bc

My Love Psycho

book_age16+
1.7K
FOLLOW
14.6K
READ
dark
possessive
love after marriage
arrogant
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Suara hujan yang dulu selalu menenangkannya sekarang berganti menjadi suara yang membuatnya takut...

Semuanya berubah dalam sekejap mata setelah kejadian malam itu...

Pria bermata biru yang menyelinap masuk ke dalam kamarnya dan mengubah segala hidupnya.

Pria yang tak dikenalnya tapi membuatnya ingat dan selalu ingat. Dengan berbagai mimpi apapun pria pemilik mata biru itu selalu mendatanginya.

*-*-*

"Kau tau..." gumam Afdhan pelan.

"Kau melihatnya, Akira. Mereka begitu rapuh bukan ?" gumam Afdhan lagi.

"Mungkin dalam sekejap mereka bisa lenyap dalam tanganku" lanjutnya yang sukses membuat tubuh Akira kaku.

"Apa yang kau maksud ?" tanya Akira yang membuat Afdhan tersenyum dicekukan leher Akira.

"Kau tau apa maksudku, sayang. Kau bukanlah orang bodoh" ucap Afdhan yang membuat tubuh Akira makin menegang.

"Aku tidak menyuruhmu menangis, Dear" bisik Afdhan yang membuat Akira menggeleng.

"Apa yang kau mau ?" gumam Akira pelan yang membuat Afdhan tersenyum.

"Aku tau kau cukup pintar" ucap Afdhan yang mengusap perut Akira sayang.

"Baiklah... Kau bisa membawa anak ini setelah aku melahirkan" ucap Akira

Belum sempat Akira mengambil nafas tubuhnya di balikkan dengan kasar. Afdhan mencengkram lengan Akira kasar.

Rintihan pelan keluar dari bibir Akira. Afdhan menatap Akira dengan pandangan dingin dan dalam.

"Aku menginginkanmu dan anak ini" ucap Afdhan penuh penekanan.

"Kau bisa memilih hidup orang tuamu atau hidup bersamaku dan aku tidak akan menyakiti keluargamu" ucap Afdhan yang membuat Akira semakin terisak.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Seorang perempuan tengah duduk di sofa samping jendela kamarnya. Menatap langit malam yang makin pekat dengan bergantinya waktu yang tidak pernah terasa. Seperti ingin setiap menitnya cepat berlalu. Langit seperti menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan yang cukup lebat. Entahlah apa yang harus dia lakukan untuk menghilangkan rasa kantuknya yang semakin menjadi. Bukankah suasana sangat mendukung untuk bergelung dibawah selimut dan memejamkan matanya. Padahal dia ingin membaca sebuah buku yang baru saja dikirimkan oleh Arka, Kakaknya. Arka memilih tinggal di Indonesia bersama Kakek Nenek. Sedangkan dirinya mau tidak mau harus ikut ke Amerika. Kedua orang tuanya memiliki pekerjaan di sini dari dirinya berumur 12 Tahun. Dia ambilnya buku yang bertuliskan "Halwatuzura Akira" diarynya saat masih berusia 10 Tahun. Hampir 3 Tahun Arka tidak mengunjungi Amerika karena pekerjaannya di sana semakin banyak dan menumpuk jadi terkadang dirinya dan kedua orang tuanya yang ke sana. Walaupun jarak memisahkan mereka semuanya tetapi tetap saja mereka adalah keluarga yang harus saling menjaga kerukunan. Bukankah begitu arti sebuah keluarga ? Entahlah apa yang ada di dalam sana. Rasa kantuknya semakin terasa apalagi di dukung oleh suasana yang sepi karena orang tuanya di Indonesia sudah seminggu. Karena urusan sekolahnya mau tidak mau dirinya harus tinggal di sini dan menjaga rumah. Di taruhnya kembali buku itu dan beranjak berdiri. Memang tidur sepertinya pilihan yang bagus saat ini. "Lebih baik aku membacanya besok daripada aku bermimpi buruk" gumamnya. Akira terkekeh pelan karena dirinya yakin jika tulisan diarynya tak lebih dari kata-kata alay yang kata orang sekarang sangat, membagongkan. Dengan perlahan Akira menidurkan tubuhnya di ranjang. Berusaha mencari posisi yang nyaman untuk tidur dan memula mimpinya malam ini. Ditatapnya langit-langit rumah yang berwarna biru muda itu, warna favoritnya. Dengan perlahan dan pasti dirinya mulai memejamkan mata untuk masuk ke dalam dunia mimpinya. *-*-* Udara dingin seakan menyentuh tubuhnya. Rasa dingin itu terus menerus menerpa tubuhnya. Tanpa membuka matanya dirinya ingin menarik selimutnya. Namun kedua tangannya seakan tidak bisa digerakkan. Apalagi rasa sesak tiba-tiba melingkupi tubuhnya. Bahkan saat ini menghangatkan tubuhnya. Namun rasa ganjil karena kedua tangannya seakan ditahan membuatnya mau tidak mau membuka matanya. Hal yang dilihatnya bukanlah langit-langit kamarnya yang berwarna biru muda. Namun sepasang mata biru yang begitu memikat. Mata yang begitu tajam dan dalam menatapnya. Pemilik mata itu berada tepat di depannya dengan wajah penuh senyum licik. Perempuan itu berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa tertahan. Benar saja kedua tangannya tengah terikat. Bahkan tak hanya itu tapi mulutnya di tutup oleh tangan yang begitu besar. Suara hujan yang deras terdengar jelas yang semakin menambah rasa takut yang mulai menguasainya. Pria itu tersenyum kecil ketika melihat wajah ketakutan yang mulai muncul. Dirinya ingin meronta dan menjerit tapi semua usahanya seakan tidak berpengaruh sama sekali. Air matanya mulai perlahan mengalir menuruni pipinya. "Akira..." Suara lirih yang begitu dalam menyebut namanya Ditutupnya kedua matanya ketika rasa hangat mulai mendekatinya Hingga benda kenyal menempel di keningnya. "Akira..." Malam dengan hujan deras itu hanya terisi dengan suara deruan nafas di dalam kamar itu. Serta isakan tangis yang terdengar samar. Rasa sakit yang terasa seakan tidak menghilang hingga pagi menjelang. Kepalanya mulai terasa pening dan lemas hingga kegelapan menariknya semakin dalam. *-*-* Suara orang-orang berbicara membuat Akira membuka matanya dan menemukan langit-langit kamar yang berwarna putih. Kepalanya terasa pening dan berat. Sebuah genggaman tangan membuatnya terkisap kaget. Kejadian semalam berputar kembali ke dalam ingatannya. Kejadian yang seakan tersimpan dalam dalam memorinya. Dengan cepat Akira menarik tangannya dan menatap pelaku pemegangnya. Kakaknya berdiri di sampingnya dengan wajah khawatirnya. Akira menggelengkan kepalanya takut ketika Arka ingin menggenggam tangannya lagi. Hingga kedua orang tuanya ikut datang dan mendekatinya. "Akira..." Rasa takut itu menghampirinya lagi dan Akira memejamkan matanya erat. Air mata mengalir lagi di kedua pipinya. Akira menggeleng kuat yang membuat semua orang semakin takut. "Kumohon jangan" gumam Akira dengan suara yang begitu pedih. "Bisa jadi orang yang melakukannya adalah orang yang begitu dekat. Apakah sebelumnya dia tidak suka dengan panggilan itu ?" tanya dokter kepada kedua orang tua Akira. "Tidak, itu adalah nama panggilan dari keluarga. Jika di luar rumah biasanya teman-temannya memanggil Halwa" jawab Mama Akira dengan mata sebam karena menangis. "Sepertinya Nona Halwa mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya" ucap dokter itu lagi yang membuat Mama Akira menangis kembali. Arka menatap adiknya yang masih menggumamkan kata-kata penolakan dengan mata yang terpejam dan juga mengeluarkan air mata. Keringat dingin membanjiri baju yang sedang dikenakannya. Akira menangis tersedu-sedu begitu tersiksa dengan sekilas kejadian yang terus terekam di ingatannya. "Kumohon..." Isak Akira sebelum kesadarannya hilang kembali. *-*-* "Sayang ayo makan dulu" Sebuah suara membuat Akira menoleh dan menemukan Mamanya berdiri dengan senyumannya di depan pintu. Akira menghela nafas dan mulai beranjak berdiri. Sebelum dirinya menutup pintu kamarnya Akira menatap semua dekorasi kamar yang sangat berbeda dengan kamarnya yang dulu. Rasa sesak menghampiri Akira lagi dan ingatan itu kembali berputar. Akira memejamkan matanya berusaha menghilangkan ingatan itu untuk sekejap. "Sayang, sudah jangan diingat" gumam Mamanya. Akira mengangguk dan mengikuti langkah Mamanya menuju ruang makan. Di sana Papa dan Arka sudah duduk di tempatnya masing-masing. Dengan canggung Akira mendudukkan dirinya di kursi. Hari ini adalah pertama kalinya setelah dua minggu di rumah sakit. Semua keluarganya mulai menyantap makananya dengan perlahan. Terkadang diselingi dengan gelak tawa Mama, Papa, dan Arka. Sedangkan Akira hanya tersenyum kecil. "Gimana kalau kita main ke mall, Dek ?" tanya Arka yang membuat Akira menatapnya. Akira menggeleng pelan dan tersenyum kecil. Sedangkan Arka tersenyum kecut melihat penolakan Akira atas tawarannya yang dulu tidak pernah ditolaknya. "Besok Arka balik ke Indonesia loh" ucap Mama yang membuat Arka tersenyum dan mengangguk. "Dirumah sakit kemarin pasti bosenkan ? Ayolah" rengek Arka seperti anak kecil. "Tapi Halwa... " ucap Akira dengan ragu. "Nggak perlu takut, sayang. Ada Arka sama kamukan ?" ucap Mama yang seakan menenangkannya. *-*-* "Akira..." Arka langsung menghentikan ucapannya ketika Akira memejamkan matanya. "Sorry" ucap Arka yang membuat Akira membuka matanya. Akira menatap Arka yang menggaruk belakang kepalanya yang pasti tidak gatal. Sebuah senyum keci muncul di sudut bibir Akira. "Tidak apa, aku sudah mulai terbiasa" ucap Akira yang membuat Arka tersenyum dan mengusap kepala Akira sayang. Selama dua minggu di rumah sakit dokter juga mengatakan jika Akira bisa dikatakan pasien dengan rasa ingin sembuh yang besar. Bahkan Akira seakan tidak ingin terbebani dengan ingatan itu semakin lama. Buktinya Akira mulai kembali seperti biasanya menjadi seperti Akira yang dulu. Arka dengan canggung merangkul Akira yang berada di pelukannya. Adiknya yang awalnya terasa kaku langsung berubah kembali seperti semula. Arka langsung teringat dengan ucapan dokter yang mengatakan jika Akira harus secara pelan dan perlahan diajak berbicara tentang kejadian yang menimpanya. Hal itu agar rasa akira dengan cepat memaafkan dan menerima kejadian yang sudah terjadi dengan lapang hati. Arka mengusap kepala Akira sayang. "Apa kau mengingat wajah pria itu ?" tanya Arka yang sukses membuat tubuh Aura menegang. Dengan cepat Arka mengusap lengan Akira dengan perlahan. Arka ingin menenangkan Akira yang pasti mengingat kejadian malam itu lagi. Melihat adiknya seperti ini adalah sebuah kehancuran bagi keluarganya. "Jika kau tidak ingin mengatakan atau mengingatnya its okay, Dear" ucap Arka Inilah yang membuat kedua orang tuanya sulit melaksanakan ucapan dokter yang mengatakan jika cara ini ampuh membuat Akira menerima kejadian itu. "Ya, aku mengingatnya" *-*-*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Agreement

read
590.8K
bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.5K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

Accidentally Married

read
102.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook