Pintu terbuka perlahan. Bianca melangkah masuk dengan tenang. Rambut hitamnya tergerai rapi, blazer hitam menambah kesan profesional. Wajahnya cantik, bukan cantik yang mencolok, melainkan pesona diam yang baru terasa bila diperhatikan lama. “Aku lama menunggu di bawah,” ucap Bianca pelan, suaranya tenang namun sarat keakraban. “Sekretarismu bilang kamu masih sibuk.” Banyu menoleh sekilas, tatapannya singkat, lalu kembali ke berkas tanpa menanggapi basa-basi itu. Gerakan tangannya tetap menelusuri halaman, seakan kalimat Bianca tidak lebih dari suara samar yang lewat. “Kamu datang sesuai yang aku harapkan. Duduklah,” ucapnya akhirnya, singkat, padat, nyaris terdengar seperti perintah. Bianca sempat terdiam sepersekian detik sebelum menutup pintu. Ia meletakkan tas kulit di meja kecil,

