Challenging Danger

1648 Words
Nadia harus selalu waspada, atau setidaknya itulah yang ia rasakan selama ini. Sejak ia mengerti bahwa dirinya terlahir dalam lingkup keluarga dunia bawah, Nadia tidak bisa lagi berpikir bahwa ia akan hidup seperti orang-orang pada umumnya. Nadia harus selalu memastikan segalanya berada di jalur yang tepat. Karena jika tidak, nyawanya sendiri yang akan terancam atau bahkan nyawa orang-orang di sekitarnya. Setelah apa yang terjadi belakangan ini, kewaspadaan Nadia rasanya meningkat pesat. Ia tidak boleh lagi membuat seseorang di sekitarnya mati karena dirinya. Kasus Lin Xianming tidak boleh lagi terulang. Apa yang diinformasikan oleh Akiyama Tenzo bisa menjadi sangat berbahaya jika terbukti benar. Nadia sungguh ingin memastikan bahwa Akiyama Toshiro benar-benar sedang menyusun rencana bersama kelompoknya di Kowloon untuk menghancurkan Dragon’s Claws kemudian Bratva. “Bagaimana caranya aku tahu dengan pasti apa yang terjadi di Kowloon sementara Rodion dan Luka mengatakan bahwa tempat itu sangat berbahaya dan lebih baik tidak mengunjunginya?” Nadia menghela napas. Ia lelah berpikir dengan dirinya sendiri. Ia berniat langsung mengatakan apa yang didengarnya kepada Nikolai, namun setelah ia memikirkannya lagi mengenai kemungkinan bahwa Akiyama Tenzo berbohong dan hanya ingin menjebak Liu Jia Li atau Nikolai untuk ke Kowloon kemudian menyerangnya, Nadia menjadi ragu untuk mengatakannya. Apalagi Nadia tidak memiliki bukti yang akurat. Nikolai itu adalah tipe orang yang langsung mempercayai informasi p*********n dari Nadia. Dia tidak pernah sedikit pun meragukan apa yang dikatakan oleh Nadia, karena itulah Nadia tidak ingin membahayakan nyawa kakaknya. “Ah sial, aku benar-benar harus memastikannya sendiri.” Nadia menarik jaketnya di dalam lemari dan bergegas keluar dari markas Bratva dengan alasan lupa mengembalikan dokumen milik wali kelasnya. Alasannya memang agak konyol dan tidak masuk akal, tetapi Nadia harus bertemu dengan Akiyama Tenzo. Nadia ingat Akiyama Tenzo sering terlihat di sekitar sekolah meski jam pelajaran telah selesai. Entah apa yang dilakukan oleh pemuda itu, Nadia sama sekali tidak peduli. Ia hanya ingin menanyakan lebih lanjut mengenai apa yang Akiyama Tenzo katakan. Seperti yang sudah diduga, Akiyama Tenzo berada di lapangan basket umum di dekat toko es krim langganan Nadia dan Lin Xianming. Pemuda itu duduk diam sendirian dan tidak melakukan apa-apa. “Tenzo?” Akiyama Tenzo terlonjak kaget dan seketika memasang sikap defensif. Nadia mengernyit melihat hal itu. Sangat tidak biasa. Akiyama Tenzo seperti seseorang yang sedang dikejar-kejar oleh pembunuh dan membuatnya waspada setengah mati. “Um, kau baik-baik saja?” “Yeah, ada apa kau kemari?” Nadia menyipitkan mata ketika melihat Akiyama Tenzo seperti seseorang yang terus waspada. Ia berkali-kali menengok ke sembarang arah seolah sedang memeriksa apakah ada orang jahat yang mengikutinya. Benar-benar tidak seperti Akiyama Tenzo yang biasanya. “Kau sedang menunggu seseorang atau bagaimana?” “Huh? Tidak kok.” “Jadi, mengapa dari tadi kau terus memeriksa sekitar seperti sedang menunggu seseorang?” Akiyama Tenzo menggeleng keras. “Tidak. Ada apa kau kemari?” “Oh, aku hanya ingin memastikan bahwa informasi yang kau katakan padaku sebelumnya adalah benar.” Akiyama Tenzo mengulum bibirnya sendiri. Pandangannya tidak fokus. Nadia bisa melihat dengan jelas bagaimana bola mata pemuda itu bergerak-gerak gelisah. Membuat Nadia gemas apa sebenarnya yang terjadi kepada pemuda itu. “Aku tidak memaksamu untuk percaya. Yang jelas, aku sudah memperingatkanmu. Mengenai tindakanmu selanjutnya, itu terserah kepadamu.” Nadia mengangguk. “Aku sangat berterimakasih dengan peringatanmu, tetapi mengapa? Rasanya benar-benar aneh menerima informasi darimu. Kita seharusnya bermusuhan ‘kan?” “Aku hanya ingin kau waspada.” “Okay, bisakah kau membuktikan padaku bahwa perkataanmu memang benar-benar jujur dan bukan sebuah jebakan? Kowloon itu area berbahaya ‘kan? Jika aku mengatakan informasi ini kepada Nikolai, dia pasti akan langsung berangkat ke Kowloon untuk memeriksanya. Bagaimana jika ternyata semua ini adalah jebakan kalian?” “Aku tidak tahu bagaimana caranya membuktikan padamu, tetapi apa yang aku katakan semuanya adalah kebenaran.” Nadia menarik seringai samar. “Antar aku ke Kowloon untuk membuktikannya.” Akiyama Tenzo melebarkan matanya. “A-Apa?” Nadia mencengkeram pergelangan tangan Akiyama Tenzo, dan pemuda itu tampak berusaha untuk melepaskan lengannya. Nadia heran mengapa Akiyama Tenzo tidak bisa melepaskan dirinya. Dia itu sangat kuat—atau setidaknya itulah yang diingat Nadia sejak pertama kali Akiyama Tenzo muncul menghajar beberapa orang sampai terus-terusan mengganggunya di sekolah. Tetapi mengapa sekarang ia tampak benar-benar berbeda? Hanya melepaskan cengkeraman dari Nadia saja ia tidak bisa padahal Nadia tidak benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya. Sungguh, ada yang salah dengan Akiyama Tenzo. “Kau harus mengantarku ke Kowloon dan membuktikan ucapanmu benar, atau aku akan mengatakan kepada Nikolai bahwa informasi itu berasal darimu. Kau tahu ‘kan apa yang akan terjadi jika kakakmu yang bengis itu tahu kau mengkhianatinya dengan membagikan informasi ini?” Akiyama Tenzo menggigit bibirnya. “Baiklah, aku akan mengantarmu ke Kowloon dan membuktikan semuanya. Tolong jangan pernah mengatakan apapun kepada kakakku.” Nadia menyipitkan kelopak matanya. “Kau benar-benar takut dengan kakakmu huh?” Akiyama Tenzo memalingkan wajahnya. “Bukan urusanmu.” *** Jika ada penghargaan sebagai manusia paling nekat sedunia, maka mungkin Nadia akan menjadi salah satu pemenangnya. Setelah Akiyama Tenzo mengatakan kesanggupannya membuktikan kepada Nadia bahwa informasi yang ia katakan benar, mereka telah berencana pergi ke Kowloon. Nadia tentu harus memikirkan alasan yang masuk akal dan tidak mencurigakan untuk dikatakan kepada Nikolai mengenai kepergiannya. Setidaknya, kakaknya itu tidak boleh mencari-cari Nadia selama ia dan Akiyama Tenzo pergi ke Kowloon. Nadia adalah orang yang tidak suka menunda-nuda waktu, karena itulah dia dengan segera membuat alasan bahwa dirinya akan menginap di rumah salah satu teman sekolahnya untuk menyelesaikan project besar kelompoknya sebelum ujian kelulusan dimulai. Nikolai masih belum kembali ke markas Bratva. Nadia agak bersyukur karena meminta izin kepada Slava jauh lebih mudah daripada kepada Nikolai. Kakaknya itu sangat skeptis dan kemungkinan besar akan terus menginterogasi Nadia panjang lebar. Bukan berarti Nadia tidak bisa menjawab atau membuat alibi. Sungguh, ia sangat pandai melakukan itu. Tetapi Nadia tidak mau membuang-buang waktu. Jika memang informasi yang dikatakan Akiyama Tenzo benar, maka bertindak dengan cepat adalah opsi yang paling tepat. Tujuan untuk ke Kowloon sebenarnya yang paling cepat adalah menaiki kapal ferry, namun Nadia tidak ingin menggunakan transportasi itu karena akan terlalu mencurigakan. Nadia dan Akiyama Tenzo memilih memakai shuttle bus. Transportasi itu cukup banyak digunakan. Kowloon Walled City yang hendak mereka tuju memang tidak akan memiliki kendaraan dengan tujuan tersebut. Seperti yang sudah dikatakan, bahwa Kowloon Walled City adalah area terlarang dan jelas tidak akan ada kendaraan umum yang akan menuju ke sana. Perjalanan dari Makau menuju Kowloon memang tidak terlalu lama, namun Nadia dan Akiyama Tenzo mengejar waktu jadwal dari pertemuan Akiyama Toshiro dengan kumpulannya. Saat mereka sudah sampai, Nadia dan Akiyama Tenzo harus kembali menyelinap dan sebisa mungkin tidak dikenali untuk masuk ke area Kowloon Walled City. Nadia yang memiliki rambut pirang platina, kulit putih pucat, dan postur tubuh lebih tinggi dari kebanyakan gadis seusianya memang agak sulit untuk melakukan penyamaran. Dilihat sekilas saja, ia jelas berbeda di antara gerombolan orang Asia yang memiliki rambut hitam dan kulit putih s**u. “Nadia, bisakah kau memakai hoodie dan masker?” Nadia berhenti dan menoleh kea rah Akiyama Tenzo yang tampak memperhatikan sekitar. Ia baru menyadari bahwa dirinya menarik perhatian. Area Kowloon Walled City memang area terlarang. Tidak sedikit orang yang datang ke sana, namun mayoritas jelas kriminal. Meski Nadia sebenarnya berasal dari keluarga yang menjalankan bisnis ilegal alias kriminal kelas berat, wajahnya tidak menunjukkan seperti itu. Ia tampak seperti remaja asing baik-baik. Makanya akan tampak aneh jika Nadia berkeliaran di area Kowloon Walled City tanpa menutupi wajahnya. Nadia mengangguk dan segera memakai hoodie serta maskernya. Ia membuat agar rambutnya benar-benar tidak terlihat. “Nadia, kita sudah dekat. Aku rasa kita harus—Hei! Ayo sembunyi.” Nadia terkejut ketika pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik oleh Akiyama Tenzo. Pemuda itu membawanya ke salah gang dengan pembatas dinding bangunan yang jaraknya sangat sempit. Ada bau sampah yang benar-benar mengganggu. Benar-benar area yang kumuh. “Salah satu pengawal rekan kakakku.” Akiyama Tenzo menunjuk seorang pria dengan pakaian biasa seperti penduduk lokal berjalan dengan penglihatan waspada. Nadia menggeleng. “Gila, mereka menyamar seperti itu selama datang kemari?” “Yeah. Sebagian besar rekan kakakku adalah orang Asia. Hanya beberapa saja yang bukan, namun mereka juga masih memiliki keturunan Asia. Tidak ada yang memiliki rambut pirang platina atau warna lain yang mencolok seperti Bratva, makanya sangat mudah melakukan penyamaran di sini. Mereka hanya perlu berpakaian seperti orang lokal dan menjalankan pertemuan di malam hari.” Nadia mengingat-ingat para bos mafia yang datang dalam pertemuan di kapal pesiar waktu itu. Memang Sebagian besar dari mereka adalah bos dari negara-negara Asia. Beberapa lainnya dari Eropa dan Amerika, namun tidak ada satu pun yang memiliki rambut pirang mencolok seperti Bratva. Kebanyakan dari mereka memiliki rambut brunette atau malah hitam dengan sedikit kemerahan samar. “Ayo ikuti dia.” “Huh? Untuk apa Nadia? Kau sudah melihat salah satu dari mereka dan itu artinya aku sudah membuktikan padamu bahwa informasi yang kukatakan tidaklah bohong.” “Aku penasaran dengan rencana mereka. Karena kita sudah berada di sini, lebih baik kita mendekat sekalian.” Akiyama Tenzo menahan lengan Nadia. “Jangan sembarangan masuk ke area Kowloon Walled City, tempat itu sangat berbahaya. Jika mereka tahu siapa kau sebenarnya, hidupmu akan dalam bahaya.” “Aku tahu, makanya kita harus berhati-hati.” “Tapi—” Nadia menghela napas. “Jika kau memang keberatan, kau pulang saja. Terima kasih sudah mengantarkanku kemari.” “Hei, Nadia!” Nadia berjalan lebih dulu, mengabaikan Akiyama Tenzo yang berusaha memperingatkannya. Mau tidak mau, Akiyama Tenzo menyusul gadis itu. Sebenarnya, ia tidak harus mengikuti Nadia. Malah mungkin lebih baik tidak karena jika ketahuan, bisa jadi ia akan mati di tangan kakaknya sendiri. Akiyama Tenzo sangat takut kepada kakaknya, tetapi ia juga tidak ingin Nadia dalam bahaya karena kesalahannya. Jujur saja, Akiyama Tenzo masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi kepada Nadia di markas Dragon’s Claws hari itu. Akiyama Tenzo tidak tahu darimana asal rasa bersalah itu, karena seingatnya, ia tidak pernah merasa bersalah kepada siapa pun selama dirinya hidup. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD