Devina muncul dari balik pintu kamar yang setengah terbuka dengan mengenakan dress berwarna merah menyala juga dengan riasan yang cukup tebal. Tatapannya langsung tertuju kepada Sinta yang tampil begitu cantik dan anggun malam itu dia merasa tidak suka dengan apa yang dilihatnya.
Meskipun Meisya dan Sinta bersaudara wajah mereka memang tidak sama. Sinta lebih terlihat cantik, anggun dan elegan serta terlihat bahwa dia adalah sosok yang pintar. Berbeda dengan Meisya yang terlihat seperti gadis manja pada umumnya. Secara paras Meisya juga tidak secantik Sinta karena Sinta mewarisi wajah cantik yang dimiliki oleh ibunya, Ayu.
"Dimana suamimu Sinta Kenapa aku tidak melihat Rama Apakah dia sudah bersiap-siap?" Tanya Devina kepada putri tirinya tersebut.
"Rama tadi bicara kepadaku dan mengatakan kalau sedang tidak enak badan mungkin dia sedang ke kebun atau ke mana untuk beristirahat, maaf aku tidak bisa memaksanya untuk ikut acara makan malam hari ini." Sinta memberi jawaban sesuai dengan yang tadi dia rencanakan.
" Oh ya Benarkah seperti itu? Atau itu hanya alasanmu saja? Karena kamu tidak menghendaki suami buruk rupamu itu untuk hadir di acara malam ini." Devina menatap curiga ke arah Sinta.
Devina tidak percaya begitu saja dengan alasan yang dikemukakan oleh Sinta. Dia lebih meyakini kalau Sinta telah meminta kepada suaminya itu untuk tidak hadir malam ini. Keadaan ini tentu bukanlah sesuatu yang Devina harapkan. Perempuan licik itu telah memiliki rencana untuk mempermalukan Sinta malam ini di depan keluarga Wijaya. Tanpa kehadiran Rama dia akan kesulitan untuk menjatuhkan atau mempermalukan Sinta malam ini.
"Aku akan meminta pegawai rumah untuk menghubunginya. Seluruh keluarga kita harus hadir malam ini karena itu akan menentukan penilaian keluarga Wijaya kepada kita. Ya Itu otomatis nantinya akan berpengaruh juga kepada bisnis dan kerjasama yang sedang kita jalankan." Devina bersikukuh untuk menghadirkan Rama malam ini.
Bagi Devina ini adalah kesempatan yang bagus untuknya mengangkat citra putri kesayangannya, Meisya. Dan sekaligus menjatuhkan reputasi seorang Sinta, karena pernikahan Sinta memang belum diketahui oleh khalayak. Devina Juga Tahu bila keluarga Wijaya menaruh perasaan kepada Sinta.
"Untuk apa kamu memaksanya mungkin menantuku memang sedang butuh istirahat biarkan saja. Kehadirannya juga tidak memberi pengaruh apa-apa bukan? Lagian keluarga Wijaya juga tidak mengenal Rama. Mereka juga tidak tahu tentang pernikahan Sinta. Lalu apa yang kamu cemaskan?" Ayu mencoba membantu putrinya.
"Kakak, Ayo … mengertilah! Ini juga untuk kepentingan keluarga kita untuk bisnis keluarga. Kehadiran keluarga yang lengkap pasti akan menambah penilaian bagus terhadap keluarga kita. Pasti hal ini juga meningkatkan kepercayaan mereka kepada kita." Devina kembali beralasan, meski dia sadar bahwa kehadiran Rama tidak memberi pengaruh apapun untuk keperluan bisnis keluarga.
"Sudahlah kita jangan berdebat di sini aku akan meminta pegawai untuk menghubungi Rama secepatnya. Untuk kalian cepatlah keluar dan jangan berlama-lama di sini sebentar lagi keluarga Wijaya akan datang." Devina berucap sembari meninggalkan kamar milik Sinta.
***
Semua keluarga Halim telah berkumpul di ruang makan yang telah ditata sedemikian rupa. Berbagai menu makanan tersaji di meja makan panjang Tempat acara makan malam berlangsung. Devina mengeluarkan koleksi perabot mahalnya untuk menyambut keluarga Anggara Wijaya. Sebuah jamuan makan malam yang spesial yang direncanakan oleh Devina yang pastinya memiliki beberapa misi dan juga tujuan.
Pandangan mata Devina beredar mencari sosok Rama yang sangat ingin dihadirkannya malam ini. Akan tetapi, dia tidak melihat lelaki buruk rupa yang menjadi suami dari anak tirinya itu. Dengan rasa kesal dia mendatangi seorang pegawai yang dimintanya untuk mencari keberadaan Rama. Akan tetapi, pegawai itu mengatakan kalau dia tidak berhasil menemukan Rama ataupun berhasil menghubungi ponselnya. Rama tidak bisa dihubungi karena sengaja mematikan alat komunikasi itu.
"Mama kenapa terlihat begitu kesal?" tanya Meisya kepada Devina.
"Rama menghilang," jawab Devina kesal.
"Ah …untuk apa mama mencemaskan lelaki tidak berguna itu. Bukankah lebih baik dia tidak hadir malam ini, yang ada justru malah membuat sakit mata saja kalau melihat dia berada di sini." Meisya menghela napas malas.
"Aduh memang sulit sekali bicara denganmu. Kenapa kamu tidak mengerti juga dengan maksud Mama minta Rama hadir." Devina menepuk jidatnya.
"Tentu saja sekarang aku paham" Meisya menyeringai saat mulai memahami tujuan Devina menghadirkan Rama. "Jadi mama minta supaya Rama hadir karena ingin mempermalukan Sinta bukan?! Oh tentu saja karena hal itu."Meisya terkekeh, "Aku sangat menyukai ide mama, biar Angga Juga Tahu kalau cinta sudah menikah"
"Tetapi rencana Mama sepertinya akan gagal malam ini. Tidak ada yang tahu menantu tidak berguna itu berada di mana sekarang," ucap Devina kesal.
"Kenapa kalian berdua masih berada di sini? Itu keluarga Wijaya sudah datang bukankah kita harus menyambutnya? Lihatlah ke depan Sinta dan ibunya sudah menyambut keluarga Wijaya Kenapa kalian malah membuang waktu di sini."
Pembicaraan ibu dan anak antara Devina dan Meisya langsung terhenti dengan kehadiran Gara. Anak lelaki tertua Devina itu memberitahukan bahwa keluarga Anggara Wijaya sudah datang. Dia merasa kesal karena justru Ayu dan Sinta yang menyambut kedatangan keluarga Wijaya, harusnya Devina dan anak-anaknya lah yang menyambut salah satu keluarga terkaya di kota tersebut.
"Apa … sudah datang? Ah semua gara gara menantu tidak berguna itu," oceh Devina sambil bergegas ke depan.
.
"Sinta cantik sekali malam ini," puji Nyonya Wijaya pada Sinta yang berjalan di sisinya sambil mendorong kursi roda Ayu, ibunya.
"Terima kasih, Nyonya." Sinta membalas dengan tersenyum. "Nyonya juga terlihat sangat cantik seperti biasanya."
Sebuah pujian Sinta berikan juga kepada wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu.
"Tuan dan Nyonya Wijaya, selamat datang dan terima kasih telah berkenan menghadiri undangan makan malam yang kami sampaikan." Devina langsung menyambut dengan manis dan ramah keluarga Wijaya.
"Tuan muda, terima kasih sudah meluangkan waktu," tambahnya lagi dan tersenyum manis ke arah Anggara yang berjalan di samping ayahnya.
"Nyonya Devina apa kabar?" Sapa Tuan Wijaya pada wanita dengan dress merah menyala itu.
Dengan kemampuan berbahasanya yang cukup baik, Devina langsung mengambil alih kendali percakapan. Kedua keluarga besar itu kemudian berkumpul di ruang makan.
Acara makan malam berjalan dengan penuh keakraban. Sepanjang acara makan, Anggara Wijaya tidak melepas pandangannya dari Sinta yang terlihat sangat cantik malam ini. Bukan tanpa maksud juga keluarga Wijaya menerima undangan makan malam dari keluarga Halim. Salah satu tujuan dari Anggara Wijaya adalah ingin mendekati Sinta, wanita yang mampu menggetarkan hatinya.