. Saat itu juga Xiang Qing semakin membenci Xiao Rou, Xiao Rou yang mengetahui jika Xiang Qing yang ingin meracuni dirinya hanya bisa tertegun. Sejak saat itulah perseteruan antara Xiang Qing dan Xiao Rou mulai terlihat ke permukaan. –Flashback Off– "Besok pagi, aku akan menunggumu di gerbang Istana utama," ujar Xian Qing mendengus pasrah. "Adakah yang lebih menyeramkan dari lelaki berbahaya itu?" gumam Xiao Rou meringis kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD