Chapter 2

1180 Words
Akira membuka matanya ketika kilasan malam itu masuk ke dalam mimpinya untuk kesekian kalinya. Sudah seminggu ini mimpi itu terus kembali ke dalam mimpi-mimpinya. Diusapnya wajah Akira yang terasa dingin. Suasana malam yang terasa sunyi membuat Akira sedikit tenang untuk beberapa menit. Berusaha menarik nafas dan membuat dirinya rileks dengan sendirinya. Sebelum suara hujan yang turun mengguyur bumi. Akira segera beranjak menutup jendela supaya suara itu tidak terdengar jelas. Walaupun suara itu terdengar pelan Akira tidak terlalu mempermasalahkannya. Suara hujan selalu mengingatkan dirinya akan malam dimana semua itu terjadi. Akira ingat wajah pria itu bahkan seperti tuhan seakan tidak ingin dia melupakannya. Apalagi dengan mimpi-mimpi yang selalu hadir dalam mimpinya. Secara perlahan Akira sudah menerima semua hal yang menimpanya. Mau tidak mau dia harus menerima semuanya yang sudah terjadi dalam hidupnya. Semua sudah terjadi. Itulah yang selalu dikatakan oleh Papanya. Namun Akira sedikit takut jika keluar rumah terlalu lama apalagi seorang diri. Bahkan Mamanya sekarang memilih mengundurkan diri dari perusahaan untuk menemaninya di rumah. Akira antara bersyukur dan kasihan dengan Mamanya. Perempuan yang paling berharga dihidupnya itu harus mengalah dan menemaninya. Akira cukup tau jika Mamanya sangat nyaman di tempat kerjanya sekarang. Mama mengatakan jika saat ini yang terpenting adalah dirinya. Namun Akira tidak bisa membantah jika rasa takut akan kejadian itu masih membekas di dalam ingatannya. Walaupun kamarnya sudah ditukar dengan kamar Arka tetap saja semuanya membuatnya takut. Hanya dengan menatap pintu kamar itu rasa takut yang cukup kuat langsung menghampirinya. Akira beranjak turun ke bawah menuju dapur. Akira ingin membuat s**u coklat untuk membantunya tidur kembali. Dengan cepat Akira membuat s**u coklat favoritnya. Setelah minumannya siap Akira membawanya menuju ruang keluarga dan duduk di sofa. Dinyalakannya televisi dan mencari siaran yang akan menghiburnya sampai minumannya habis. Hingga suara deru mobil berhenti membuat Akira merasa heran. Dengan rasa penasaran yang ada Akira menghampiri jendela ruang keluarga dan menengok ke luar. Di depan rumahnya ada sebuah mobil mewah yang berhenti dan membuatnya heran. Namun baru beberapa menit mobil itu menyala dan beranjak pergi. Akira menghela nafas dan menggelengkan kepalanya pelan. Pikira negatif tadi mulai menghantuinya jika saja mobil itu tidak beranjak pergi. Tapi ternyata mobil itu sepertinya hanya berhenti sejenak mungkin sedang melakukan sesuatu yang mengharuskannya berhenti. Dengan cepat Akira menghabiskan minumannya dan kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu. *-*-* Akira menata semua piring dan mengangkatnya menuju alat pencuci piring dirumahnya. Sedangkan Mama tengah menaruh hidangan penutup mulut untuk Papa. Mereka selalu mengerjakan semua hal secara bersama-sama dan saling membantu. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Suara bel yang berbunyi membuat Akira menatap Mamanya yang baru saja menyendokkan soup buah ke dalam mulut. "Aku saja yang membukanya" ucap Akira yang membuat Mamanya mengangguk. Dibukanya pintu rumahnya dengan perlahan. Akira bersiap-siap ingin bersikap ramah kepada tamu yang datang malam hari seperti ini. Tetapi ekspresi wajahnya seketika berubah dan hawa dingin seakan menerpa tubuhnya. Namun wajah pria yang selalu menghantui hidup Akira tengah berdiri di depan pintunya. Pria dengan setelan jas itu menatapnya dengan mata birunya. Sepasang mata yang seakan masih tersimpan jelas di dalam ingatannya. Akira memundurkan langkahnya seakan ingin menjauh pria itu. Tidak hanya menjauh tetapi Akira berpikir jika lebih baik Akira menghilang dari hadapan pria itu saja. Pria yang melihat wajah ketakutan Akira tersenyum kecil. Senyuman yang masih terlihat sama dengan milik pria di malam itu. Dibelakang pria itu berdiri beberapa orang bersetelan tak jauh beda dengan pria pemilik mata biru itu. Pria yang selalu datang dalam mimpinya kini berdiri di depan rumahnya "Akira..." Akira memejamkan matanya ketika namanya disebutkan dengan suara yang masih diingatnya hingga sekarang. Rasa pening menghampirinya sebelum kesadarannya hilang dan tubuhnya limbung. Pria itu segera menahan tubuh Akira yang terlihat akan jatuh ke lantai. Menjaga agar kepala Akira tidak menyentuh ubin dengan sangat keras. Beberapa bodyguardnya segera menghampirinya. "Tuan..." "Tidak apa aku bisa" ucap pria itu kepada bawahannya. Sebelum memilih mengangkat tubuh mungil yang ada di depannya ini. Dengan cepat pria itu melangkah ke dalam rumah dan mendengarkan suara yang berasal dari sebuah ruangan. Dilihatnya dua orang yang sedang berbincang hangat. "Astaga!" ucap seorang perempuan yang menyadari kehadirannya. "Dia pingsan" gumam pria itu yang membuat kedua orang itu berdiri. "Tolong kemari" Pria itu mengikuti langkah kedua orang itu menuju sebuah kamar. Semua bawahannya mengikuti di belakang dengan patuh. Ketika perempuan itu dibaringkan di ranjang. Pria itu menegakkan badannya dan menatap bawahannya memberikan sebuah kode. Mama dan Papa Akira langsung dipegang dan di tahan. Hal itu membuat kedua orang itu memberontak. Namun kekuatan bawahannya jauh lebih kuat. Mereka tidak menyadari jika rumah mereka sudah dipenuhi oleh beberapa pria berpakaian hitam dengan wajah yang terlihat garang. Mereka seperti pembunuh bayaran yang sedang mencari korban. "Lakukan" ucap pria itu kepada perempuan berjas itu yang membuat perempuan itu mengangguk patuh dan menjalankan tugasnya. "Kau siapa ? Apa yang akan kau lakukan ke anakku" teriak Papa Akira yang membuat pria itu meliriknya saja. "Tutup mulut mereka" Bawahannya yang tersisa segera menutup mulut kedua orang tua Akira dengan cepat. Pria bermata biru itu terus memandangi hal yang dilakukan dokter yang dibawahnya. Matanya sama sekali tidak beralih sedetikpun dari gerakan dokter tersebut. Berusaha menyakinkan dan memastikan jika semuanya sudah benar dan tidak ada kesalahan sedikitpun. Perempuan itu sibuk dengan tugasnya dan berbagai alat yang dibawahnya. Sedangkan pria itu semakin merasa tak sabar dengan hasil yang ingin di dapatkannya. "Xander" gumam pria itu yang membuat sekertarisnya maju. "Apa kau membawa orang yang tepat?" tanya pria itu Xander melirik sekilas kearah dokter yang masih sibuk tersebut. Dirinya cukup tau jika yang sedang dibicarakan oleh atasannya adalah dokter yang dibawahnya. "Ya, Tuan. Mungkin memerlukan waktu" jawab Xander dengan sopan. "Apa belum selesai ? Perlu berapa lama lagi ?" Ucap pria itu yang membuat dokter itu terlihat bergetar dan berusaha fokus dengan apa yang sedang dilakukannya. Pertaruhan hidup dan matinya di tentukan saat ini. "Perempuan ini positif hamil berumur tiga minggu" ucap dokter itu yang membuat sebuah senyum muncul di sudut bibir pria pemilik mata biru itu. *-*-* "Saya akan membawanya" ucap pria itu yang membuat wajah Papa Akira menjadi merah padam. Bagaimana bisa ada pria yang dengan anehnya datang dan mengatakan akan membawa anak perempuannya. "Memang kau siapa hah ? Kau tidak ada hak membawa anakku pergi" ucap Papa Akira keras. "Saya memiliki hak atas Akira karena dia mengandung anak saya. Tenanglah Mr. Nadeva saya kesini untuk meminta Akira dengan cara baik-baik" ucap pria itu sopan. Namun tidak menghilangkan kesan angkuhnya sama sekali. "Tidak! Sampai kapanpun saya tidak akan melepaskan anak saya untuk b******n sepertimu" Maki Papa Akira yang makin marah dengan ucapan pria angkuh di depannya. "Baiklah, untuk saat ini saya tidak memaksa" ucap pria itu berdiri dari duduknya. Mengalihkan pandangan matanya sejenak. Ditatapnya orang tua perempuan yang tengah mengandung anaknya. Kedua orang itu menatapnya dengan perasaan benci apalagi pria yang masih terlihat gagah di depannya. "Ketahuilah Mr. Nadeva saya juga tidak akan melepaskan Akira. Jika tidak bisa dengan cara mudah saya akan menempuh cara lain. Selamat malam" Pria itu melangkah keluar dari rumah Akira dengan santainya. Diikuti oleh sekertarisnya dan juga semua bawahannya dengan angkuhnya. Mereka semua berbondong-bondong keluar namun meninggalkan janji jika mereka akan kembali lagi. Nanti. "b******n!" *-*-*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD