Langkah kaki Bening terdengar ringan namun tergesa ketika ia membuka pintu kamar. Pandangannya langsung jatuh pada dua sosok di dalam: Papa dan Banyu. Mereka seketika terdiam, seakan percakapan barusan terpotong oleh kehadirannya. Bening mengernyit, heran sekaligus curiga. Ada atmosfer aneh yang terasa, seolah-olah ada sesuatu yang tadi dibicarakan namun sengaja tidak ingin ia dengar. Beni berdeham kecil, berusaha mencairkan suasana. “Sepertinya Bening ingin menjaga suaminya hari ini. Lebih baik Papa pulang dulu.” Tatapannya sempat menoleh ke arah Banyu, tegas, seakan menitipkan sesuatu yang tak bisa diucapkan panjang lebar. “Ingat pesan Papa tadi, Banyu. Jangan sampai lupa.” Banyu, dengan wajah datar khasnya, hanya mengangguk singkat. Tidak ada penjelasan, tidak ada janji panjang, hanya

