Prolog

270 Words
Bahu kecil itu terus berguncang tanpa memedulikan sekitarnya yang sedang turun hujan. Suara isak tangis milik Sia terus membahana seakan ingin mengalahkan suara derasnya hujan saat itu. Rasa sakit di dalam hatinya membuat Sia tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup. Yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah menangis dan menangis. Diangkatnya sebelah tangannya yang bebas dan mulai memukul-mukul dadanya. Sembari berharap rasa sakit di dalam dadanya segera menghilang. Tiba-tiba sepasang sepatu kets berwarna putih tertangkap oleh Sia dari balik matanya yang dipenuhi oleh air mata yang sudah menjadi satu dengan air hujan. Sehingga sulit membedakan apakah Sia menangis atau tidak jika dilihat dari pandangan mata orang lain. Air hujan yang sejak tadi menabrakan diri ke tubuh Sia mendadak berhenti. Perlahan Sia menengadahkan wajahnya untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang mulai memenuhi benaknya. Seorang anak laki-laki pemilik sepatu kets putih itu berdiri menjulang layaknya mercusuar sembari menggenggam sebuah payung berwarna biru dengan beberapa bunga berwarna kuning di dua sisinya. Membuat Sia harus menahan tawanya. "Ambil," ujar laki-laki itu. "Hah?" Hanya itu yang keluar dari bibir Sia. Ia yakin kali ini ekspresinya tidak kalah b**o-nya dengan Mr. Bean. Tanpa menunggu lebih lama lagi, laki-laki itu meraih tangan Sia dan menyerahkan payung miliknya. Setelah berhasil ia menutupi kepalanya dengan kedua tangannya dan berlari menembus hujan. Sedangkan Sia, dalam diam terus memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu dan baru tersadar saat pria itu berlari meninggalkannya. "Hey! Payungnya!" seru Sia. Tapi ia terlambat, laki-laki bertubuh tinggi itu telah berlari jauh dan perlahan menghilang dari pandangannya. Laki-laki aneh, gumam Sia dalam hati disusul senyum tipis dan perasaan hangat yang mulai menyelinap masuk ke dalam hatinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD