Chapter 2

2555 Words
Sang fajar kini telah menyingsing, menyinari sebagian daratan bumi dengan sinar indahnya. Perlahan kedua kelopak mata itu terbuka dengan iris hitamnya yang kini terlihat begitu indah. Seorang gadis cantik terlihat tengah berbaring di atas sebuah peraduan yang mewah. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali kala sinar mentari menyinari manik indahnya. Kepalanya terasa pening saat dirinya mencoba untuk bangun, mengambil napas sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Digerakkannya tubuhnya yang kaku, entah sudah berapa lama ia tertidur. Dilihatnya sekeliling dan mendapati ruangan yang begitu mewah membentang di hadapannya. Dinding bercorak naga emas dengan permata batu rubi menghiasi tiap tubuh sang naga. Pilar berwarna merah dan lantai terlihat terbuat dari batu marmer yang cukup langka. Pandangannya kini beralih pada sebuah pintu yang terbuka lebar dan menghadirkan seorang lelaki tampan. "Ah, Nona. Akhirnya Anda tersadar. Puji syukur dari hamba untukmu, Dewi," ucap lelaki tampan itu sambil bersujud pada sang gadis. "A-a ...." Gadis itu memegang lehernya yang kini tenggorokannya terasa amat kering. "Ahh, maafkan hamba, Nona," ucap lelaki itu seraya bangkit dan memberi gadis itu segelas air. Dengan perlahan gadis itu meminum air dari gelas yang diberikan lelaki tampan itu, setelah merasa cukup akhirnya gadis itu bernapas lega. "Bagaimana kondisi Nona? Apa Nona merasakan sakit?" tanya lelaki itu, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. Lelaki itu tersenyum sambil meletakkan kembali gelas di tangannya. Lelaki itu kembali menatap gadis cantik di hadapannya yang terlihat linglung. "Nama hamba adalah Li Jie, hamba adalah tabib utama istana, Nona," ucap lelaki itu sambil memperkenalkan diri, gadis itu menoleh dan mengangguk. "Namaku Xiao Rou, di mana aku saat ini?" ucap gadis itu dengan merdunya membuat Li Jie terpanah seketika. "Nona saat ini berada di Kerajaan Xia Pi dan Nona sudah tidak sadarkan diri selama empat belas hari," jelas Li Jie, gadis itu menoleh dengan melebarkan matanya. "Empat belas hari? Selama itu?" tanya Xiao Rou, sang Tabib mengangguk dengan wajah herannya. "Sebenarnya apa yang telah terjadi?!" gumam Xiao Rou sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut. "Nona, tidak mengingat sesuatu?" tanya Li Jie khawatir. "Berhenti memanggilku 'Nona', namaku Xiao Rou," rajuk gadis itu yang kini terlihat lucu, Li Jie tertawa kecil sambil menutupi setengah wajahnya. "Maafkan saya, Nona," jawab Li Jie sambil menunduk hormat. "Hanya sedikit yang aku ingat," jawab gadis itu terlihat ragu. "Yang Mulia Kaisar telah tiba," teriak penjaga pintu dengan lantangnya. "A-apa?" gumam Xiao Rou tergagap. Pintu terbuka menampilkan sang Kaisar memasuki ruangan peraduan Xiao Rou dengan kedua tangannya yang terlipat ke belakang. Li Jie bersujud memberi hormat pada sang Kaisar. "Hormat hamba untuk Yang Mulia Kaisar," ucap Li Jie, sang Kaisar hanya tersenyum tipis dan mengangguk. "Jadi, Dewi kita sudah sadar?" tanya sang Kaisar sambil tersenyum ke arah Xiao Rou. "Hormat hamba pada Yang Mulia Kaisar," ucap Xiao Rou mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. "Dewi, Anda tidak perlu memberikan hormat padaku, kau adalah Dewi penyelamat kami," ujar sang Kaisar membuat Xiao Rou menatap tidak mengerti. Sang Kaisar hanya tersenyum tipis, lalu menoleh ke arah sang Tabib. "Bagaimana keadaannya?" tanya sang Kaisar. "Beliau sudah baik-baik saja, Yang Mulia. Dewi hanya perlu berlatih menggerakkan anggota tubuhnya saja," jawab sang Tabib, sang Kaisar kembali tersenyum memperlihatkan ketampanannya. Sedangkan Xiao Rou yang melihat ketampanan sang Kaisar beringsut mundur. "Baguslah," jawab sang Kaisar sambil kembali menoleh ke arah sang gadis. "Berhenti memanggilku Dewi, namaku Xiao Rou," ujar Xiao Rou membuat sang Kaisar terkekeh. "Baru kali ini aku melihat seorang Dewi yang sedikit kasar," jawab sang Kaisar membuat Xiao Rou menunduk. "Aku bukanlah Dewi, aku hanya manusia biasa," balas Xiao Rou lirih, sejujurnya ia takut melihat wajah tampan sang Kaisar. "Kita lihat saja nanti, apa kau benar-benar bisa menyelamatkan kami atau tidak. Jika kau bisa melakukannya, berarti kau adalah Dewi penyelamat seperti yang para leluhur katakan," jawab sang Kaisar sambil berlalu keluar kamar Xiao Rou. "Dasar pria arogan, menyebalkan, dan aarrgghhh ...," gerutu Xiao Rou tanpa sadar, Li Jie yang melihat itu hanya tertawa kecil. Jika saja Xiao Rou seorang lelaki dan bukanlah seorang 'Dewi' mungkin hukum pancung sudah menanti dirinya saat ini. Tidak berselang lama seorang pria tampan kembali memasuki kediaman Xiao Rou. "Yang Mulia Zhuang Lie telah tiba," kembali penjaga kamarnya. Seorang lelaki yang tidak kalah tampan, tetapi berwajah lembut kini menatap lembut Xiao Rou. Entah mengapa Xiao Rou selalu beringsut mundur melihat siapa yang akan datang. Sang Tabib yang memperhatikan gerak gerik Xiao Rou sejak tadi mengerutkan dahinya. "Hormat hamba pada Yang Mulia Zhuang Lie," ucap sang Tabib, lelaki itu hanya mengangguk lalu menatap Xiao Rou. "Apa tubuhmu sudah lebih baik?" tanya lelaki itu lembut, Xiao Rou hanya mengangguk dan menundukkan wajahnya. Zhuang Lie yang tidak mengerti mengapa gadis di depannya terlihat ketakutan, mencoba mendekati sang gadis. "Tenang saja, kami semua tidak akan menyakitimu," ujar Zhuang Lie dan Xiao Rou terlihat semakin memundurkan tubuhnya meski terkadang terlihat ia sedikit meringis. "Mengapa kau setakut itu?" tanya Zhuang Lie lembut. "Maaf, Yang Mulia. Bisakah Anda sedikit menjauh? Aku memiliki trauma akan lelaki tampan, jadi bisakah Anda menjauh dariku?" jawab Xiao Rou sambil menyembunyikan wajahnya dengan selimut di tubuhnya. Zhuang Lie membulatkan matanya, detik berikutnya lelaki tampan itu tertawa kecil sambil mengikuti kemauan sang gadis. "Yang Mulia–" "Tidak apa-apa, Li Jie. Gadis ini benar-benar Dewi penyelamat kita, seperti yang diramalkan para leluhur kita. Di mana sang Dewi memiliki ciri-ciri yang unik ... beliau tidak menyukai pria tampan," potong Zhuang Lie sambil tersenyum manis. Xiao Rou semakin menutup wajahnya yang ketakutan melihat ketampanan Zhuang Lie. Lelaki itu terkekeh dan kembali menatap sang Tabib. "Nanti malam Kaisar akan kembali dengan para Pangeran beserta kami berempat, perintahkan pelayan untuk mempersiapkan semuanya," titah Zhuang Lie. "Laksanakan, Yang Mulia," jawab Li Jie patuh. "Sampai jumpa nanti malam," ujar Zhuang Lie sambil berlalu keluar ruangan. Xiao Rou yang sudah merasa aman membuka selimut yang menutupi wajahnya, Li Jie yang melihat itu hanya terkekeh. Merasa lucu dengan gadis di hadapannya, baru kali ini ia melihat seorang gadis takut melihat lelaki tampan. "Maafkan saya Nona, apa Anda bisa berdiri? Karena di kerajaan ini tidak ada gadis ataupun wanita, semua pelayan pun adalah laki-laki. Sangat tidak memungkinkan jika para pelayan membersihkan tubuh Anda," ujar Li Jie. "A-aku akan mencobanya, bisakah kau keluar? Maaf saja, kau termasuk dalam kategori tampan," jawab Xiao Rou sambil memalingkan wajahnya, Li Jie tertawa kecil. "Terima kasih atas pujiannya, Nona. Hamba sangat tersanjung, tetapi jangan salah. Usia hamba sudah mencapai setengah abad," jawab Li Jie membuat Xiao Rou menoleh. "Jadi, kau tidak akan tertarik padaku?" tanya Xiao Rou dengan polosnya., Li Jie mengangkat dua alisnya. "Tentu saja tidak, Nona. Hamba tidak semuda itu," jawab Li Jie sambil terkekeh. "Baguslah, kalau begitu aku tidak takut denganmu," jawab Xiao Rou tersenyum lebar membuat Li Jie kembali terpanah. "Aku akan mencoba menggerakkan tubuhku dan merias diriku sendiri, aku tahu lelaki tidak bisa merias. Tapi tunggu, mengapa di sini tidak ada wanita?" lanjut Xiao Rou yang kini mencoba menggerakkan seluruh tubuhnya. "Karena Kerajaan Xia Pi berisikan para lelaki saja, Nona," jawab Lie Jie sambil membantu Xiao Rou untuk berdiri. "Aku tidak mengerti, tapi yang paling penting saat ini aku lapar," jawab Xiao Rou sambil memegang perutnya. "Hamba akan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan, Nona bisa kembali beristirahat," jawab Li Jie memberikan senyum bersahajanya. "Tidak perlu, tubuhku masih terasa kaku. Aku akan kembali melatih otot-otot tubuhku agar nanti malam aku tidak perlu berbaring di atas ranjang," jawab Xiao Rou yang bersikeras. "Baiklah, Nona. Hamba permisi," jawab sang Tabib, Xiao Rou hanya mengangguk sambil mencoba kembali menggerakkan tubuhnya. "Dua minggu, waktu yang sangat lama bagi mereka untuk tidak menemukanku. Apa mereka sudah jera dan tidak lagi mencariku?" gumam gadis itu sambil berjalan menuju jendela yang menampilkan pemandangan indah sebuah taman. Xiao Rou menghirup udara manis yang tercium olehnya, manis dan harumnya bunga membuat tubuhnya menjadi santai. Menutup mata sambil merentangkan tangannya ke samping, menikmati embusan angin yang memanjakan kulit mulusnya. Manik indah itu terbuka kala embusan angin sudah tidak terasa. Dan saat itu juga betapa terkejut dirinya saat melihat seorang pria tampan dengan penuh kewibawaan yang terpampang jelas di raut wajahnya. Surai putihnya membuat dirinya sangat mencolok, pria itu saat ini tengah menatap Xiao Rou dengan menyipitkan matanya. Xiao Rou yang merasa diperhatikan, saat itu juga membalikkan tubuhnya. Tubuhnya bergetar takut karena melihat lelaki tampan yang menatap dirinya seperti itu, rasa takut akan para lelaki membuat tubuhnya terasa lemas. Perlahan Xiao Rou kembali menuju peraduannya dan duduk dengan napas yang sedikit tersengal. "Ini benar-benar tidak baik untuk kesehatanku," gumam Xiao Rou sambil mengusap peluh di dahinya. Ketukan pintu terdengar membuat Xiao Rou menoleh, pintu terbuka dengan menampilkan sang Tabib dan dua orang pelayan laki-laki membawa beberapa makanan. Xiao Rou bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri sang Tabib. "Kurasa bubur sudah cukup untukku," ucap Xiao menyembunyikan rasa takutnya karena baru saja kembali melihat lelaki tampan. "Tidak, Nona. Anda harus makan yang banyak untuk memulihkan stamina tubuh Anda," bantah Li Jie, Xiao Rou hanya tertawa kecil. Para pelayan itu mulai menata beberapa makanan di atas meja kecil untuk Xiao Rou, setelah selesai kedua pelayan itu membungkuk hormat dan keluar dari kamar gadis itu. Memang tidak terlalu banyak hidangan yang disajikan, tetapi bagi Xiao Rou yang memang tidak bisa memakan banyak makanan, hidangan yang tersaji benar-benar membuatnya kenyang terlebih dahulu. "Aku tidak bisa memakan sebanyak ini, Li Jie," rengek Xiao Rou yang entah mengapa sudah seperti mengenal dekat dengan sang Tabib. Li Jie yang mendengar rengekan gadis cantik itu tertegun, entah mengapa ia seperti bernostalgia dengan sesuatu. Tetapi, ia tidak dapat mengingatnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali membuatnya terlihat lucu di mata Xiao Rou. "Li Jie," panggil Xiao Rou sambil sedikit memiringkan kepalanya. "Ahh, maafkan hamba, Nona," jawab Li Jie cepat. "Baiklah, Nona bisa memakan yang Nona inginkan," jawab Li Jie sambil memberikan senyumannya. Gadis itu tersenyum lalu memakan makanan di hadapannya dalam diam, Li Jie memperhatikan gerak gerik cara Xiao Rou dalam memasukan makanannya ke dalam mulut. 'Gadis ini, bukanlah gadis desa pada umumnya. Cara ia makan, sangat berbeda. Apa gadis ini seorang bangsawan?' batin Li Jie. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Xiao Rou menghabiskan makanannya yang terbilang sedikit. Para pelayan pun sudah membereskan semuanya dan meninggalkan beberapa pakaian wanita untuk Xiao Rou. "Li Jie, kau mengenal semua orang di istana ini, bukan?" tanya Xiao Rou sambil melihat-lihat beberapa pakaian yang akan ia kenakan. "Benar, Nona," jawab Li Jie berdiri tidak jauh dari Xiao Rou. "Apa kau mengetahui pria bersurai perak dan bermata tajam?" tanya Xiao Rou yang kini menoleh ke arah sang Tabib. "Apa maksud Anda Pangeran Ren Xi?" "Aku tidak tahu siapa pria itu, Li Jie," jawab Xiao Rou gemas. "Haha, maafkan saya. Mungkin yang Anda lihat adalah Pangeran Ren Xi, Pangeran kedua di Kerajaan Xia Pi. Apa Anda mengenalnya?" jawab Li Jie. "Aku tadi melihatnya di taman," jawab Xiao Rou sambil menunjuk ke arah jendela besar yang tadi ia hampiri, "dan dia menatapku tajam. Apa aku melakukan kesalahan?" lanjut Xiao Rou. "Apa maksud Anda?" tanya Li Jie, "Pangeran Ren Xi tidak bisa melihat," lanjut sang Tabib membuat Xiao Rou melebarkan matanya. "Kau bercanda? Lalu bagaimana bisa ia menatapku tajam?" Li Jie hanya menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tahu. Xiao Rou memijat pelipisnya yang kini terasa berdenyut, benar-benar aneh. Xiao Rou yakin jika lelaki itu menatapnya tajam, meski jarak mereka lumayan jauh. Xiao Rou mengibaskan tangannya, lalu memilih untuk merendam tubuhnya di dalam pemandian yang tersedia di kamar itu. Hari menjelang malam dan Xiao Rou sudah merias dirinya dengan kedua tangannya sendiri. Tidak begitu mewah, Xiao Rou lebih suka berias senetral mungkin tanpa gincu yang menghiasi bibir mungilnya. Beruntunglah ia pandai berdandan, setidaknya di kehidupannya dulu ia banyak belajar untuk mengurusi dirinya sendiri. "Kehidupan menjadi Putri Mahkota tidaklah mudah," gumam Xiao Rou sambil menatap dirinya di cermin. "Nona Xiao Rou, Yang Mulia Kaisar dan para Pangeran tengah dalam perjalanan menuju kediaman Anda," lapor seorang pelayan yang bertugas melayani Xiao Rou. "Ya, persiapkan semuanya," jawab Xiao Rou kaku, sebenarnya ia tidak bisa menyuruh yang memang bukan pelayannya. Tidak menunggu cukup lama sang Kaisar dan para Pangeran terlihat memasuki kediaman Xiao Rou dan 4 orang lainnya termasuk Zhuang Lie. Dan Xiao Rou kembali melihat pria bersurai putih itu kembali menatapnya tajam. Xiao Rou hanya bisa menundukkan wajahnya takut, bukan karena tatapan pria itu. Melainkan ketampanannya yang memikat membuatnya takut akan traumanya. Lucu sekali jika mengingat dirinya trauma akan lelaki tampan, bagaimana tidak? Trauma itu baru ia rasakan saat kejadian itu terjadi. Di mana dirinya akhirnya di kejar para prajurit dan terjatuh dari tebing. "Manisnya," ucap salah satu Pangeran yang tidak Xiao Rou ketahui. "Kau benar, Pangeran Tsau Yu. Dewi penyelamat kita memanglah cantik," jawab sang Kaisar sambil menyeringai ke arah Xiao Rou. "Namaku adalah Liu Feng Yan, Kaisar Kerajaan Xia Pi. Pria bersurai putih itu adalah adik pertamaku, Pangeran Ren Xi," ucap sang Kaisar memperkenalkan diri, Xiao Rou menatap aneh sang Kaisar. "Kau pasti heran mengapa Yang Mulia Kaisar memperkenalkan diri seperti itu," ujar Zhuang Lie, dan Xiao Rou tanpa sadar menganggukan kepalanya. "Yang Mulia memang tidak suka tata krama kerajaan, jadi biarkan saja," jawab Zhuang Lie santai, Xiao Rou hanya mengangguk kaku. "Yang berada di sisi kanannya adalah Pangeran Zhang An dan Tsau Yu, mereka berdua adalah adikku," lanjut sang Kaisar, Xiao Rou mengangguk sambil melihat wajah Pangeran kembar itu. "Lalu sepertinya kau sudah mengetahui lelaki berwajah lembut itu, ia bernama Zhuang Lie. Di sisi kirinya adalah Xiang Qing, Chen Ryu dan terakhir adalah Tsao Zhu. Dan Perdana Menteri kami, Xuen Zhi," sang Kaisar kembali memperkenalkan orang-orang penting di Kerajaan Xia Pi. "Salam hamba untuk Nona Xiao Rou," ucap Xuen Zhi begitu sopan, Xiao Rou hanya mengangguk. "Namaku Xiao Rou, terima kasih telah menolongku," ucjar Xiao Rou memperkenalkan diri sambil membungkuk berterimakasih. "Tidak masalah, lagi pula ... kau adalah Dewi yang akan menyelamatkan Kerajaan Xia Pi," jawab sang Kaisar sambil terkekeh. "Aku bukan Dewi," sanggah Xiao Rou. 'Menyelamatkan Kerajaan? Bahkan aku ingin hidup tenang di dalam hutan jika perlu, aku bahkan sudah muak tentang hal yang menyangkut kerajaan,' batin Xiao Rou. "Kita bisa melihatnya nanti," jawab sang Kaisar yang benar-benar membuat Xiao Rou terlihat jengkel. "Terima kasih banyak, tetapi aku akan pergi dari Kerajaan ini," jawab Xiao Rou membuat suasana menjadi hening seketika. "Zhuang Lie," panggil sang Kaisar. "Ada apa?" "Apa aku terlalu kasar sehingga Dewi penyelamat kita memilih pergi?" tanya sang Kaisar. "Sudah kukatakan, aku bukanlah Dewi," ucap Xiao Rou yang kini terlihat gemas. "Feng Yan, dia bukanlah Dewi," jawab Zhuang Lie sambil tersenyum penuh arti. "Kalau begitu ... kau manusia biasa, bukan?" tanya sang Kaisar sambil menyeringai. "Apakah ada masalah?" tanya Xiao Rou takut. "Tentu saja, karena kau adalah manusia biasa. Maka kau akan tinggal selamanya di Kerajaan Xia Pi," jawab sang Kaisar sambil tersenyum penuh kemenangan. "A-apa? Tidak, tidak, tidak. Aku berterima kasih sekali, tetapi aku tidak ingin menyebabkan masalah untuk kalian," jawab Xiao Rou beralasan. "Kau akan tetap tinggal di sini," putus sang Kaisar sambil berlalu keluar ruangan diikuti yang lainnya. Xiao Rou mendengus kesal seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia tidak menyadari jika sang albino masih setia berdiri memperhatikannya. Yang sebenarnya ia tidak dapat melihat sejak lahir. "Terima nasibmu untuk tinggal bersama kami, Dewi," ujar Ren Xi membuat Xiao Rou terlonjak kaget. "Pa-pangeran ...." "Kita akan bertemu kembali," lanjut Ren Xi sambil membalikkan tubuhnya meninggalkan senyuman menghiasi wajah dinginnya. Xiao Rou jatuh terduduk, mengusap peluh di dahinya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Rasa takutnya benar-benar membuat tubuhnya lelah, banyaknya para pria tampan membuatnya ingin cepat pergi dari istana itu. Dan kini masalah besar timbul, di mana ia diharuskan untuk menetap. "Sebenarnya di mana aku berada?” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD