Fitting Baju Pengantin.
Dibaca dengan suara batin - yang harusnya menjadi moment menyenangkan bagi mempelai saat mempersiapkan pernikahan; namun seperti tidak berlaku untuk Kim Seokjin.
Berkali-kali mencoba rancangan jas yang berbeda untuk dimintakan pendapat pada calon suami yang mendapat jawaban selalu sama; semuanya bagus kok, cocok buat kamu - tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Bagus dari mana jika dilirik saja tidak?
Cukup lama saat pemilihan jas untuk Seokjin, sementara hanya satu kali coba untuk Jeon Jungkook yang hanya meminta sang designer membuat jasnya menjadi selaras dengan milik pemuda Kim yang sebentar lagi menjadi nyonya Jeon.
"Mau makan dulu, apa langsung pulang Jin?" sampai didalam mobil, dirinya bertanya.
"Yoongi udah mau lahiran" jawab Seokjin dengan konteks yang sama sekali tidak ada kolerasinya dengan pertanyaan yang baru saja diterima.
Lihat. Gerakannya memakai seatbelt terhenti beberapa detik membuat tubuhnya kaku dan menatap kosong - sakit rasanya respon yang diberikan untuk orang lain sebegitu cepat ketika; untuk Seokjin tidak sebegitu penting sekadar dilihat.
Setelah menelan puluhan detik untuk berdiam, Jungkook melanjutkan urusannya yang tertunda tadi dan segera membelah jalanan kota Seoul yang panasnya terik - dengan luka yang semakin dalam tertanam dihati si cantik.
"Kapan hplnya?"
Mata Seokjin kontan memicing tajam; dan kala itu Jeon Jungkook hanya mengemudi dengan satu tangan, yang satunya mengelus dagu.
"Hari ini." kemudian respon yang Jungkook berikan hanya mengangguk pelan.
Jungkook membawa Seokjin makan siang disalah satu Restaurant Indonesia yang merupakan favorit; untuk dirinya sendiri saat pertama kali diperkenalkan rendang oleh ibunya. Seokjin juga bukan orang yang pemilih dalam hal makan, asalkan itu membuatnya kenyang; Seokjin suka.
Ting!
Ting!
Ting!
Notifikasi ponsel Seokjin berbunyi tepat saat dirinya selesai mengelap ujung bibir dengan selembar tissue, Jungkook hanya melirik sebentar lalu kembali memainkan ponselnya. Dengan kening mengerut sedikit, Seokjin membaca pelan-pelan; saat ini dirinya tidak membawa kacamata juga tidak mengenakan softlens.
"Wah!" mulutnya terbuka kala mendapati dua kalimat yang dikirimkan lewat pesan dalam sebuah group chat oleh Jimin.
yolks (4)
Jimout
Yoongi lahiran
Bitches J
Dimana?
Jimout
Di becak
HAH YANG BENER?
Jimout
Ya rumah sakit lah jancuk
Pake nanya lagi
Si g****k ih
Bitches J
Lo yg jancuk kali
Hm
Btw anaknya cowo or ciwi
Anaknya satu?
Jimout
Cw
Ya mau lo brp sih njir? Seribu gitu?
Bitches J
BACANYA CEWE PA COWO
HEALAH
Ribet nanya sm emak2 ah
Btw jin manusia goblok
Anjing gue ngakak ampe jatoh dr kursi
Siapa tau kembar gitu
Jatoh dari gedung sekalian napa
Tanggung amat
Jimout
C e W e
Kesana kapan ya para inisial J?
Bitches J
Hoooo ciwi
Lo inisialnya jg J gblk aih
Nanti sore gmn?
Bitches J
SEKARANG AJA KNP SIH
SOK SIBUK AMAT
BACANYA PAKE NADA MANDRA YE
GAMAU TAU
Jimout
Asu ya kamu :)
Gue msh capek
Bitches J
Cantik gini dikatain
WOAH
Smlm abis ons sama saha lo jin
Ons ndasmu
Gue baru tugas negara
Jimout
Tobatlah wahai cucu Adam
Bitches J
Monmaap aq cicitnya eheh
Jd g berlaku buat aku y jim?
"Kamu kenapa?" tanya Jungkook - yang sedari tadi memperhatikan Seokjin tertawa sendiri sembari jarinya aktif membuat gerakan menyentuh layar ponselnya.
Layarnya dikunci dan segera dimasukkan kembali kedalam saku - tanpa membalas pesan terakhir di group chat. "Yoongi lahiran"
"Udah? Anaknya? Dia baik-baik aja kan?"
Tuhan, Seokjin membatin bahwa saat ini ia ingin kembali masuk kedalam rahim Mamanya. Tanpa terlahir kembali kedunia ini jika hidup hanya untuk menikah dengan seseorang yang tidak mencintainya kembali.
Pelan, Seokjin menggeleng. "Belum tau juga, rencananya nanti sore mau kesana sama Jimin juga Jihoon."
"Aku anter ya?" tawaran yang tidak perlu dicurigai, karena sudah pasti tujuan Jungkook hanya satu; melihat Yoongi.
Seokjin itu hanya partner in bed. Sementara hatinya Yoongi yang menguasai. Hati Jungkook berkata demikian sepanjang waktu, tanpa tau bahwa sang submissive sudah menyimpan begitu dalam perasaan cinta; yang tumbuh seiringnya pertemuan untuk bergumul lalu saling memeluk tubuh semalam penuh.
"Aku bisa sendiri Koo"
"Sekalian kasih undangan nikah kita, Jin"
"Yaudah kalo gitu, aku mau pulang dulu"
Yang awalnya keinginan Seokjin pulang ke apartemen untuk istirahat sebentar sebelum menjenguk Yoongi dan bayinya, sekarang malah menjadi aktifitas melamun berkepanjangan.
Matanya masih menerawang begitu jauh - mengingat sebagaimana bahagianya Jungkook hanya dengan mendengar nama sahabatnya itu, namun begitu datar saat berbicara dengannya.
Sementara untuknya; berekspresi yang tidak datar hanya saat bercinta dan memohon pernikahan sebelum hari ini. Sekarang, setelah mendapatkan keinginannya; Jungkook kembali seperti semula.
Tuhan, mungkin saya bukan orang yang religius bahkan selama ini jauh dari ibadah. Tapi, bolehkah seluruh hak bahagia saya ditukar dengan hati Jeon Jungkook, calon suami saya? - Seokjin bermonolog dalam hatinya yang selalu terasa nyeri saat nama lelaki bermarga Jeon itu selalu terlintas dibenaknya setiap waktu.
Bitches J
Lo tau gak
Gak
Ish
Bales apa gitu kek
Apa
Uh kita masih temen kok :)
Ya apa bgst
Gue ketemu Taehyung!
Makin ganteng
Dan as always
Nanyain yang beb yuhunya
Oh
Oh doang kata lo?
Taehyung emang selalu ganteng
Kenapa gue harus kaget?
Ya nanya doang knp sih
Iya juga ya?
Haha
Btw gue sm jemen udah sampe
Lo dmn?
Masih koloran di apartemen
Buruan sini dong cabe
Oke, tunggu ya jamet.
Ok dafuq.
serendipity
"Kalian bareng?" tanya Jimin dengan wajah yang sangat terkejut saat kehadiran Seokjin bersama dengan Jungkook. Sementara disebelahnya Jihoon semakin menganalisis hubungan dua orang yang baru saja memasuki ruang rawat Yoongi ini.
Jungkook dan Seokjin hanya mengangguk bersamaan, kemudian Seokjin segera menghampiri Yoongi untuk memberi pelukan selamat atas kesuksesannya menjalani peran utuh sebagai istri bahkan sekarang sudah menjadi seorang ibu.
"Congrats gulanya gue! Gila udah selevel sama Jimin ya sekarang,"
Yoongi dengan wajah yang masih agak pucat, balas tersenyum. "Thanks, lo nyusul dong" ujarnya sembari memberikan toelan pelan pada hidung mancung Seokjin.
"Yoon, selamat ya. Kamu udah jadi ibu." - ini Jungkook.
Dengan senyum manis sempurna, mata penuh pancaran bahagia saat bibir itu bersuara sedemikian rupa - entah kenapa Seokjin sakit melihatnya.
"Makasih Jungkook." balas Yoongi dengan senyum lemah seadanya.
Jihoon yang tadinya sibuk berbalas pesan dengan kekasihnya reflek menatap tajam Jungkook yang masih mempertahankan senyum sepanjang waktu saat matanya mengunci sosok Min Yoongi. Kemudian satu sosok lain yang begitu merasa kecil saat keberadaannya seakan tak kasat mata.
"Ekhem," memecah keheningan dengan sengaja, Jihoon mendekati ketiganya. "Eh cabe, disuruh nyusul Yoongi tuh buruan dong. Taehyung udah pulang juga!" godanya disertai jawilan gemas pada dagu kecil milik Seokjin.
Jungkook mengernyit bingung. "Taehyung?" tanyanya pada Jihoon. "Taehyung siapa?"
I got u, jerk. Seenaknya aja mau mainin sahabat gue lo hahaha - park jihoon.
"Taehyung itu mantan terindahnya Jin kalau lo mau tau Kook, ganteng banget anaknya aduh mana mereka dulu romantis banget lagi tau gak? Pokoknya mereka best couple deh bahkan walau pun udah putus!" begitu penjelasan singkat Jihoon pada Jungkook.
Seokjin sedikit terhibur saat Jihoon mengatakan bahwa ia dan mantan kekasihnya dulu romantis. Sedikit mengingatkan memori masa pacaran menjadi berputar kembali secara otomatis dalam ruang kenangan yang ada di hatinya.
Mantan kekasih itu bukan musuh, hanya tidak berpasangan lagi. Namun selalu memiliki ruang untuk menempatkan kenangan dalam sudut hati. Hanya untuk dikenang, bukan di ulang.
"Oh gitu ya?" Jungkook mengangguk, sebelum mengeluarkan tiga buah undangan kecil lalu menyerahkannya pada Jihoon. "Ini undangan buat kalian bertiga sahabatnya Jin, tiga minggu lagi saya sama Jin mau nikah."
"APA?!" Jihoon terkejut dengan pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Jungkook. Dia kira Jungkook hanya akan bermain dengan Seokjin sebagai pasangan muda yang saling melarikan diri dari keterpurukan hidup, kenapa tiba-tiba jadi menikah?
Seokjin hanya mengangguk kecil dengan senyum yang dipaksakan. "Iya, kalian harus dateng ya? Yoongi juga pasti lo udah bisa jalan dong!"
Jihoon dan Yoongi kompak mengangguk.
"Pasti dateng kok, tapi sejak kapan kalian deket?" tanya Jihoon mengintrogasi, sebelum akhirnya semua pandangan teralihkan oleh pintu ruang rawat yang terbuka - menampilkan Jimin dan putranya yang baru saja kembali dari kantin; setelah kedatangan Seokjin tadi Hae In ingin minum s**u kotak.
"Gosipin gue ya lo pada?" canda Jimin saat mendekat.
Baru saja Seokjin ingin membuka mulut, Jihoon sudah lebih awal bersuara. "Nih dua orang mau nikah tiga minggu lagi" sembari menunjuk Seokjin dan Jungkook secara bergantian.
"Kalian mau nikah?" tanya Namjoon sedikit tidak percaya, ia baru saja muncul dari balik pintu setelah mengurus administrasi.
Jungkook mengangguk pasti. "Iya, saya harap kamu sama Yoongi dateng."
Dimana saat ini Yoongi hanya mampu berdoa agar suaminya tidak memancing keributan dengan Jungkook, apa lagi jelas-jelas statusnya saat ini sudah calon suami Seokjin.
Sementara Seokjin sudah memilin ujung bajunya tanpa diketahui yang lain, menahan sakit saat sorot mata tak suka yang selalu sama ditujukan Jungkook untuk Namjoon; yang artinya Jungkook masih mencintai istri bapak Kim itu.
"Pasti gue sama Yoongi dateng, santai aja. Semoga lancar ya nanti di hari H dan seterusnya." balas Namjoon yang membuat hati satu ruangan lega seketika; kecuali Jungkook.
Setelah satu jam lamanya berada disana, Jungkook dan Seokjin memutuskan untuk pulang. Tidak ada pembicaraan saat perjalanan. Namun begitu Seokjin membuka pintu mobil, tangannya ditarik begitu saja oleh Jungkook.
"Aku mau kamu, sekarang."
Dan Seokjin hanya mampu mengangguk. Tubuhnya begitu dibutuhkan oleh calon suaminya sewaktu-waktu. Tidak untuk hatinya.
Ya Tuhan. Aku ini tulang rusuk siapa? - kim seokjin.