i

1248 Words
Siang yang terik; disudut kafétaria yang masih lumayan senggang dari lalu lalang - menyisakan pria cantik bermain ponsel, sesekali jarinya mengetuk meja mengikuti irama musik. Baru saja kegiatannya membaca sepenggal berita tentang bagaimana curangnya politik yang begitu marak dinegaranya; lengan kekar melingkar mesra dari belakang disusul kecupan manis dipucuk kepala. Dari aromanya segar yang menyeruak tentu saja sudah bisa ditebak; Jeon Jungkook yang selalu datang dari arah belakang tanpa permisi memeluknya. "Maaf, kamu nunggu lama" ujarnya setelah mensejajarkan duduk yang berlawanan. Seokjin hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Tangannya mengeratkan genggaman pada gelas yang berisi jus semangka untuk diminum satu - dua teguk sekaligus. "Jadi, kenapa?" Jungkook menarik tangan Seokjin dan memberinya kecupan kecil pada punggung tangan. "Seminggu kedepan aku harus ke Ilsan" "Oh. Yaudah, hati-hati" jawaban yang diberikan Seokjin begitu singkat. Belakangan ini. Menyelaraskan percakapan dengan Jungkook terasa begitu memuakkan, sangat benci karena setiap ujung pembicaraan pinta sang dominant selalu sama. Setelah tangannya ditarik kembali dan meminum sedikit jusnya, Seokjin bersiap untuk melangkah pergi dari tempat ini; tanpa mau berlama-lama memandang wajah tampan dengan rahang yang tegas dan kokoh, juga aura dingin yang membuat kesan dominasinya selalu menjadi candu ketika ditatap lebih lama. "Cuma mau ngomongin itu kan? Aku balik ke kantor dulu, istirahatku udah mau habis" pergerakannya ditahan, Jungkook mencuri ciuman singkat pada bibir plum yang terlalu menggoda untuk sekadar dilewatkan begitu saja. "Pulang dari Ilsan, aku ke apartemen kamu Jin" ujarnya seraya mengusap pelan bibir Seokjin yang sialnya sangat sensual. Seokjin mengangguk pelan. Sejurus kemudian melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu, dan kembali ke kantor tempatnya bekerja membawa suasana hati yang semakin porak poranda. serendipity Bitches J Nanti malem tempat biasa ya hoon Berdua? Kalo mau ajak Jimin sama anaknya Boleh aja, kalo lo bego Ajak Yoongi yang hamil juga boleh Kalo lo edan Sans bitches See ya Diantara mereka berempat; yang saat ini bersahabat. Dua diantaranya yaitu Park Jimin sudah menikah tiga tahun lalu dan dikaruniai putra tampan yang saat ini dinamai Jung Hae In. Seokjin bersumpah bayi laki-laki tertampan yang pernah dilihatnya didunia ini adalah buah cinta dari Jung dan Park yang saat ini bernaung dibawah ikatan pernikahan. Satu lagi Min Yoongi yang menyusul dua tahun setelah Jimin, dan saat ini sedang mengandung anak pertama dari benih Kim Namjoon. Berbeda dengan mereka yang sudah yakin dan menetapkan hati untuk melabuhkan cinta pada sumpah janji didepan Altar, Jihoon masih menikmati masa mudanya yang begitu singkat jika direnggut oleh rumah tangga saat ini juga; katanya. Berpacaran dengan Kang Daniel; dulunya saat SMA mantan kekasih Seokjin, kemudian dengan senang hati Seokjin mengenalkannya saat Daniel baru saja pulang dari Amerika setelah menyelesaikan beasiswanya di Harvard. Entah apa yang membuatnya bodoh untuk melepas Daniel hanya karena jarak yang akan dilewati bersama; namun Seokjin memilih jalan perpisahan karena dirinya bukan pejuang rindu yang hebat. Jihoon sempat ragu untuk menjalin hubungan dengan Daniel yang dari cerita Seokjin terkesan sangat cinta; apa lagi Seokjin itu cinta pertamanya. Takut-takut kalau diterima, bukan hanya hatinya yang sakit tapi juga Seokjin. Namun Seokjin sungguh bahagia dengan hubungan si cantik Park dan si tampan Kang yang berstatus mantan kekasihnya. Karena sahabatnya pantas mendapatkan yang terbaik. Dirinya sendiri sedang pada masa diujung; yang tidak mau repot-repot mempunyai ikatan. Terakhir kali merasakan indahnya masa pacaran dengan Kim Taehyung yang saat ini sedang sibuk traveling mungkin. Yang satu ini awalnya dianggap keberuntungan saat; perusahaan tempatnya bekerja melakukan kerja sama dengan perusahaan tempat Jungkook bekerja. Seokjin bukan submissive yang pasif; s*x is my life dan Jungkook bukan dominant yang berpengalaman, s*x pertamanya bahkan dilakukan dengan seorang Kim Seokjin - yang sudah berkali-kali melakukannya bersama 3 orang berbeda sebelumnya. Tentu saja Kim Taehyung salah satunya. Seokjin hanya mau melakukannya dengan orang yang berstatus kekasihnya; syaratnya melewati kencan lebih dari 5 kali. Namun itu dulu. Jungkook terlalu memuaskan untuk orang yang benar-benar masih perjaka. Saat itu bahkan Seokjin malu untuk menjawab pertanyaan; aku yang keberapa? Pipi merah menemani jawabannya sembari memainkan ujung selimut. "Kamu keempat" Awalnya. We're just having fun. Namun semakin hari rasanya, lebih. serendipity Terdengar helaan napas kasar dari arah belakang; Park Jihoon baru saja sampai di bar yang saat ini Seokjin kunjungi untuk melepaskan stressnya. Seokjin masih terus meneguk cairan pahit yang begitu memabukkan - membuat dirinya serasa melayang, seringan kapas dan sejenak masalahnya hilang bersamaan mabuk yang semakin berat. Sudah mendudukan diri disamping dan memandang Seokjin dengan tatapan miris - tangannya menjauhkan gelas berisi tequila yang membuat Seokjin menggeram, meminta minumannya dikembalikan. Jihoon tidak perduli seberapa putus asa sahabatnya saat ini. Seokjin bukan orang yang payah dalam alkohol, namun dilihat dari ujung lirikan mata pun semua orang tahu bahwa manusia cantik; yang hatinya sangat rapuh ini sudah hangover. "Mau sampe kapan lo kaya gini, Jin?" decakan kesal sempat membuat si cantik yang mabuk ini hampir memukul Jihoon kalau tidak terlebih dulu tubuhnya limbung. "Gue cinta lo Koo!" Teriakan yang berkali-kali memenuhi pendengaran Jihoon saat menuntun tubuh kurus ringkih itu berjalan keluar dari bar dan memasuki mobil. Selalu seperti ini. Seokjin sudah meracau tidak jelas, menghiraukan Jihoon yang masih meliriknya tajam dikursi kemudi. "Menyedihkan banget sih lo, Jin. Tiap ada masalah larinya ke minum. Sampe kapan nyiksa diri sendiri?" Jihoon tau dirinya hanya membuang-buang waktu disela perjalanannya menghantarkan Jin ke apartemen, bertanya pada sahabatnya yang kesadarannya hanya sebatas mata terbuka - dan masih mengumandangkan cinta pada laki-lagi yang dipanggilnya Koo entah itu siapa, Jihoon tidak mengetahuinya. "Lo harus berubah, cantik. Gak selamanya gue bisa nanganin lo yang kaya gini. Lihat aja Jimin udah punya Jung kecil, Yoongi bentar lagi mau lahiran. Ada saatnya juga gue berkeluarga, lo juga harus gitu. Semua bakal punya kehidupan masing-masing. Stop kebiasaan b***t lo itu, darling" Seokjin tertawa kecil saat dirinya terhuyung kedepan - karena rem mendadak. Sama sekali tidak mengerti yang sedari tadi diutarakan sahabatnya itu, yang dia lihat saat ini hanya lampu dengan tiga warna. Satu yang menyala begitu terang, merah. Oh kemudian berganti kuning sesaat. Lalu hijau yang membuat Jihoon melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. "Kookooooo please love me, i love you so bad hahaha" Jihoon hanya memutar matanya malas saat nama Kookoo selalu diteriakan sepanjang perjalanan dengan segala variasi kalimat yang menjurus; cinta sepihak. Begitu sampai didepan bangunan tinggi itu, Jihoon segera membawa Seokjin menuju lantai 4, tempat tinggalnya yang berada pada nomor 412. Ting! Liftnya terbuka, namun apa yang dilihat Jihoon saat ini membuatnya tertegun sesaat; berhenti melangkah sejenak. "Jungkook?" Pemuda gagah yang memainkan ponsel didepan pintu apartemen Seokjin, bukanlah orang asing bagi Jihoon - seketika menoleh dan tersenyum kecil saat namanya disebut. Jungkook menghampiri dua orang yang masih terdiam ditempat; Jihoon dengan blank face nya masih berusaha mencerna kenapa Jungkook bisa berada disini, Seokjin yang tangannya masih bergelayut lemah pada leher Jihoon. Tubuh kurus Seokjin diambil alih oleh Jungkook yang langsung menggendongnya bridal. Jihoon lebih terkejut dari pada sebelumnya. "Jung-kook lo?" pertanyaannya beku didalam pikiran, tidak bisa diutarakan. Seokjin sudah lebih tenang dari pada sebelumnya, bahkan saat ini dirinya hanya menggumamkan kalimat; yang hanya bisa didengar oleh Jungkook. "Makasih udah anterin Seokjin pulang, maaf ngerepotin kamu. Hati-hati dijalan" setelah mengucapkannya Jungkook memasuki apartemen Seokjin; entah bagaimana hebatnya lelaki tampan itu dalam keadaan menggendong manusia seukuran Seokjin dan masih bisa menekan kode pada pintu masuknya. Jihoon kembali memasuki lift setelah dua manusia lainnya tadi hilang ditelan pintu apartemen sahabatnya. Dengan langkah yang pelan, Jihoon masih memikirkan apa hubungan keduanya hingga semalam ini Jungkook menunggu Seokjin didepan apartemennya? Bagaimana bisa selama ini mereka berdua dekat, namun begitu kuat Seokjin menahan diri untuk memendam segala keluh kesahnya sendirian; bahkan lebih memilih lari kepada minuman penuh dosa dari pada sahabatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD