Bening tidak sempat menjawab pertanyaan Dita karena suster yang tadi berbicara dengannya langsung menghampiri. “Ibu Bening, silakan ikut saya. Suami Ibu sudah selesai ditangani,” katanya. Dita menatapnya khawatir. “Gue tunggu di sini, ya, Ben,” katanya pelan. Bening hanya mengangguk sebelum mengikuti langkah suster menuju ruang tindakan. Lorong menuju ruang itu terasa panjang. Bening berjalan pelan, tapi jantungnya berdebar sangat keras. Begitu sampai di depan pintu kaca besar, suster berhenti. “Untuk sementara Ibu belum bisa masuk, tapi bisa lihat dari sini. Dokternya juga akan keluar sebentar lagi.” Bening menatap ke dalam lewat kaca. Tubuh Banyu terbaring di ranjang dengan beberapa alat menempel di tubuhnya. Ada infus di lengan, perban melilit kepala, dan monitor di samping tempat

