Bab 1. Humanoid

1781 Words
Emily , wanita 24 tahun seorang pegawai di salah satu agensi permodelan hobinya saat tidak bekerja adalah menulis. Kehidupannya saat ini memang tidak terlalu menyenangkan di mana dua minggu lalu kekasihnya malah ketahuan selingkuh dengan teman kerja Emily sendiri. Meskipun demikian Emily tidak menyalahkan keadaan, dia berusaha menikmati setiap menit dan detik yang terus berganti karena satu detik saja tidak bisa di putar kembali ke masa lalu jadi apapun yang terjadi sekarang dia harus mencari cara untuk membuat hari-hari nya semakin berharga. "Emily ingin makan siang sersama?" Seru Romi sambil berjalan bersama Carla. Emily menoleh dan hanya memberikan senyumannya. "Kurasa aku tidak ikut hari ini karena bisa saja aku hanya akan menjadi obat nyamuk di antara kalian" Kekeh Emily. Carla berdecak lidah sembari memutar bola matanya "Kau ini ingin aku pukul hah! Kau itu sudah seperti keluarga di perusahaan ini jadi ayo ikut karna aku tidak mau teman kerjaku hanya duduk di sini menatapi foto mantan kekasihnya" Goda Carla gadis sedikit tomboy itu sembari menarik Emily paksa dari duduknya. "Oh ayolah jangan mengungkit lelaki b******k itu lagi" Emily memutar bola matanya tapi bibirnya tersenyum. Carla sendiri langsung bergelayut di lengan Emily sambil berjalan hingga tidak jauh dari mereka Zoya berjalan berlawanan, wanita perusak hubungan Emily dan Hans. "Dasar jalang murahan" Gumam Carla menatap Zoya dengan pandangan benci begitu Zoya melewati mereka dengan tatapan meremehkan yang di tujukan ke arah Emily. "Sudah jangan terlalu banyak mengumpat oke. Lebih baik kita segera cari makan kau tau aku sudah sangat kelaparan" Ucap Romi. Carla memukul lengan Romi cukup kuat hingga membuat lelaki itu mengaduh. "Dasar perut karung kau pikir aku tadi tidak lihat kamu makan di ruang pemotretan?" Romi kemudian bersiul sembari melihat ke atas sengaja mengabaikan Carla. Emily hanya terkekeh pelan dengan tingkah kedua rekan kerjanya yang tidak pernah akur ini. "Ah sepertinya di masa depan kalian lebih cocok menjadi pasangan saja" Celetuk Emily yang langsung dapat tatapan mematikan dari Carla. "Aku masih waras untuk menerimanya kau tau. Mana mau aku dengan pria perut karung sepertinya" Carla melirik Romi lalu bergidik. Romi melirik Carla tapi tidak membalas ejekan yang gadis itu lontarkan dia memilih diam karena apapun yang akan ia katakan nanti pasti akan kalah dengan mulut pedas yang Carla punya. Memang benar jika lelaki akan serba salah di depan wanita. "Oh ya Emily kau tau aktor yang bernama Tiesto?" Tanya Carla di sela langkah mereka menuju mobil Romi. Gelengan kepala Emily menjadi jawaban sebelum keduanya masuk ke mobil Romi lalu Carla kembali mengatakan. "Dilihat dari segi apapun Tiesto itu biasa-biasa saja tapi kenapa dia bisa jadi pemeran utama di salah satu drama romance yang akan segera di luncurkan? Aku curiga jika dia bermain curang" "Jadi menurutmu apa aku lebih pantas menggantikan peran Tiesto?" Sahut Romi. "Kau jadi pemerannya? Haha aku yakin filmnya tidak akan pernah bisa di lihat oleh orang jadi mendingan kau fokus saja dengan kaca lensamu itu" Maki Carla. Romi tersenyum geli mengemudikan mobilnya. "Memang di jaman sekarang kalau kita punya banyak uang kita bebas melakukan apapun" Lanjut Carla "Tidak semuanya Carla. Lebih baik coba lihat orang di bawah kita, mereka makan saja kesusahan jadi kita harus bersyukur karena setidaknya kita lebih baik dari mereka bukan?" Emily melihat keluar dari jendela kaca mobil Romi yang tertutup di mana pemandangan beberapa pengemis duduk di pinggiran jalanan orang. Carla juga ikut melihat ke arah yang sedang Emily lihat perempuan itu kemudian menghela nafas pelan "Aku tidak habis pikir dengan apa yang Hans pikirkan tentangmu. Mengapa dia lebih memilih Zoya di saat dia memiliki wanita sebaik dirimu ini" "Mungkin Hans memang tidak di ciptakan untukku" jawab Emily meskipun nyatanya hatinya terasa nyeri saat menyadari Hans yang sudah menemaninya selama lima tahun harus berpindah hati dengan Zoya. "Jika aku jadi kau aku sudah mengutuk Zoya dan menarik rambutnya kemudian mendorongnya hingga jatuh ke lantai aku yakin itu akan sangat menyenangkan" "Ha ha aku yakin Emily tidak akan setuju dengan ide gilamu itu" Sahut Romi di saat kalimatnya selesai Carla maju sedikit lalu memukul pipi Romi dari belakang. "Diam kau atau aku akan menyumpal bibirmu" "Hei selow kau bisa membuat kita semua dalam bahaya" Tegur Romi karena saat itu dia yang sedang mengemudi. Carla menyilangkan tangan lalu memalingkan wajahnya dengan kesal. Emily sendiri kembali menatap keluar melihat jalanan yang ramai dengan kendaraan sebelum mobil romi tiba di salah satu restoran. __________ Keesokan harinya Saat ini hari terlihat sangat cerah saat wanita itu membuka tirai jendela di apartemennya sangat pas untuk menikmati hari weekend. Bel pintu berbunyi, badan tinggi langsing Emily berbalik berjalan ke arah pintu kemudian melihat siapa yang datang lewat sensor yang di pasang di depan pintu. Melihat itu adalah salah satu kerabat dekatnya Emily pun membuka kan pintu. "Hai Amy selamat pagi" Sapa Diana. Namun saapan Diana di abaikan oleh Emily saat matanya melihat siapa orang lain yang kini di bawa oleh wanita itu. "Kenapa kau membawa kekasihmu ke apartemenku?" Bisik Emily tidak suka, Diana terkekeh geli sembari menari lengan seorang pria ke hadapan Emily. "Perkenalkan dia Maxime dan dia bukan kekasihku" Diana memperkenalkan. Raut wajah Emily berubah datar menatap Maxime, lelaki itu bukan salah satu keluarga mereka bahkan Emily pun sama sekali belum pernah bertemu lelaki ini. "Lalu untuk apa kau membawanya?" Emily langsung to the point jika dia terganggu dengan kedatang Diana dengan lelaki itu. Diana justru malah tertawa membuat Emily semakin mengerutkan keningnya bingung "Ini mungkin akan mengejutkanmu Amy tapi aku kemari untuk meminta bantuanmu untuk mengijinkan Max tinggal diapartemenmu" "Kau masih waras kan Diana? Dia pria dan aku bahkan baru melihatnya hari ini tapi kau menyuruhku mengijinkannya untuk tinggal disini?" Emily hampir memekik kaget dia tidak peduli jika kini Max hanya menatapnya. Diana menggelengkan kepala pelan "Kamu tenang saja Amy aku jamin Max tidak akan berbuat jahat padamu dia hanya akan tinggal selama satu bulan disini setelah itu aku akan mengirimkan ke negara asal dia" ucap Diana, ia tau sekarang sedang berbohong karena Max nyatanya tidak dari negara manapun selain dari lab namun dengan begini Emily tidak akan tau jika Max adalah Humanoid. Emily menatap Max dari bawah hingga atas. Max tidak terlihat sebagai lelaki baik-baik selain tampilannya yang sedikit jadul dengan baju kaos yang dimasukkan kedalam celana. Terlihat culun untungnya Max tidak sekalian memakai kaca mata besar. 'apakah lelaki ini tak mampu mencari tempat tinggal hingga harus membuatnya menginap disini?' batin Emily. "Aku tidak setuju dan aku tidak mengijinkan dia tinggal disini lagian kau datang tiba-tiba membawa orang asing ini kerumahku, kupikir otakmu sudah terlalu banyak terkuras karena terlalu fokus bekerja. Kusarankan padamu untuk pergi jalan-jalan atau kau akan gila sungguhan" Diana menoleh kearah Max "Sayang sekali sobat kau tidak diterima disini mungkin sebelum barang-barangmu kembali kau akan tinggal dijalanan karena aku juga tidak punya tempat tinggal lain untuk kutawarkan padamu. Aish kenapa juga pencuri itu mengambil semua data-datamu" ucap Diana sengaja memancing rasa kasihan Emily bahkan Diana menahan lirikannya untuk melihat Emily. "Maksudmu dia baru saja kecurian?" Tanya Emily pada akhirnya, Diana rasanya ingin melompat saat rencana untuk mengelabui Emily sepertinya akan berhasil. "Max baru saja tiba disaat aku menjemputnya tapi seseorang mengambil paksa tas yang Max bawa hingga semua barangnya tak tersisa dan untuk mengembalikan data-datanya polisi bilang harus menunggu satu bulan lagi" Dalih Diana dengan ekspresi yang seperti orang minta dikasihani. Emily menatap Max "Apa dia bisu? Kenapa tidak bicara sama sekali?" katanya. Diana menyenggol lengan Max tapi setelah itu ia meringis karena terlalu keras melakukannya, Diana Lupa jika lelaki ini hampir 80 persen terbuat dari besi "Hei Max bicaralah kau tidak dengar barusan kau dikatai bisu oleh wanita didepanmu ini?" Max terlihat memaksakan seulas senyum dibibirnya, Diana ingin menepuk keningnya sendiri saat Max melakukan hal itu karena humanoid ini belum tau bagaimana cara tersenyum dengan benar tapi semoga saja Emily tidak curiga. "Maaf jika sudah merepotkanmu" ucap Max. Diana menghela nafas lega saat Max mengeluarkan kalimatnya dengan normal tanpa terlihat nada suara robotnya yang kaku. "Jadi Amy apa kau sekarang sudah berubah pikiran untuk mengijinkannya tinggal disini?" Lagi Diana membujuk Emily. Emily menyilangkan tangan didepan perut. "Tidak!" "Amy kali ini saja please biarkan dia tinggal di sini satu bulan saja. Kau tau kan aku bahkan bisa dikata tidak punya rumah karena sibuk bekerja" "Jika kubilang tidak tetap tidak jadi bawa kembali temanmu itu" "Amy kau tega melihatnya tidur dijalanan?" Tanya Diana, Emily justru memalingkan wajah. Diana menghembuskan nafas panjang begitu sadar Emily sulit dibujuk sepertinya setelah dari sini ia harus mencari orang yang tepat untuk menitipkan Max. Selain tepat Diana juga harus sering mengawasi Max karena bagaimanapun juga Humanoid ini belum sempurna. "Ayo Max kita pergi maaf tidak bisa membantu banyak" Ucap Diana pada Max. Emily menatap Diana berjalan menjauh bersama Max, tatapannya iba saat melihat lelaki itu berjalan membelakanginya. Emily bukan manusia yang dengan tega membiarkan orang tidur di jalanan terlebih Max juga terlihat pendiam. Matanya terpejam untuk sesaat sebelum memanggil Diana. "Diana hanya satu bulan saja kan!" Seru Emily. Diana tidak ingin berbalik langsung atau senyum puasnya akan ketahuan tapi bagaimanapun juga keputusan Emily sangat bagus didetik detik terakhir. Setelah menormalkan senyumannya Diana menghampiri Emily lalu memeluknya. Sebenarnya Emily berat hati untuk menerima max, dalam satu bulan ada empat minggu dan 30 hari. Setidaknya hanya tiga puluh hari ia akan tinggal dengan Max. "Tapi jika temanmu ini melakukan sesuatu yang berbahaya aku akan langsung mengusirnya" Lanjut Emily sembari mendorong Diana untuk melepaskan pelukan mereka. "Oh tidak akan Amy. Aku akan jamin dia tidak akan melakukan hal yang berbahaya denganmu jadi mulai hari Max akan tinggal disini kan? Aku sangat berterima kasih padamu Amy kau memang sepupu terbaik yang pernah aku miliki" Lagian Max adalah robot jinak bagaimana bisa dia akan melukaimu. Lanjut diana membatin. "Ahh mau bagaimana lagi aku kasihan melihatnya jika harus tinggal dijalan" Emily tak mau menatap Diana dengan cara memalingkan wajah ke arah lain. "Tapi kau akan sering kesini juga kan?" "Aku tidak janji tapi aku akan berusaha sesering mungkin menemuimu. Jadi aku titip Max padamu ya. Ini ada sedikit tabunganku untuk kau membantunya membelikan pakaian kau tau kan dia habis kecurian" "Tapi Diana kenapa bukan-" "Aku harus kembali kepabrik tapi aku akan berusaha menemui lagi jadi aku tidak sempat membantu Max membeli pakaian kuharap kali ini saja kau bisa membantuku" "Hhh.. kenapa kau harus mempunyai causin yang menyebalkan sepertimu" Gerutu Emily. Diana terkekeh pelan. "Sepertinya itu sudah takdirmu Amy" Diana menoleh ke arah Max "Jaga Emily oke jangan sampai kau menyakitinya atau aku akan membunuhmu" Ancam nya, namun yang di maksud membunuh oleh diana adalah mematikan sistem dari diri Max hingga Humanoid itu tidak aktif lagi. Max hanya mengangguk patuh. "Kalau begitu aku akan pergi duluan. Kalian baik-baiklah dan Amy jangan mengajaknya bertengkar atau kau sendiri akan kelelahan" Seru Diana sebelum wanita itu berlari keluar dari apartemen Emily. Emily kembali menatap Max, "Jadi Max, apa identitasmu?" ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD